"Berapa kali gue mencoba menjadi anak baik? Berapa kali gue mencoba jadi anak yang penurut? Berapa kali gue meraih prestasi supaya mama melirik gue? Berapa kali gue berusaha menjadi anak yang mama inginkan? Tetapi apa ? Apa yang gue dapat? Bahkan mama tidak pernah menghargai semua usaha gue " ucap Tian sembari menunduk .

"Mama engga pernah perhatiin gue sebagaimana mama perhatian sama lo , dan sekarang gue udah cape berusaha berjuang untuk mendapatkan kasih sayang mama, apapun yang gue lakuin selalu salah di mata mama jadi jangan salahin gue jika gue menjadi ugal-ugalan kaya gini!" Lanjut Tian sembari menatap tajam sodara kembarnya tersebut.

Kris terdiam tidak dapat bersuara sepatah katapun semua yang di katakan Tian begitu menohoknya,mengapa ia tidak pernah sadar selama ini? Mengapa ia terlalu bodoh untuk mencerna semua ini.

Setetes air mata terjatuh tanpa dapat Tian cegah semua yang berkaitan dengan Maya pasti selalu berhasil merobohkan pertahananya selalu berhasil melumpuhkannya dan selalu membuat Tian ingin menyerah.

"Yan" gumam Kris masih dapat di dengar oleh Tian , Kris melihat Tian dari samping ingin rasanya ia memeluk tubuh kakaknya tersebut ingin rasanya ia mengobati luka yang di torehkan oleh mamanya pada kakaknya tersebut tetapi tubuhnya terasa kaku.

"Kalo lo ga bisa ngasih gue kebahagiaan , biarin gue mencari kebahagiaan gue sendiri"

_____________________


Perlahan tetapi pasti Tian membuka matanya dan pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah wajah Dewa yang terlelap di sampingnya, bukan sesuatu yang asing bagi kelas XII.A jika tertidur saat pelajaran pak Eza.

Karena guru sejarah satu ini tidak hanya menjelaskan tentang sejarah di masalalu saja bahkah sejarah kisah cintanya pun turut di ceritakan , dan tidak masalah bagi pak Eza jika para siswa/i, tertidur baginya yang penting sudah menjalankan tanggung jawabnya sebagai seorang guru .

menyampaikan ilmu kepada para siswa/i, masalah ilmu tersebut di resapi atau tidak oleh para siswa/i , itu bukan urusan pak Eza, tugas beliau hanya menyampaikan .

"Ristian"

Merasa namanya di panggil Tian yang duduknya paling belakang menegakkan tubuhnya supaya bisa melihat pak Eza .

"Tolong kumpulkan buku paketnya dan anter ke ruangan bapak"

Tian menyerit bingung sembari menatap punggung Tao sang ketua kelas yang duduk di depannya.

"Kenapa engga Tao pak? Biasanya kan si Tao"

"Bapak maunya kamu bukan Tao buruan bapak tunggu di ruangan"

"Udah sono buruan biar cepet keluar bapak lo, udah mules ni pala gue" ucap Tao sembari menoleh de belakang .

Tian menganggukkan kepalanya , ia berdiri sembari membawa tasnya yang ia sampirkan di pundak sebelah kiri.

"Eh eh jangan bawa tas"

Nah kan ini yang tidak di sukai oleh Tian dan membuatnya malas mengantarkan buku paket , pak Eza selalu menyuruh muridnya untuk meninggalkan tasnya di dalam kelas saat mengantarkan buku paket dan akan di ambil lagi ketika sudah menjalankan perintahnya , itu artinya Tian harus naik - turun , karena letak Kantor berada di lantai dasar sedangkan kelasnya berada di lantai dua.

"Kan sekalian pulang pak"

"Ya ntar kamu ambil lagi lah Tian buruan jangan kaya zaskia gotik "

"Ntar bawain ya" ucap Tian sembari memberikan tasnya pada Dewa.

Mistakes In The Past Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang