Raya terdiam, menatap Arga dengan tak mengerti. Mengapa laki-laki ini tiba-tiba menolak untuk belajar?

Arga mengambil paksa buku yang ada di tangan Raya. Lalu ia berdiri.

Brak!

Arga melempar buku itu tepat ke depan pintu kamarnya. "Lo yang babu atau gue yang babu lo? Hah!"

Raya menunduk dengan mata berkaca-kaca. Arga sekarang begitu kasar, suaranya meninggi, entah apa penyebabnya laki-laki itu menjadi emosi seperti ini.

Raya berdiri, "Aku ngelakuin kesalahan?" tanya Raya hati-hati.

Arga menatap Raya dengan tatapan yang tak bisa diartikan. "Ya."

"Aku harus apa Arga? Bunda kamu yang minta aku ngajarin kamu, aku gak bisa nolak." ucap Raya mencoba menahan tangisnya, ia bingung harus bagaimana menghadapi semua ini.

"Kenapa lo mau nurutin bunda gue? Lo bukan siapa-siapa gue kan?"

Raya terdiam.

Arga berjalan perlahan ke hadapan gadis itu. "Kalo lo mau nurutin kata-kata gue, gue bakalan mau dengerin apa kata bunda gue,"

Raya mengangkat kepalanya, menatap Arga dengan bingung. "Harusnya kamu nurut apa kata bunda kamu tanpa____"

"Lo jawab! Lo mau nurut gak sama kata-kata gue?" potong Arga.

"Apa?" tanya Raya pada akhirnya.

"Jadi pacar gue."

Raya terdiam menahan kaget.

Arga menatap Raya dengan ekpresi salah tingkah, lalu ia menatap remeh pada perempuan itu. "Ya, lo jangan geer dulu, maksud gue baik. Meskipun kita gak ada perasaan sama sekali, seenggaknya gue bakalan kurangin sifat jahat gue ke elo."

Raya masih diam, mencerna sebaik mungkin apa yang sudah Arga katakan.

"Ingat, gue gak pernah suka sama lo. Lo jangan kepedean." peringat Arga.

Raya menatap Arga tak mengerti. Sebenarnya laki-laki ini maunya apa?

"Arga. Di mana-mana orang yang berpacaran itu saling suka dan saling cinta. Sementara kita gak gak ada perasaan sama sekali. Gak, aku gak mau." tolak Raya yang kini langsung mengambil buku itu di lantai dan memeluk buku-buku itu dengan erat.

Arga menatap perempuan itu dengan menahan emosinya. "Yaudah pulang lo anjing, lo pikir gue mau jadi pacar lo? Lo sadar diri lah, ngaca lo!"

Arga merebut buku yang ada di tangan Raya dengan kasar, lalu melemparkan ke lantai kembali.

Brak!

"Arga!" Raya menatap kaget dengan prilaku Arga kepadanya. Kenapa laki-laki ini menjadi sangat emosi?

Tiba-tiba Tasya masuk ke kamar Arga dan melihat buku-buku berantakan di lantai. Lalu Tasya menatap Raya dan Arga secara bergantian. Dengan cepat, Tasya mendekati Raya, lalu menatap tajam pada anaknya. "Arga? Kamu kenapa? Raya ada buat salah sama kamu? Dia berniat baik loh, dia relain datang ke sini demi kamu Ga, tolong hargai!" gertak Tasya pada Arga.

ARGARAYAWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu