NOTE 20: The Rivals

160 37 86
                                    

Aku ingin dirimu yang menjadi milikku
Bersamaku mulai hari ini
Hilang ruang untuk cinta yang lain

Adu Rayu – Yovie, Tulus, Glenn Fredly

[]

Riff masih tidak percaya Gabriel Lim muncul di hadapannya. Gabriel freaking Lim. Dunia sesempit itu, atau Riff yang apes?

Gabriel masih menatap Riff dengan seringai menyebalkan miliknya. Sedangkan tatapan Riff mulai bergerak, menatap seluruh teman-temannya. Maia memperhatikannya tak acuh tapi tetap penasaran; Leo bergantian menatapnya dan Gabriel; Jepri bersedekap dengan ekspresi kepo maksimal; dan Jordan lagi-lagi menanyakan pertanyaannya. Kalian kok bisa saling mengenal?

Pandangan Riff berhenti pada Althea, yang berdiri persis di sebelah kiri Gabriel. Riff tadi tidak menyadarinya, tapi dia bisa melihat tangan Althea melingkar ragu di lengan Gabriel, seakan-akan tidak ingin ketahuan bergelayut. Riff tahu, Gabriel dekat dengan mereka semua—kecuali mungkin Maia. Riff hanya tidak tahu, seberapa penting Gabriel, dan apakah keberadaannya sekarang hanyalah sebagai penggantinya.

Yah, di Interlude, Riff memang pengganti Gabriel. Dia tidak bisa mengubah fakta itu. Yang Riff ingin ketahui adalah, apakah dia pun, sebagai seorang teman, hanyalah pengganti Gabriel juga. Dia mengalihkan pandangan pada apa pun—siapa pun—asal bukan Gabriel, Althea, dan anggota Interlude lainnya. Para penonton pentas seni sudah mulai berkurang.

"Ah! Gue tahu!" Althea berseru, membuat Riff mau tidak mau melirik ke arahnya. "Kalau nggak salah ingat, video pertama permainan piano Riff yang gue tonton di-upload sama sekolah musik lo, Gab. Namanya, hmm, gue lupa namanya."

"Harmoni Nusantara," Gabriel membantu Althea.

"Nah! Waktu gue nonton video latihan lo, langsung autoplay ke video latihan Riff. Kalian satu tempat les?"

Jordan menjentikkan jarinya. "Guru musik kalian namanya Baskara, bukan? Dulu Bu Kristi sempet tanya itu ke Riff. Wah, wah, jadi kalian betulan saling kenal?"

"Mereka udah saling menyapa dengan nama, Jor." Maia memutar bola matanya. "Kurang bukti apa lagi?"

"Untuk kali ini gue setuju sama Maia," celetuk Jepri. "Wow, kebetulan yang luar biasa. Jor, kemampuan merekrut lo hebat banget, sih. Dua kali lho, lo mengajak pianis profesional buat gabung band kita."

Riff tidak memperhatikan lagi apa yang dikatakan oleh Jordan berikutnya, karena dia terlalu terfokus pada percakapan Gabriel dan Althea. Entah apa yang sedang mereka bicarakan—suara mereka ditimpa terlalu banyak suara lain—tapi pemandangan itu membangkitkan emosi Riff.

Riff berjalan mendekati Althea dan menggenggam tangan kirinya. "Al, ngobrol bentar, yuk?"

"Eh, kenapa, Riff?" tanya Althea bingung.

"Manis banget, sih, pakai digandeng segala," goda Gabriel. "Kayaknya ada yang cemburu nih, The, kita ngobrol berdua gini."

"Wajar, lah, Althea kan pacar gue." Riff melepas genggaman tangannya dan menarik Althea ke dalam rangkulannya. "Nggak apa-apa kan, Al, kalau aku mau ngobrol berdua dulu sama kamu?"

Wajah Althea dengan cepat memerah. "Eh, nggak apa-apa, kok."

Tanpa memedulikan Gabriel dan ekspresi apa pun yang dia tunjukkan sekarang, Riff langsung berjalan menjauh dengan Althea masih dalam rangkulannya. Riff tidak berhenti sampai mereka sudah sampai gedung sekolah yang lebih terang, dan dari sana pun dia masih terus berjalan hingga melewati beberapa kelas. Dia ingin pergi sejauh mungkin dari Gabriel.

Imperfect Pitch [COMPLETED]Where stories live. Discover now