"Sini buruan." Renata melampaikan tangannya untuk mengajak Bombom kerahnya.

Lelaki itu berjalan mendekat kearahnya dan berucap, "Ada apaan nih lo manggil gue?"

"Nih buat lo." Renata menyerahkan semangkuk mie ayam yang belum ia sentuh sama sekali sejak tadi.

Mata Bombom langsung berbinar saat Renata teman sekelasnya menawarkan mie ayam kepadanya. Sebenarnya ia sudah makan sebelumnya tapi rezeki enggak boleh di tolak bukan?

"Buat gue?" ucap Bombom memastikan.

"Iyalah pake nanya lagi," kata Renata.

"Ada acara apaan nih, tiba-tiba enggak ada ujan sama petir lo kasih makanan ke gue?" tanya Bombom yang mampu membuat Renata sedikit kesal.

"Lo lagi ultah? Tapi setau gue ultah lo bukan bulan ini," bisik Bombom.

Bombom dulu memang pernah satu kelas dengannya, Cici dan juga Desi saat masih duduk di SMP, jadi wajar kalau Bombom tahu ulang tahun Renata, karena sejak SMP Renata selalu membagikan makanan atau mentraktir teman sekelasnya.

"Gak usah banyak bacot deh lo, Bom. Bawa tuh mie ayam abisin biar badan lo tambah sehat!" ujar Renata sedikit kencang.

"Ini udah lo bayar belom?" tanya Bombom yang takut mie ayam ini belum di bayar.

"Bacot banget ya nih anak. Udah gue bayar lunas, udah sana pergi!"

"Sering-sering kasih gue makanan, gue jadi enak hahaha..." Bombom sambil membawa makanan Renata.

"Terus kalo tuh mie ayam lo kasih Bombom, lo mau makan apaan?" tanya Desi yang sedikit kesal dengan sikap Renata yang sejak tadi terlihat berbeda.

"Gue udah bilang, gue enggak mood makan!"

"Yaudah deh terserah lo! Batu banget punya temen!"

Malas berdebat dengan sahabatnya ia lebih diam sambil memainkan ponselnya yang tidak ada pesan masuk dari Aldi. Biasanya Aldi selalu menanyakan kabar dirinya dan membuat dirinya sedikit geram tapi kenapa sekarang manusia sengklek itu tiba-tiba menghilang? Bahkan chatnya pagi tadi masih belum ia baca.

Gue kenapa jadi kepikiran manusia itu terus sih?

>>>>><<<<<

Aldi, Alan dan Haris hari ini tidak masuk sekolah karena Karta tidak ada yang menemani di rumah sakit. Mereka akan mengikuti ulangan susulan karena Karta lebih penting saat ini.

Dokter keluar setelah memeriksa keadaan Karta.

"Gimana dok?"

"Keadaan pasien sudah mulai membaik dan kalian bertiga sudah boleh masuk kedalam," jelas Dokter Herman.

"Maksih dok."

"Sama-sama, baik kalau begitu saya permisi dulu." Dokter pergi meninggalkan mereka bertiga.

Ruangan ini bau dengan obat-obatan dan Aldi melihat Karta yang sedang berbaring lemah di atas brankar rumah sakit. Karta menoleh kearah pintu dan tersenyum saat melihat temannya disana.

Pacar Sengklek (On going)Where stories live. Discover now