23. Harmoni

4.3K 160 4
                                    

PERHATIAN

Cerita ini berisi adegan dewasa
Mohon bijaksana dalam membaca

__________________________________________

Orang suruhan Alex menelpon. Alex langsung menjawabnya.

"Bos, target kita bersedia menyerahkan memory card-nya." Ini kabar baik, pikir Alex. Jadi Alex mengaktifkan loadspeakernya agar Miya juga bisa mendengar.

"Teruskan,"

"Dia ingin mengadakan barter. Beri kami perintah selanjutnya."

Alex berpikir sejenak dan mengingat lagi arahan Om Dani. Apa yang sebaiknya dilakukan agar barter ini berjalan baik?

"Katakan pada orang itu, agar melakukan barter malam ini di tempat kalian. Kalau ada kecurigaan sedikit saja orang itu berbohong atau masih menyimpan salinan lainnya, jangan lepaskan tahanannya."

"Baik, Bos."

Alex menutup teleponnya.

Miya memandang Alex penuh harap. "Kita akan mendapatkan videonya?"

"Ya. Hampir. Berdoa saja semoga malam ini semuanya selesai."

"Lokasinya jauh?" Miya bertanya

"Cukup jauh. Kenapa?"

"Kalau lokasinya cukup jauh, bukannya kita harus bersiap sekarang?"

Alex memakan kuenya. "Kita tetap di sini, Miya. Biarkan mereka mengurus ini sampai selesai."

"Oh, ku pikir kita harus ada di sana." Miya terlihat sedih. Alex menyadari bahwa leher Miya terlihat sangat mengundang.

"Kau merindukan Ryan, ya?" Alex berusaha tidak peduli.

"Entahlah. Aku hanya ingin masalah ini cepat selesai."

Alex mengambil sepotong kue dan meletakkan ke atas piring Miya yang hampir kosong. "Masalah video ini harus bisa selesai secara rahasia. Penasihat hukumku berkata begitu. Sebenarnya kau bisa saja berada di sana, asal tidak menyebutkan bahwa ini adalah hasil perbuatanku. Tapi membayangkan kau ada di tengah situasi itu dan jauh dari penjagaanku, terasa mengerikan."

Miya memahami. "Maaf ya, aku merepotkanmu."

"Sudah kubilang, tidak apa-apa." Alex menunjuk kue di piring Miya. "Kuemu belum habis."

Sudut-sudut bibir miya menekuk ke bawah. "Itu kan karena kau mengisi ulang piringku." Melihat Miya cemberut begini, membuat Alex ingin melumat bibirnya.

Alex berusaha menahan diri. Fokus, Alex.

Miya memakan kuenya , kali ini Miya terlihat kurang menikmati kue itu. Pasti dia sedang memikirkan banyak hal. Melihat ada cokelat di sudut bibir Miya, tanpa sadar jari Alex membersihkannya. Dan Alex merasakan kemaluannya terbangun saat Miya justru menjilatnya. Dari ekspresi Miya, jelas sekali Miya tidak sengaja.

Alex merasakan hasratnya tidak bisa ditahan lagi. Jari Alex menjelajahi bibir Miya, mengelus lembut bibir itu yang basah karena cokelat. Miya terlihat canggung, tapi diam saja. Apa ini artinya, Miya mengizinkannya? Alex ingin memastikan lebih jauh.

Alex menyelipkan helaian rambut yang mengganggu di wajah Miya ke belakang telinganya. Jemari Alex membelai leher Miya dengan lembut, membiarkan saraf-saraf itu mengirim sinyal dengan baik. Miya memejamkan matanya.

Alex mendekati Miya perlahan dan duduk di belakang Miya. Leher Miya semakin terlihat jelas sekarang. Alex mencium lembut leher yang jenjang itu. Tangan Alex menjelajah ke bawah menuju ujung baju Miya. Perlahan, tangan Alex masuk dan mencari bukit kenyal di dada Miya. Miya gemetar. Alex bisa merasakan jantung Miya berdetak cepat, seperti detak jantungnya.

Milik Miya tidak terlalu besar. Tidak sebesar beberapa perempuan yang pernah dikencani Alex. Tapi Miya terasa lebih kencang di tangannya. Membuat Alex ingin meremasnya.

"ah..." desahan Miya akhirnya terdengar juga. Dan Alex ternyata rindu suara itu, lebih dari yang Alex duga. Alex ingin mendengarnya lagi, dan lagi.

