“Mereka?” beo Zara, dia melipat bibirnya. Kemudian melotot dan menepuk dahinya, seharusnya ia cepat-cepat menyiapkan minuman dan cemilan untuk teman Gentala. Tapi sekarang, malah berdiam diri, layaknya patung

“Ngebug.” Celetuknya menggeleng-gelengkan kepala pelan seraya terkekeh, ia mengambil minuman dingin dan beberapa cemilan. Di bantu Bi Sisi ke arah tamu. Zara melihat wajah Gentala yang terkejut saat dirinya datang tiba-tiba.

“Makasih Zara.” Ucap Bintang tersenyum, dan di balas senyuman manis oleh Zara. Suara Bintang, membuat Farel membuka matanya cepat, dia menatap Zara yang ada di depannya sedang meletakkan gelas yang berisi minuman sirup dan jus.

“Kamu nih, Genta, kenapa gak bilang sama aku?” tanya Zara mendekat pada Gentala, cowok itu menghela nafas dia menarik tangan Zara dan menyuruhnya duduk di samping dirinya. Menjawab singkat, membuat Zara mencubit tangannya pelan.

_______

Seorang pria paruh baya duduk di sofa dan menyenderkan punggungnya, dia menatap putranya yang sedang memainkan ponselnya. pria itu menghela nafas pelan, sambil meminum jus yang ada di meja kecil.

Daddy, tahu kamu suka sama dia.” ucap pria itu setelah menghabiskan jus, dan mulai menatap putranya yang diam membeku.

“Apa maksud Daddy?” tanya lelaki yang di sebut sebagai putranya itu.

“Kemarin Daddy liat kamu natapnya gitu banget, seolah-olah Zara adalah santapan baru buat kamu. Ares, dia udah punya suami,” ucap Jeno—ayah Ares.

Iya, Jeno sempat melihat kemarin saat dirinya sedang berbicara dengan Gino—Ayah Gentala. Tatapan Ares seolah-olah berbinar, walau anaknya itu tidak menunjukannya. Jeno tahu,  karena kepribadian yang di miliki oleh Ares, mirip seperti dirinya.

Daddy jangan sok tau.” Sangkal Ares mendengus pelan, dia menaruh ponselnya ke meja—sedikit melemparnya, sehingga terdengar suara dentingan. Ares membalas tatapan ayahnya, lalu terkekeh pelan.

“Mau mengubah takdir?” ucap Ares seakan-akan bertanya, dia tersenyum pada Daddy-nya. Jeno kembali mendengus pelan, dia menghela nafas.

“Jangan mengada-ngada Arestan, kamu gak pernah suka berdeketan sama lawan jenis. Sekalinya suka, malah istri orang.” Ujar Jeno, dia memutar bola matanya malas melihat anaknya yang malah tertawa.

Daddy, yang namanya suka ataupun cinta dan sayang. Gak pernah bisa di toleransi, atau lebih tepatnya gak ada yang tau di mana rasa itu akan berlabuh.” Kata Ares pelan, dia mengambil jus yang tinggal setengah dan meminumnya hingga habis.

Jeno mengangkat bahunya singkat, “Iya, manusia gak tau soal itu. Dan gak akan pernah tau. Tapi satu hal yang harus kamu inget Ares, jangan pernah ambil dia. Zara juga udah mau punya anak.”

Ares melipat bibirnya, dia menatap daddy-nya. Kemudian mengangguk sambil tersenyum tipis. Ares tidak tahu apa yang di miliki Zara, tapi cewek itu benar-benar membuat dirinya tertarik. Bahkan Ares baru saja beberapa kali bertemu dengan cewek itu. Entahlah, setidaknya dirinya tahu diri. Ares terkekeh saat tiba-tiba wajah cantik Zara terlintas di otaknya, dia memejamkan matanya dan menyandarkan tubuhnya pada sofa. Berusaha menghilangkan cewek itu di pikirannya.

_______

“Weh anjing!” teriak Farel terkejut, saat melihat anak itik dengan bulu yang warna-warni, menggelitiki kakinya.

Bintang menoleh cepat pada Farel, dia tersentak saat merasakan sesuatu yang lembut di area kakinya. Bintang menunduk dan membelalakan matanya, dia hampir saja tersedak air liurnya sendiri.

“Lu apain Ta anak itil jadi kayak begini?! udah kek jaman sd aja anjing!” ucap Farel, dia masih terkejut saat tadi kakinya di patuk dengan keras. Bintang menggeplak kepalanya, ucapan Farel ini benar-benar ambigu.

“Itik, anjing!” koreksi Bintang ketus.

Gentala memutar bola matanya jengah, “Mana ada anjing punya itik!” ujarnya dengan wajah malas. Sekarang dirinya yang mengaduh, Gentala menoleh ke samping ternyata Bara lah yang menggeplak belakang kepalanya.

“Anjing itu gak punya itik Bin, dia punya-nya itil! yang tadi kata Farel.” Lanjut Gentala sambil mengusap belakang kepalanya.

Farel tertawa terbahak-bahak, mendengar ucapan frontal Gentala. Dia juga semakin tertawa saat melihat bokong anak itik yang bergeol-geol kesana kemari. “Lawak lo itik!”

Bara menghela nafas, dia menatap Gentala, meminta penjelasan. ”Lo gak bisa produksi anak lagi? sampe ngadopsi itik?” tanya Bara sarkas, membuat Gentala menoleh dan melototkan matanya.

“Ngadi-ngadi lo bar! istri gue kemaren ngidam! lo jangan bikin kesimpulan gitu dong. Gue bahkan bisa ngeproduksi 100 anak.” Balaa Gentala dengan bangga, Bintang yang sedang minum tersedak dan terbatuk-batuk.

“Gila aja anjing! itu mah kayak yang di sosmed itu. Apaan teh?? oh iya! suami puas, istri tewas.” ujar Bintang dengan tertawa keras di akhir ucapannya, Gentala mendengus kasar ia melempar bantal pada wajah Bintang yang masih tertawa.

“Gak bakal! istri gue udah biasa!” kata Gentala tersenyum bangga.

“Anjir?! ngeunah sia kos kitu! aing jadi hayang kawin! ucap Farel heboh dengan logat sundanya. Membuat mereka melengos malas.

(Enak lo kayak gitu! gue jadi mau kawin!)

“Nikah dulu bego.” Sarkas Bintang menghela nafas jengah, dia memakan kacang yang ada di toples.

Gentala tadi melihat kacang itu masih penuh, sekarang sudah tinggal sedikit saja. Dasar tamu tidak tahu diri, pikirnya mendengus.

Sedangkan zara yang ada di kamar dia menggelengkan kepalanya seraya terkekeh, walaupun letaknya jauh dengan ruang tamu, tapi dirinya masih bisa mendengar semua percakapan tidak bermutu mereka. Kalau kata Gentala tadi, mereka tamu biadab dan tidak tahu diri. Zara tertawa mengingat bisikan Gentala tadi.

Tbc

August 06, 2021
Revisi; November 07, 2021

Note; Farel waktu kecil pernah tinggal di bandung, jadi dia kadang suka pake bahasa sunda. Tapi yang Farel gunain, itu logat kasarnya.

See u <3

Everything About Me ✓حيث تعيش القصص. اكتشف الآن