Gentala berdiri di tangga bersama teman-temannya, ia melihat Zara bagaimana tertawa tadi. Pikirannya berkecamuk saat ini, entahlah, ia masih bingung, apa harus bertanggung jawab, atau tidak? terlebih, jika ayahnya tahu, pasti akan marah besar, mungkin.

Bintang menepuk pundaknya, “Kenapa lo? dari kemaren gue liat-liat kek nya, murung mulu.”

“Tau nih, udah kayak kebanyakan utang aja lo.” Timpal Farel melirik Gentala singkat, lalu melanjutkan aktifitasnya yang sedang ngegame.

Gentala tidak menjawab, ia menghela napas pelan, tatapannya beralih pada Bara. Ia masih bingung, apa dia harus mengikuti ucapan Bara kemarin? tapi bagaimana jadinya nanti, jika orang-orang tahu, bahwa dirinya menghamili orang yang selalu ia bully, dan sialnya, semua orang tahu itu Zara.

Bara menaikkan kedua alisnya, mendengus melihat tatapan kosong Gentala yang menatapnya. Dia melangkah mendekati Gentala, dan menepuk bahunya sedikit menekannya—seperti kemarin.

“Jangan mikirin ucapan orang lain, gue udah bilang kalo lo beneran ngelakuin itu, lo harus cepet-cepet tanggung jawab.” Ucapnya sambil berbisik, supaya tidak di dengar Bintang dan Farel.

Gentala menatap Bara sebentar, lalu menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya pelan.

“Gue gatau Bar.” Ucap Gentala lirih, membuat Bara memutar bola matanya jengah.

“Lo berdua ngapain si, dari kemaren bisik-bisik mulu.” ucap Bintang heran.

Gentala dan Bara ini membuatnya kepo. Kalau sedang bergosip kenapa tidak mengajak-ngajak dirinya?

“Homo ya lo?” tanya Farel menyipitkan matanya.

Gentala mendorong bahu Bara, melotot pada Farel. “Enak aja lo!” sentak Gentala mendengus kasar.

“Orang-orang juga pasti mikir kek gitu kali, orang lo berdua aja dempet begitu.” Ucap Bintang melirik malas.

“Gajelas, lo berdua.” Desis Gentala ia melangkah pergi ke kelas, lebih baik ia mengalihkan pikirannya dengan belajar.

Walaupun ia tidak belajar pun otaknya akan tetap pintar, hanya saja, guru-guru menganggapnya berandal kelas. Karena sering menganggu orang-orang yang tidak bersalah.

Bel istirahat berbunyi, membuat murid-murid menegakkan badannya sambil tersenyum sumringah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bel istirahat berbunyi, membuat murid-murid menegakkan badannya sambil tersenyum sumringah. Karena yang di tunggu-tunggu datang juga.

Zara menggelengkan kepalanya melihat keantusiasan Dhea yang ingin ke kantin, dia juga sebenarnya lapar jadi menganggukkan kepalanya, ketika di ajak Anna untuk ke kantin.

“Ra, pipi kamu kok, agak tembem ya?” tanya Anna tersenyum gemas, ia menoel pipi Zara.

Zara membulatkan matanya, ia tersenyum malu, dan terkekeh, menatap Anna yang masih menoel-noel pipinya.

“Tau Ra, pipi lo tembem banget dah. Padahal lo jarang makan‘kan, di rumah?” ucap Dhea menaikkan kedua alisnya, bertanya pada Zara.

“A-aku gatau juga, hehe,” Balas Zara mulai gugup.

Sebenarnya bukan karena soal makan atau tidaknya, tapi saat ini ia sedang hamil, otomatis bagian tubuhnya sedikit mengembang, seperti pipi; yang terlihat agak chubby.

Dhea mengangguk-anggukan kepalanya di ikuti Anna, kemudian mereka berjalan sambil berbincang ke arah kantin. Zara berpikir ia akan memberi tahu teman-temannya secepatnya.

“Lo pada mau pesen apa? biar gue yang ke sana.” Ucap Dhea sambil menunjuk ke arah kedai-kedai yang sudah ramai.

“Aku mau mie ayam aja, minumannya sama— awwh ssshh ...” belum Zara menyelesaikan ucapannya, seseorang menumpahkan kuah bakso panas padanya. Entah di sengaja atau tidak.

“E-eh maaf, maaf, a—aku gak sengaja kak.” Ucap gadis yang bisa di lihat adik kelasnya itu, dia menundukkan kepalanya dan mengambil sapu tangan, membersihkan tangan Zara, yang tadi tertumpah dengan kuah baksonya.

“Lo buta ya?!” sarkas Dhea menatap adik kelas itu tidak suka.

Zara menahan tangan Dhea yang akan mendorong bahu adik kelas itu, ia menggelengkan kepalanya. Menyuruh Dhea untuk tidak bertindak terlebih dahulu.

“T-tadi ada yang nyenggol aku kak, aku b-beneran gak sengaja.” Ucapnya gemetar.

“Nggak papa, kamu duluan aja. Aku gapapa.” Ucap Zara meyakinkan cewek itu, ia kasihan karena tubuh cewek itu gemetar saat di bentak Dhea tadi.

“Lo apa-apaan si Ra!  tangan lo merah kena kuah bakso. Gue yakin dia pasti sengaja.” Ucap Dhea emosi.

Saat Zara ingin menjawab, membalas perkataan Dhea, seseorang menarik tangannya, dan membawanya keluar dari area kantin. Membuat semua orang yang ada di sana melongo, karena Gentala yang menariknya.

Iya, Gentala membawanya pergi dari sana. Dan anehnya dia menarik tangannya lembut tidak sekasar sebelumnya.

Zara melihat pintu yang ada di depanya, UKS. Gentala membawanya ke uks, lelaki itu membuka pintu dan menutupnya. Keadaan uks pun cukup sepi bahkan yang bertugas menjadi PMR tidak ada, membuat Zara gugup. Karena hanya berdua, terlebih ini Gentala.

 Karena hanya berdua, terlebih ini Gentala

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

July 22, 2021
Revisi; October 14, 2021

Apa nih Gentala, wkwk

Everything About Me ✓Where stories live. Discover now