Tanpa ragu Atena langsung berteriak memanggil Ares membuat perkelahian itu terhenti. "Ares!"

Ares langsung menengok kerah suara yang memanggilnya. Suara yang membuat tangannya berhenti untuk memukul orang yang telah membuatnya marah besar.

Tak hanya Ares yang menatap Atena, semua orang yang ada disana pun menatap Atena.

Tidak ada keraguan dalam diri Atena, ia terus melotot menatap Ares agar Ares melepas cengkeraman tangannya dari kera baju Aryo.

Atena tidak memperdulikan sekitar, ia tidak takut dengan siapa pun, ia juga sama sekali tidak peduli kalo nantinya ia akan dibicarakan oleh satu sekolah dan bahkan akan dicecer sama Tara.

Matanya benar-benar tidak teralihkan, ia terus menatap Ares.

Ares melepaskan tangannya dari kera baju Aryo. "Kali ini lo selamat" ucapnya lalu berjalan menghampiri Atena.

Tara yang melihat itu kesal. Kenapa harus cewe kutu buku itu yang Ares hampiri? dan kenapa Ares langsung berhenti berkelahi setelah cewe cupu, kampungan, udik itu datang?

Ares berdiri tepat didepan Atena lalu tersenyum manis, seolah tak ada hal yang terjadi.

Raut wajah Atena sama sekali tidak berubah, matanya tetap melototi Ares menunjukkan kalo ia tidak suka Ares berkelahi.

Semua orang yang ada disana dibuat terkejut ketika tangan Atena menarik tangan Ares, dan Ares tidak menangkisnya, ia malah mengikuti langkah kaki Atena.

Atena membawa Ares keluar dari kerumunan itu menuju ruang uks.

"Apa si faedahnya orang berantem? merasa senang? merasa puas? lega? karna unek-uneknya udah dituang dengan nonjok orang? iya, ha?!" tanya Atena monoton, seraya mengambil kotak p3k.

"Gue tanya sama lo, apa faedahnya? ini faedahnya?" tanya Atena lalu memencet luka yang ada di dahi Ares. Ares pun meringis kesakitan.

"Sakitkan? itu yang lo dapet dari nonjok orang. Masalah itu diselesaikan dengan cara baik-baik, bukan dengan berantem terus nonjok orang. Itu bukan menyelesaikan masalah namanya, yang ada lo nambahin masalah karna lo babak belur!" ucap Atena yang masih kesal karna emosi Ares yang tidak bisa terkontrol.

Ares terdiam menatap Atena yang ngoceh-ngoceh memarahinya.

Ares sama sekali tidak kesal karna Atena memarahinya, malah sebaliknya ia malah senang kalo Atena marah-marah. Karna dengan itu ia tahu kalo Atena sebenarnya sayang dengannya dan tidak mau Ares kenapa-napa.

"Udah marah-marahnya?" tanya Ares tersenyum tipis. Atena memutarkan bola matanya. "Gue seneng lo obatin gue, gue seneng lo marahin gue. Karna dengan itu gue tahu kalo sebenernya lo sayang sama gue" lanjutnya.

"Crk, udah nih" Atena memberikan kotak p3k lalu berjalan keluar uks, tapi langkahnya terhenti ketika Ares menarik tangannya.

"Dih mau kemana lo? sini aja udah obatin gue" ucap Ares yang berharap agar Atena tetap bersamanya diruang uks.

"Lo yang cari masalah sendiri, jadi lo juga yang harus ngobatin diri lo sendiri" balas Atena dengan seringannya.

Ares mengelahkan napas kasar, mukanya pasrah kalo Atena sudah seperti itu.

Ares mengambil kapas dan obat merah, lalu ia mentap-tap mukanya dengan kapas itu, tapi ia tidak bisa melihat dimana lukanya berada.

Atena yang melihat itu geregetan, ia langsung mengambil kapas dari tangan Ares lalu mengobati luka itu.

Napas Ares terhenti sejenak, ia terlonjak kaget ketika Atena mengambil kapas dari tangannya dan langsung mengobatinya.

Sekarang muka Ares dengan Atena sangat lah dekat hingga Ares bisa merasakan napas Atena.

Atena dengan fokus dan hati-hati mengobati luka yang ada di wajah Ares. Ketika ia sedang mengobati luka yang berada ditulang pipi Ares, ia melihat muka Ares memerah seperti kepiting rebus.

Dengan sengaja Atena menekan luka itu hingga Ares meringis kesakitan.

"Udah nih, obatin aja sendiri" ucap Atena lalu meninggalkan Ares sendiri di uks.

Setelah Atena keluar dari uks, Ares langsung tersenyum lebar.

Atena berjalan menuju kelasnya, tapi ketika di perjalanan, seseorang langsung menarik tangannya dari belakang dan membawanya ke toilet.

Orang yang menarik Atena tak lain dan tak bukan, Tara dan dua orang budaknya yaitu Nayla dan Gabriel.
Atena didorong oleh Nayla dan Gabriel hingga kepalanya terbentur dinding toilet.

"Ngapain si lo?! mau jadi apa? mau jadi hero, iya? nggak takut apa sama gue?! nggak takut sama satu sekolah? karna nantinya... lo akan diomongin dan dicap sebagai orang yang sok ikut campur dan perebut cowo orang! karna yang semua orang tahu, gua sama Ares itu pa-ca-ran...!" ucap Tara seraya tersenyum sinis.

Atena sama sekali tidak takut dengan Tara. Ia terus menatap Tara tanpa berkedip.

"Girls..." panggil Tara. Gabriel langsung mengeluarkan gunting dari kantongnya, lalu memberikan gunting itu ke Tara.

Setelah Gabriel memberikan gunting itu, ia dan Nayla langsung memegang tangan Atena agar Atena tidak berontak. Dan Tara langsung melakukan aksinya.

Ia memotong rambut indah Atena hingga pendek dan tak beraturan. Tak ada perlawanan dari Atena, ia hanya bisa terdiam berusaha untuk menahan air mata yang ingin jatuh dan menerima konsekuensinya kalo ia mendekati Ares secara terang-terangan.

"Ini cuma langkah pertama agar lo menjauh dari Ares dan nggak ikut campur sama masalahnya. Tapi kalo sekali lagi gue liat lo deket-deket sama Ares, sok jadi hero buat Ares. Gua pastiin bukan hanya rambut lo yang bagus ini ke potong, tapi semuanya" gertak Tara lalu meninggalkan Atena sendirian ditoilet.

TERES (Selesai)Where stories live. Discover now