“Kenapa ga pake pengaman?” tanya Gino, sekarang Gentala lah yang menahan nafasnya. Dia melirik ke sana kemari; untuk menemukan jawaban.

Gentala menggaruk belakang kepalanya bingung, Gino menghela nafas.

“Besok kamu ajak dia ke sini, kita bicara pelan-pelan,” Ujar Gino to the point.

Sepertinya kedua manusia ini memang blak blak an.

Bahkan Gentala saja sempat berpikir ayahnya ini mengajarkannya untuk berbicara langsung pada intinya. Gentala tak habis pikir dengan pikiran ayahnya.

“Tapi dia sekarang tinggal sendiri ayah,”

Kali ini Gino yang membulatkan matanya, “Maksud kamu dia ... ?”

Gentala menganggukan kepalanya, “Yang aku tau si, ibunya meninggal 9 bulan yang lalu. Terus di susul ayahnya ... jadi dia sendiri sekarang.”

“Bagus dong kalau gitu,” ucap Gino spontan, Gentala terkejut mendengar jawaban dari gino, bahkan sekarang ayahnya itu sedang mengusap dagunya sambil menahan senyum.

“M-maksud ayah?”

“Kamu ga kepikirin kalo nanti, kamu kerumahnya, terus ada orang tuanya, kamu bakal di apain?”

Gentala terdiam, iya. Dia sempat berpikir saat melamar Zara nanti, ia akan di tampar dan di bogem oleh ayahnya Zara. Bahkan ia juga berpikir, bisa jadi calon mertuanya itu akan membunuhnya.

“I-iya juga ya, keren juga pikiran ayah,” ucap Gentala tersenyum sumringah, yang di angguki Gino sambil tertawa pelan. Benar-benar keluarga yang harmonis sepertinya jika di lihat-lihat, bisa di deskripsikan bahwa mereka, benar-benar sudah gila.

✵✵✵

Zara berjalan pelan sambil bersenandung, malam ini ia libur kerja. Sekarang ia sedang ke arah supermarket, untuk belanja bahan-bahan makanan. Dan mengisi kulkasnya yang sudah kosong.

Dia masuk dan tersenyum melihat makanan yang banyak, melangkah mendekati sederet mie. Dan mengambil seperlunya.

“Untung aja supermarket nya deket,” Ucapnya tersenyum sumringah.

Memang tidak jauh dari gang rumah Zara, di pinggir apotek yang dulu ia membeli sesuatu. Jadi zara pikir tidak mungkin ia membawa motor, hanya kerja saja nanti. Saat di mana Gentala mengantarkannya waktu itu, ia memang tidak membawa motor karena bensinnya habis.

Zara memilih keranjang berwarna merah, ia tidak ingin memakai troli, karena memang sedang tidak ingin.

Saat sedang melihat-lihat cemilan, keranjang belanjaannya di ambil seseorang. Zara terkejut saat melihat orang itu, dan ingin meraih keranjangnya lagi. Tapi orang itu malah berjalan mendahului-nya.

“Gentala!” sentak Zara kesal.

Iya, orang itu Gentala. Zara memutar bola matanya malas, melihat Gentala yang berjalan cepat di depannya.

“Kamu ngapain si Genta?!” sarkas Zara saat Gentala berhenti, karena ia tarik baju lengannya tadi.

“Belanja.” Jawab cowok itu singkat.

Zara mengernyit “Tapi itu kan keranjang aku Genta, kamu bisa ngambil yang lain,”

“Nemenin lo.” Ucap Gentala pelan, seraya menatap Zara dalam.

Zara menahan napas, kemudian beralih menatap orang-orang sekitarnya yang sedang memperhatikan mereka. Zara menarik tangan Gentala, ke tempat kulkas yang banyak minuman. Karena sepi, jadi ia membawa Gentala kemari.

“Kamu itu kenapa sih Genta, ganggu aku terus?!” tanya Zara menahan kesal.

“Gue mau ngomong sama lo,”

“Yaudah nanti, aku lagi belanja,”

“Tapi gue mau nemenin lo.” Ucap Gentala kekeuh.

Zara menghela napas, dan berjalan mengambil bahan yang lain. Ia pasrah saja melihat Gentala yang sedang membawa keranjang belanjaannya sambil membuntutinya itu.

Setelah selesai, mereka keluar dari supermarket, sebenarnya tadi ada acara berdebat dulu. Karena Gentala yang ingin membayar belanjaannya, dan dirinya yang ingin mengganti uang cowok itu tetapi di tolak.

“Sekarang kamu mau ngomong apa?” tanya Zara saat sudah jauh dari pintu market.

“Ayah gue mau ketemu lo,” ucapnya sambil menatap Zara.

“Mau ngapain?” tanya Zara lagi, mengernyit bingung.

“Gue mau tanggung jawab,”

Zara menelan salivanya susah payah mendengar jawaban Gentala, ia menatap cowok itu terkejut.

“M-maksud kamu?”

“Ayo nikah, gue udah siap,” ujar Gentala, dengan menatap Zara serius dan dalam.

Zara membulatkan matanya mendengar ucapan Gentala yang sangat To the point, dia menahan nafas, dan menatap tidak percaya pada cowok itu.

“A-aku—” belum melanjutkan ucapannya, Gentala menarik tangannya ke arah parkiran.

“Ke rumah gue, kita bicarain di sana.” Katanya dan mendorong tubuh kaku Zara pelan, masuk kedalam mobil, mungkin cewek itu syok mendengar bicaranya yang langsung ke inti.

Gentala melajukan mobilnya, dan menatap Zara sekilas yang sedang melamun. Ia menghela napas pelan, kemudian mengambil tangan Zara, dan mengusapnya dengan ibu jari tangannya. Dapat ia lihat wajah terkejut Zara, melihat tindakannya yang tiba-tiba.

Tbc

July 24, 2021
Revisi; October 17, 2021

Note; Seperti apa yang aku bilang ya, kalo supermarket, rumah sakit, sama apotek. Itu ada di sekitaran gang perumahan Zara.

See you <3

Everything About Me ✓Where stories live. Discover now