Episode 28 - Jangan Harap

Mulai dari awal
                                    

"AAAAAA TANTE LIHAT AYANG RYAN!" adu Sasya sembari memukul-mukul Ryan yang berlari-lari keliling ruang tamu layaknya anak SD yang tengah bertengkar sembari berkejar-kejaran.

"Hei. Sudah, sudah! Ryan sana kamu mandi!" seru Resti mengomel sembari menarik tangan Ryan memberhentikan Ryan yang tengah berlari-lari.

Ryan menghela napasnya kasar, mengatur napasnya yang ngos-ngosan. "Capek anying udah," desis Ryan kala Sasya masih ingin bermain kejar-kejaran dengan Ryan.

"Ya sudah, kamu sekarang mandi dulu aja sana. Adinda sama Sasya duduk aja, bunda mau buatin kalian minuman spesial yang suka Reza dan Ryan minum," ujar Resti.

"Ashiap!" Sasya duduk di atas sofa diikuti oleh Adinda yang sekarang duduk di sebelahnya .

"Hih, lagian siapa juga yang mau lama-lama di sini? Apa lagi ada curut noh," Ryan menatap sinis Sasya. Sasya hanya bisa memanyunkan bibirnya, dia harus menjaga sikapnya karena di sana ada Adinda.

Ryan berjalan ke lantai atas lalu memasuki kamarnya dan bergegas untuk mandi.

"Kamu lucu ya," puji Adinda menatap Sasya dengan tertawa pelan.

Sasya menoleh ke arah Adinda. "H-hah siapa yang lucu? Sasya?" Sasya menunjuk dirinya sendiri dengan jari telunjuknya.

Adinda mengangguk. "Iya, kamu. By the way, kamu kelas berapa?" tanya Adinda.

"Aw, makasih," salting Sasya tersenyum malu-malu.

"Aku kelas dua belas SMA. Sebentar lagi juga aku lulus kok. Abis lulus aku menikah deh sama ayang Ryan," jawab Sasya dengan lugunya membuat Adinda sedikit terkejut.

"Ya ampun, jangan dong. Kuliah dulu aja, kalau udah jadi orang yang sukses baru deh, kamu boleh menikah sama Ryan," ujar Adinda membuat Sasya langsung terdiam.

"Kenapa?" Sasya tampak berpikir tak mengerti maksud dari ucapan Adinda barusan.

"Karena, kalau udah menikah yang dikejar bukan cinta ataupun tampang. Tapi logika, bayangin kamu sama Ryan menikah, tapi Ryan belum kerja emang kamu mau punya suami belum kerja?"

Sasya menggeleng dan bergidik ngeri. "Enggak dong! Sasya enggak mau punya suami yang gak kerja, nyusahin. Huh," balas Sasya.

"Nah maka dari itu. Mendingan kamu kejar dulu mimpi kamu, atau gak kuliah dulu deh,"

"Iya deh nanti Sasya bakal kuliah! Terus cari kerja dan jadi orang yang sukses," ucap Sasya dengan tekad yang tinggi membuat Adinda mengacungkan jempolnya.

Tak lama, Reza datang lalu duduk di sebelah Adinda. Reza mengacak-acak rambutnya dengan handuk pendek yang dia taro di lehernya.

"Udah mandi?"

"Udah. Ini rambut aku masih basah," ucap Reza dengan anggukan kecil.

"Ayang Ryan, mana bang?" tanya Sasya.

"Gak tau, dia masih mandi kaliz" jawab Reza. "Kalau mau samperin aja ke kamarnya," suruhan dari Reza benar-benar ada bagusnya juga. Itung-itung Sasya modus kan.

Sasya mengangguk semangat. Kemudian gadis itu berjalan ke lantai atas dan memasuki kamar Ryan.

"Sasya kayaknya sering banget ya main ke sini?" tanya Adinda kepada Reza yang sibuk mengacak-acak rambutnya dengan handuk agar cepat kering.

"Dia itu tetangga paling meresahkan di komplek aku. Tiap hari kerjaannya, main mulu apa lagi kalau ada Ryan. Ya sekalian dia nemenin bunda aku," jawab Reza.

"Ayah kamu?"

"Si pedo itu? Udah mati." ketus Reza.

Adinda mengangkat satu alisnya tak mengerti maksud Reza barusan. Pedo? Mati?

"Apaan sih, aku nanya serius!" omel Adinda menatap malas Reza.

"Apa muka aku kelihatan bercanda? Udah jangan dibahas. Males," ucap Reza. Nada bicara Reza sudah mulai terdengar mulai ketus membuat Adinda merasa bersalah sudah menanyakan tentang hal itu kepada Reza.

"Maaf, aku cuman nanya aja kok gak bermaksud apa-apa," Adinda menatap Reza dengan tatapan tak enak.

Reza tersenyum. Kemudian mengelus rambut Adinda dengan lembut. "Gak apa-apa kok, bunda ke mana? Kok gak ada?"

"Bunda ada di sini," Resti datang dengan membawa empat gelas minuman yang ditaruhnya di nampan. Resti meletakan empat gelas itu di meja lalu setelah itu duduk si sofa yang kosong.

"Di minum, Din. Maaf ya lama," Resti tersenyum tipis.

"Gapapa kok, bun, ngerepotin kan aku jadinya," balas Adinda.

"Ah, gak apa-apa juga. Toh, kamu juga jarang main ke sini kan," Adinda mengangguk kemudian meminum minuman buatan Resti.

"Sasya ke mana?" tanya Resti menatapi keberadaan Sasya yang tidak ada.

"Ke kamar Ryan, itu tadi Reza yang nyuruh Sasya buat ke kamar Ryan" jawab Adinda.

Di kamar Ryan, Sasya menatapi Ryan yang masih sibuk dengan tugas-tugas sekolahnya. Ternyata Ryan belum sama sekali mandi buktinya Ryan masih memakai seragam sekolahnya.

"Ayang Ryan belum mandi?" Sasya berjalan mendekati Ryan yang sedang terduduk dimeja belajarnya.

Ryan menoleh ke arah Sasya. "Ngapain lo? Gak pulang?" ucap Ryan bertanya. Sasya hanya menggelengkan kepalanya.

"Sasya mau nemenin ayang Ryan belajar. Tumben ayang rajin," gumam Sasya tersenyum meledek ke arah Ryan.

Ryan memutar bola matanya malas. "ET songong banget lo bocah," dumel Ryan kesal membuat Sasya tertawa.

Ryan kemudian melanjutkan aktivitasnya lagi dan memilih untuk mendiamkan Sasya yang daritadi memperhatikannya.

"Ayang Ryan kapan sih, bisa buka hati buat, Sasya?" Sasya menatap Ryan dengan tatapan yang sangat lekat.

"Sampai kapan pun, gue gak akan buka hati gue, buat, lo. Dan, jangan harap lo bisa dapetin gue!"

Tbc

Nyelekit ya Ryan kalau ngomong.

Hey, Vote dong!

Sedih banget yg baca nya banyak tapi yang vote nya sedikit🥺

Btw ku update cepet nih🤔🤔

Sungkem dulu dong😍

See you next time guys♡︎

Buat siders :


DOSENKU MANTANKU [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang