"DASAR MANUSIA NGESELIN. UDAH JADI PACAR TETAP AJA NGESELIN EMANG."

Ergha menahan pergelangan tangan Ersya."Keano bilang apa?"

Ersya menggeleng."Bukan apa-apa. Cuma ngobrol biasa aja."

Ergha menatapnya dingin."Bohong."

Ersya berdecak."Bener ih."

"Oke."

Ergha melepaskan tangan Ersya, kemudian berbalik.

Ersya mengacak rambutnya kasar, lalu memeluk pria tinggi itu dari belakang. Berdoa saja, semoga Alvaro tidak melihat hal ini.

"Dia bilang suka sama aku."

Ergha sontak memutar tubuhnya."Brengsek!" Umpatnya kesal."Gue nggak akan maafin dia kalau sampai Melody sakit hati lagi, Sya."

Ersya menarik tangan Ergha. Mengelusnya pelan."Semuanya salah aku. Kalau aja aku nggak minta dia pacaran sama Melody supaya aku bisa deket sama kamu. Ini nggak akan terjadi."

"Bukan salah lo." Ergha mengelus pipi Ersya lembut."Gue pulang."

Ersya mengangguk."Sini." Ersya mengisyaratkan Ergha untuk mendekat."Ada rahasia yang mau aku kasi tau."

Ergha mendekat.

Cup~

"Good night, sayang." Ersya langsung bergegas masuk ke rumahnya setelah memberikan ciuman singkat di pipi kiri Ergha.

Ergha masih diam di tempatnya. Mengelus pipinya kanannya."Harusnya disini juga," gumamnya pelan lalu tersenyum.

Rumah Rangga.

Rangga memegangi kepalanya yang pusing setelah menghabiskan satu botol wine. Semakin lama, obsesinya pada Ersya semakin kuat. Rangga, pria itu selalu mengawasi Ersya diam-diam.

Rangga benci melihat Ersya bahagia bersama Ergha. Rangga ingin sekali menghabisi Ergha dan membuat Ersya menjadi miliknya.

Asraf masuk ke kamar Rangga. Duduk di sebelah adiknya yang tampak kacau itu."Gue bisa buat gadis itu jadi milik lo, kalau lo mau. Sekarang juga, gue bisa nyingkirin Ergha," ucap Asraf.

Rangga menggeleng."Tidak. Ini pertarungan gue, gue nggak mau bergantung sama calon psikopat kayak lo."

Asraf tertawa kecil."Kan lo yang minta bantuan gue dulu. Amnesia lo?"

Rangga berdecak."Gue ragu. Lo pasti bakal bunuh seseorang. "

Asraf memukul kepala Rangga pelan."Sejak kapan lo peduli sama nyawa? Lo bisa ngebunuh siapapun yang ngehalangin jalan lo."

Rangga mengangguk."Gue bisa sendiri. Lo nggak perlu ikut campur. Gue ga lemah sampai harus minta bantuan lo buat ngalahin Ergha."

Asraf hanya mengangguk. Namun, dia tetap akan bergabung dalam pertarungan ini. Sudah lama dia tidak mengacaukan hidup adik mantan tunangannya itu.

Asraf bosan dengan hidupnya, mengacaukan hidup Ergha adalah sebuah kesenangan tersendiri untuk Asraf.

ᕙ⁠[⁠・⁠۝・⁠]⁠ᕗᕙ⁠[⁠・⁠۝・⁠]⁠ᕗᕙ⁠[⁠・⁠۝・⁠]⁠ᕗᕙ⁠[⁠・⁠۝・⁠]⁠ᕗᕙ⁠[⁠・⁠۝・⁠]⁠ᕗ

Ersya menghirup udara setelah keluar dari ruangan keramat itu. Hari kedua ujian, Ersya menyelesaikannya dengan baik. Dia sudah tidak sabar ingin mengatakan berita menyenangkan ini pada Ergha.

Ting.

Langkah Ersya terhenti karena notifikasi itu.

Gadis itu mengusap layar ponselnya. Alisnya saling bertautan.

Love Syndrome Where stories live. Discover now