Jadi, selama ini bukan dirinya yang bersikap curang? Tetapi Sena sendiri yang waktu itu sialnya menangkap basah tindakannya.

Tok tok tok

Sena tidak berbicara apa pun selain mengetuk pintu, sama halnya dengan Zefanya yang hanya membukakan sedikit celah pintu untuk tangannya mengambil pembalut yang Sena bawakan lalu bergumam terima kasih.

Sena tersenyum geli, awalnya ia bingung ingin mencari benda itu ke mana. Ibunya tidak ada di rumah, dan tidak etis sekali jika dirinya masuk ke dalam kamar orang tuanya tanpa sepengetahuan keduanya. Akhirnya dengan segudang rasa malu Sena meminta benda itu kepada salah satu asisten rumah tangga perempuan yang bekerja di rumahnya.

Tak lama kemudian Zefanya keluar dengan wajah menunduk menghampiri Sena yang kembali duduk di atas karpet berbulu seraya memainkan ponsel miliknya.

"Lo udah selesai, kan? Soal yang tadi gue cek hari Senin aja. Gue pergi dulu," ujar Zefanya tanpa melihat Sena seraya memasukkan barang-barangnya ke dalam tas.

Sena terkekeh kecil, tak biasa melihat Zefanya dengan tingkah seperti ini.

Saat Zefanya berjalan ke luar kamar, Sena mengikutinya dari belakang.

"Gak usah nganter gue sampe depan, gue bisa sendiri," sungut Zefanya kesal.

"Gue mau makan," sahut Sena dengan nada mengejek.

Wajah Zefanya otomatis memerah seperti tomat, tubuhnya berbalik lalu mengambil langkah besar-besar meninggalkan Sena. Namun, kaki Zefanya harus berhenti ketika seorang pria paruh baya lengkap dengan setelan jas dan celana bahan menghadang jalannya dengan senyum tampan.

"Loh, Sena sudah punya pacar baru?" tanya pria itu seraya tersenyum ke arah Zefanya dan melirik Sena yang berjalan mendekat ke arahnya.

Zefanya mau tak mau membalas senyum yang tampak ramah itu.

"Bukan, dia temen Sena," sahut Sena datar.

Pria itu mengangguk pelan. "Ya sudah, Papa ke kamar dulu," tuturnya lalu berjalan melewati Zefanya.

Sena pun turut melangkahkan kakinya berlawanan arah dengan sang ayah, meninggalkan dirinya seorang diri di lorong rumah besar pemuda itu.

Zefanya menghela napas pelan lalu kembali melanjutkan niatnya. Wajah Sena sangat mirip dengan ayahnya, tetapi sikap mereka seperti langit dan bumi.

"Kak? Kak Zef?" panggil Ziel seraya mengbias-ngibaskan tangannya di depan wajah Zefanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kak? Kak Zef?" panggil Ziel seraya mengbias-ngibaskan tangannya di depan wajah Zefanya.

"E-eh, iya? Ada yang gak paham?" sahut Zefanya terkejut.

Ziel menggeleng pelan. "Udah selesai kok," balasnya. "Kakak, kenapa?"

Zefanya tersenyum kecil. "Gak papa, kok."

Ziel menatap Zefanya beberapa saat sebelum akhirnya kembali mengerjakan soal yang guru lesnya itu berikan.

Zefanya menghela napas pelan, dirinya terlalu larut dalam dunianya sendiri memikirkan satu langkahnya semakin dekat untuk kebebasannya dari jeratan setan Sena. Ia hanya butuh beberapa bukti kecurangan yang pemuda itu lakukan sebelum balas mengancam Sena dengan itu semua.

Sementara itu, Haikal yang atensinya sebenarnya tidak dibutuhkan, tetapi memaksa untuk hadir di tengah-tengah mereka dengan alasan memastikan Ziel belajar dengan fokus, duduk di sofa tak jauh dari keduanya ikut menatap Zefanya penasaran. Sebenarnya Zefanya tidak pernah melamun seperti itu, apakah terjadi sesuatu? Pikir Haikal.

Gerakan tangan Ziel di atas kertas kembali terhenti, kepalanya mendongak menatap Zefanya.

"Kakak, udah punya pacar?" tanya Ziel random.

Zefanya mengerutkan keningnya. "Belum, kenapa emangnya?"

"Aku mau daftar jadi pacar, Kakak."

Zefanya tersenyum kecut, jemarinya mengelus surai legam Ziel. "Sekolah dulu yang bener, baru pacar-pacaran."

Di lain sisi, Haikal menatap adiknya tidak percaya. Bisa-bisanya Ziel bertanya seperti itu saat mengetahui bahwa dirinya menyukai Zefanya, dan apa itu tadi? Zefanya mengelus Ziel? Ya ampun, Haikal cemburu!

TBC

A/n: Hah, kok chapter 19 lagi? Iya, Guys, ini gak salah. Sorry, ya, setelah aku pikir-pikir lagi chapter kemarin itu gak nyambung sama chapter lanjutannya, malah buat stuck dan cerita ini aneh kalau aku gakmaksa revisi di tengah-tengah begini.

Aku usahain untuk balik lagi update seminggu sekali, doain ya supaya idenya lancar terus biar gak berhenti lagi.

Okay, don't forget to vote, follow and comment, see you next part!

Okay, don't forget to vote, follow and comment, see you next part!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
MistakeWhere stories live. Discover now