Alex merebahkan tubuh Miya di atas karpet. Berusaha memposisikan Miya jauh dari piring dan kue yang belum dibereskan. Alex tidak membiarkan sehelai benang pun menutup tubuh mereka berdua. Kulit Alex ingin menjelajahi setiap kelembutannya.

Alex merasakan P-nya berontak. Alex ingin merasakan hisapan mulut Miya.

"Bolehkah?" Alex ragu.

Miya yang berada dibawahnya menjawab, "Berikan padaku."

Jadi Alex memutar tubuhnya dalam posisi 69. Alex merasakan kenikmatan saat kehangatan mulut Miya membungkus P-nya. Hisapan itu pelan, namun terasa intens.

"Ah... Good..." Alex merasakan lidah Miya bermain, membelai setiap bagiannya.

Alex juga ingin Miya merasakan kenikmatan yang sama. Alex membuka bunga di hadapannya. Dan menjilat kelopaknya. Alex merasakan Miya menggeliat, suara Miya yang tertahan karena mulut yang penuh justru menambah kegemasan itu.

Alex menggelitik klitorisnya dengan lidah. Membuat sedikit getaran lembut. Tubuh Miya menegang. Ketegangan tubuh Miya justru membuat hisapannya semakin kuat.

Mulut bunga Miya mulai basah, Alex memasukkan jari tengah dan telunjuknya kesana. Pinggul Miya sedikit terangkat, tapi Alex menahannya dengan lembut.

"Nikmatilah, Sayang..."

Alex gemetar saat miliknya dikulum dengan kuat. Seharmoni dengan gerakan jari Alex di dalam sana. Alex harus mencabutnya sekarang, kalau tidak kenikmatan ini hanya akan berlangsung sebentar.

Jadi Alex bangun, dan memegangi kedua kaki Miya dengan satu tangan. Alex ingin memanjakan Miya sedikit lagi. Alex menambah 1 jari lagi ke dalam sana.

"Oh.. No.. Jangan tiga..." Suara Miya bercampur dengan desahannya. Alex berhenti sejenak.

"Sorry, sakit ya?" Sebenarnya rata-rata pelacur justru bisa dimasuki 4 jari laki-laki bertubuh besar. Tapi Miya, sepertinya 2 jari saja sudah cukup.

Alex mendudukkan Miya di kasur dan membuka kaki Miya cukup lebar. Sambil berdiri di hadapan Miya, Alex menghujamnya perlahan. Kaki Miya refleks melingkari pinggul Alex. Dan karena sedikit kehilangan keseimbangan, Miya berpengangan dengan leher Alex. Alex merasa nyaman dengan posisi ini, dengan bertumpu pada kasur, Alex bisa membuat gerakan dengan leluasa.

Selain kenikmatan di dalam sana, memandang wajah Miya seperti bonus bagi Alex. Wajah Miya sangat menggairahkan dan desahannya menggelitik Alex. Bolehkah Alex memiliki wanita ini untuk dirinya sendiri? Alex tidak tau jawabannya.

Alex membalik tubuh Miya. Membiarkan Miya telungkup di kasur, dan kakinya menyentuh lantai. Terasa sangat sempit, Miya cukup memanjakan Alex sebentar saja, karena Alex tidak bisa menahannya lagi.

Alex menumpahkan laharnya di bokong kenyal Miya.

Dengan pengertian, Alex mengambil tisu dan membantu membersihkannya. Miya membalik tubuhnya dan mengatur napas. Ada titik-titik keringat di dahi Miya dan anak rambutnya terlihat basah.

"Maaf sebentar sekali." Alex tidak percaya kata-kata keluar dari mulutnya. Padahal selama ini, Alex tidak pernah peduli pada pasangan mainnya. Tapi dengan Miya, ada perasaan ingin membuat Miya merasakan kenikmatan yang sama.

"Kemarilah," Miya menarik tangan Alex. Alex tiduran di samping Miya dan memeluknya. tiduran di pinggir kasur seperti ini bukanlah posisi yang nyaman. Tapi entah kenapa, Alex tidak masalah.


______________________________
Follow aku. Berikan vote jika kalian menyukai ceritanya. Lalu berikan kritik, saran dan apresiasi di kolom komentar agar aku selalu semangat untuk menulis. Terima kasih. Enjoy in Wattpad. 😊

Poor SecretsWhere stories live. Discover now