“Jir bercanda aja lo.”

Gaby berdecak, “Gue serius!”

“Lo udah izin sama Satria belum?” Pertanyaan itu keluar dari mulut Raras setelah terdiam beberapa saat.

Gaby langsung badmood tanpa alasan. “Gue mah bodoamat sama Bang Sat,” jawabnya.

Entah apa penyebabnya hatinya bergemuruh tidak karuan. Semoga saja tidak seperti di sinetron-sinetron tiba-tiba dirinya kecelakaan terus mati. Dih, amit-amit cabang olahraga.

“Gue takut gengs.” Gadis itu menggigit bibirnya karena benar-benar takut. Perasaannya sama sekali tidak tenang sekarang ini.

Raras hendak membuka suara namun ketika matanya melihat fakboy berjalan di belakang Gaby dengan cepat pula dirinya langsung bergegas menarik Kugy mengajaknya berlari meninggalkan Gaby.

“Anjir, lo kenapa sih?!” Kugy terkejut bukan main ketika dirinya hampir oleng.

“Jangan bacot dulu nanti gue jelasin.” Raras dengan langkah lebar terus menyeret Kugy tanpa peduli setan.

“Masalahnya si Gaby—”

“LO BERDUA KENAPA NINGGALIN GUE?!” teriak Gaby histeris dari kejauhan.

Dan sebelum membalas teriakan Gaby seketika pupil Kugy membesar begitu tahu Alfa berdiri tepat di belakang Gaby.

“Watefak itu Alfa?” tanya Kugy penuh heran tidak percaya dengan apa yang matanya lihat.

“Menurut lo?” Raras menoleh sejenak. “Itu alasannya kenapa gue bawa lo lari.”

Dan entah karena apa Kugy justru tertawa mendengarnya. Gadis dengan hoodie hitam itu merangkul Raras dan berjalan lebih cepat meninggalkan Gaby yang mungkin akan mendapatkan kejutan yang tak terduga.

•••🦋•••

Alfa berjalan santai dengan kedua tangannya yang berada di dalam saku celana. Seragam atasannya pun sudah terbuka lebar memperlihatkan kaos hitam polos. Pandangan matanya menajam, lurus ke depan mengabaikan seluruh pasang mata yang tertuju padanya.

Wajar saja sebab pemuda itu tengah berada di kawasan anak IPA. Membuatnya menjadi bahan perbincangan seluruh anak-anak yang ada di sana.

“Alfa?” panggil salah satu cewek yang berdiri di depan kelasnya. “Lo ngapain ke sini? Nyariin gue, ya?”

“Dih, pede mbak yang ada Alfa pasti nyariin gue. Secara kan gue itu mantannya,” ujar Syerli—cewek dengan kawat gigi yang membuatnya terlihat manis itu mengibaskan rambutnya kemayu.

Citra, mencebikkan bibirnya. Cewek terseksi di antara anak-anak jurusan IPA ikut angkat bicara. “Helo ... Plis deh jangan pada sok keras. Gue juga mantannya Alfa kali jadi bisa aja dia mau ngajak gue jalan.”

“Terus apa kabarnya gue yang pernah pacaran sama Alfa lebih dari sebulan?” Siska—Anggota OSIS itu bersedekap dada memandangi ketiga perempuan di hadapannya remeh. “Gue itu mantan paling lama tapi gak lebay kek lo pada. Alay!”

Sedangkan sang tokoh utama yang mendengar segala ocehan tak penting para mantannya itu hanya berjalan santai melewati keempat cegil di sana. Membuat ciwi-ciwi itu menjerit, meraung-raung memanggil namanya agar kembali.

ALFA Où les histoires vivent. Découvrez maintenant