NOTE 19: One and Only

162 37 107
                                    

You make my whole world feel so right when it's wrong
That's how I know you are the one

The One – Kodaline

[]

Althea menatap ke arah lapangan dari gedung sekolah, mencoba mengenali setiap murid yang berkerumun di sana. Kendati ramai, matanya dengan cepat menemukan orang itu dengan begitu mudahnya. Althea jadi ragu-ragu. Apa sebaiknya dia balik ke area pameran lukisan saja, ya?

Iya, dia adalah Riff. Althea sedang ingin menghindari pacarnya itu.

Terdengar aneh, menghindari pacarmu sendiri. Tapi, mengingat kemarin mereka baru saja bertengkar, mungkin menghindari Riff adalah langkah yang wajar. Jujur saja, Althea tidak yakin apa yang wajar atau tidak wajar saat berpacaran begini. Dia belum pernah pacaran sebelumnya.

Althea memperhatikan Riff tersenyum selagi berbicara dengan Jordan. Hatinya masih sakit mengingat apa yang dilakukan Riff kemarin, tapi dia tidak bisa mengalihkan pandangan dari senyum cowok itu. Kesal, tapi masih sayang. Aduh, kehidupan pacaran itu memusingkan, ya.

"Lo ngeliatin siapa? Pacar lo?"

Althea terkejut saat mendapati Maia di sebelahnya. "Eh, yah... begitulah."

"Kenapa nggak disamperin aja? Ribet banget, deh."

Maia sudah hendak pergi saat Althea menahan tangannya. Maia teman satu band Riff, kan? Terlebih, cewek itu adalah cewek yang populer di sekolah. Cewek populer biasanya sudah pernah pacaran. Mungkin saja Maia tahu bagaimana harus menghadapi pacar setelah bertengkar.

"Mai... gue nggak berani ketemu Riff." Althea menarik tangannya dan terdiam sejenak. "Kemarin kami habis berantem. Gue bingung harus apa."

"Oh iya? Yang salah siapa?"

"Eh... Riff...."

Maia memandangi Althea dengan begitu tajam, membuatnya menciut. "Lo kayaknya bukan orang yang bakal bohong, jadi gue percaya lo," kata Maia akhirnya. Dia menepuk pundak Althea. "Cowok emang kadang berengsek, jadi sebagai ceweknya, lo harus banyak-banyakin stok sabar. Seringnya sih, mereka nggak beneran bermaksud melukai perasaan lo, kok."

Althea merenunginya. Sepertinya ucapan Maia ada benarnya. Absennya Althea menyebabkan Riff tidak bisa berlatih untuk acara ulang tahun sekolah, dan hal itu pasti membuat Riff kesal.

"Tapi," lanjut Maia, "lo nggak boleh terus-terusan membiarkan dia bersikap berengsek ke elo. Lama-lama pasti kebiasaan. Kalian harus ngobrolin masalah kalian."

"Oke, deh." Althea mengangguk. "Thanks, Mai."

"Yuk, bareng gue aja. Gue juga baru mau nyamperin mereka."

Althea kemudian mengikuti Maia mendekati anggota Interlude lainnya. Jantungnya berdebar-debar, seolah-olah dia baru saja disuruh berlari 12 menit. Debarnya semakin kencang saat dia menyadari Riff menoleh padanya dan memperhatikannya mendekat.

"Lo dicariin pacar lo, nih," kata Maia pada Riff. "Kalian ngobrol dulu, gih. Gue nggak mau ngeliatin orang pacaran."

"Masih cemburu aja lo, Mai," sahut Jepri. "Move on, lah. Masih banyak cowok lain."

"Gue nggak cemburu. Lagian, kalau cowok lainnya kayak lo gitu, gue mana mau."

"Maafin mereka ya Al," Jordan meringis. "Dah, mending lo ngobrol sama Riff dulu aja. Biarin aja dua manusia ini berantem."

Riff menyetujuinya, dan dia mengajak Althea menepi ke pinggir lapangan. Cowok itu belum mengatakan apa-apa, membuat Althea semakin berdebar-debar. Haruskah dia meminta maaf duluan? Atau menunggu Riff mengatakan sesuatu dulu?

Imperfect Pitch [COMPLETED]Where stories live. Discover now