03. Sekolah

168K 15.2K 335
                                    

VOTE TERLEBIH DAHULU 🦋

“Ra, si Bintang cakep banget ya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Ra, si Bintang cakep banget ya.” Ucap Dhea sambil tersenyum gemas.

Anna memutar bola matanya jengah, Dhea memang menyukai Bintang. Karena parasnya yang tamvan, sikap dewasa Bintang pun tidak hanya Dhea yang menyukainya. Semua siswi di sekolah ini, pun menyukainya.

Zara memperhatikan Gentala yang sedang mendribell bola basket, sebenarnya Zara masih cukup kecewa dengan kenyataan. Hanya saja ia tak bisa menentang takdir, toh Tuhan pasti memiliki rencana yang lebih baik lagi nantinya.

“Tumben si Genta, kaga ganggu lo Ra.” Ucap Dhea heran, karena biasanya Gentala selalu mengganggu Zara. Menyuruhnya ini itu, di bentaki di depan semua orang. Bahkan Zara pernah di permalukan.

“Lo apa-apaan si Dhe, orang mah bagus ga ganggu lagi. Mungkin dia udah tobat.” Timpal Anna, mengangkat bahunya singkat.

“Ya kali orang kek gitu tobat!” balas Dhea dengan nada tinggi, membuat siswa-siswi yang ada di sekitarnya menatap mereka.

“U-udah Dhea, b-bagus dong kalau gitu, hehe.” Ujar Zara gugup, dan cengengesan.

Zara melihat Gentala yang sedang minum, lalu tubuhnya mematung, saat Gentala menatapnya balik dengan pandangan yang sulit ia artikan.

“A-ayo, sebentar lagi bel ... ” ajak Zara mengalihkan tatapannya, pada kedua temannya.

Benar kata Zara, bahkan mereka baru berhenti di depan pintu kelas. Tak lama bel langsung berbunyi, membuat murid-murid yang menunggu jam pulang pun kegirangan.

“Kamu jalan lagi Ra?” tanya Anna saat mereka keluar kelas.

“Enggak ko Na, aku naik angkot.” Ucap Zara.

“Mau bareng ga?” tawar Anna, karena dia sekarang membawa mobil. Siapa tau Zara ingin ikut dengannya, sekali-kali.

“Enggak usah. Dah Anna, Dah Dhea." ucap Zara menolak, dan pamit untuk pulang, seraya melambaikan tangannya.

Zara melangkah ke arah gerbang, untuk menunggu angkutan yang akan ia tumpangi. Matanya menyipit saat terik matahari menyengatnya.

Sebuah motor berhenti di depannya, membuat Zara bingung. Mungkin saja menjemput seseorang di Sma nya.

“Butuh tumpangan?” tanya orang itu.

Zara menatap kesana kemari, kemudian beralih ke orang itu lagi. Zara menunjuk dirinya sendiri, dan di angguki oleh orang itu.

“N-nggak usah, aku gak kenal kamu.” Bagaimana mau kenal orang dia aja pake helm, lanjut Zara di dalam hati.

Everything About Me ✓Where stories live. Discover now