Prolog

356K 17.9K 1.5K
                                    

JALUR MANA NIH?

HAPPY READING! 💗

“Ngapain lo di situ?”

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

“Ngapain lo di situ?”

“A—aku ga mau ke sana, itu bukan tempat aku Genta.”

“Lo lelet amat si, ayo cepet.” Ucap Gentala sambil menarik tangan Zara dengan keras, membuat sang empu meringis.

Gentala membawanya ke tempat dimana banyak orang-orang berdosa di dalam sana, club.

Dia bilang cuma ingin menemaninya, tapi entah kenapa perasaan Zara dari tadi tidak enak. Entah karena apa.

Terlebih ayahnya masih sakit, Zara tidak mungkin meninggalkannya lama, dan di rumahnya ayah seorang diri sekarang.

“Lo ngapain, ngajak si cupu Ta?” tanya Farel dengan melihat ke arah Zara tidak suka.

“Nemenin gue doang.” jawab Genta

“Jangan pulang malem-malem Ta, kesian si Zara.” ucap Bintang dengan menatap Zara prihatin.

Gentala menatap Zara, kemudian merotasikan bola matanya malas.

Dia meneguk wine nya sampai habis, tapi Gentala masih sadar walau sudah meminum tiga botol wine.

Berbeda dengan kedua temannya, mereka sudah teler karena mabuk.

Zara mengusap lengannya, melihat sekitar. Banyak sekali perempuan memakai baju kurang bahan, dirinya mulai was-was saat ini. Terlebih para lelaki di pojok sana selalu melihat kearahnya.

“Genta, aku pengen pulang. Ayah di rumah sendiri.” kata Zara sambil memegang tangan Genta.

Gentala menatapnya lalu beranjak “ayo.”

Zara masuk ke dalam mobil Gentala, dan bersandar saat mobil sudah di lajukan oleh Genta.

“Ke apartemen gue dulu.” Ucap Gentala pelan.

Zara hanya menganggukan kepalanya tanpa curiga sedikit pun, dia turun saat sudah sampai di apartemen milik Gentala.

Gentala menekan lantai 6 saat sudah di dalam lift, kemudian dia menoleh ke arah Zara yang sedang menatapnya. Gentala menatapnya intens membuat Zara gugup.

Mereka berdua masuk saat gentala membuka pintunya dengan password, Zara melangkah mengikuti Gentala.

“Kamu mau ngapain?” tanya Zara saat Gentala membuka pintu kamarnya.

“Makan lo.” jawabnya.

“Apa? kamu—” sebelum Zara melanjutkan ucapannya, Gentala menarik tangannya kuat. Dan menutup pintu kamar, membuat Zara ketakutan.

“G—genta, a—apa yang kamu lakuin?” ucap Zara melihat Gentala yang melempar tasnya ke sembarang arah.

“Rileks Zara, gue cuma mau main.”

“A—aku mau pulang Genta.”

Gentala tidak peduli dengan ucapan Zara dia menarik tangan Zara kasar dan mendorong tubuhnya ke arah kasur, lalu menindihnya.

Zara yang ingin bangkit di tahan oleh Gentala yang tiba-tiba menciumnya dengan kasar dan liar.

Dia berontak dan memukul bahu gentala berkali-kali, tapi cowok itu tidak mendengarnya.

Dan hari itu, malam itu. Zara menyesali perbuatannya, meninggalkan ayahnya yang sedang sakit di rumah sendirian. Dan malah mengiyakan ajakan Gentala yang tadinya dia bilang akan mengajaknya ke toko buku. Tapi malah ke tempat yang tidak pernah dia kunjungi sekali pun.

Dan Zara juga seharusnya langsung pulang saat itu, bukan meminta Gentala untuk mengantarkannya. Yang mana malah berbelok arah ke apartemen Gentala dan melakukan suatu hal yang tidak pernah dia duga.

Tbc

Revisi; October 17, 2021

Everything About Me ✓Onde histórias criam vida. Descubra agora