Dan akhirnya bel istirahat sudah berbunyi semua siswa tersenyum senang karena ujian ini sangat menguras tenaga dan pikiran. Semua berjalan menuju kantin untuk mengisi perutnya yang kosong. Setelah makan mereka akan menghadapi satu ulangan lagi.

Renata sejak tadi melihat ponsel yang tidak kunjung bergetar sejak pagi tadi dan ia menatap kanan dan kiri seperti sedang mencari keberadaan seseorang yang biasanya sudah mengajaknya ke kantin namun, kali ini ia tidak melihat batang hidung manusia sengklek tersebut.

Cici dan Desi yang melihat itu langsung menatapnya bingung.

"Lo kenapa sih?" tanya Desi

"Iya, lo nyariin siapa sih?" tanya Cici sambil menatap Renata.

Renata hanya diam saja tanpa menjab pertanyaan kedua sahabatnya. Kenapa hari ini ia merasa ada yang kurang? Kemana manusia sengklek itu? Sejak pagi tadi ia tidak melihatnya sama sekali.

Desi tersenyum miring. "Gue tau nih anak nyariin siapa." Desi terkekeh geli membuat Cici penasaran.

"Siapa?" ucap Cici.

"Kak Aldi kan?" ujar Desi yang sudah tertawa kencang di ikuti oleh Cici.

"Sotoy banget sih lo!" ujar Renata kesal.

"Ternyata ada yang baper nih!" Ledek Cici kepada Renata Sabahatnya.

"Baper gundulmu!" seru Renata yang pergi meninggalkan Cici dan Desi yang sejak tadi menertawakannya.

"Baru juga sehari gak ketemu udah ngerasa kehilangan aja tuh anak," ucap Desi yang masih terkekeh.

"Hahaha...namanya juga Renata, dia gengsian anaknya," ujar Cici.

Sesampainya di kantin Cici dan Desi sangat lahap makanannya. Lain dengan Renata yang sejak masuk kantin hanya terdiam sambil menatap mie ayam tanpa menyentuh nya.

Saat ini Renata benar-benar tidak napsu makan. Pikirannya saat ini entah kemana sehingga makan pun terlihat selera.

"Lo kenapa sih, Ren? Lo tenang aja palingan juga besok my doi nongol lagi," kata Desi.

"Berisik lo!" omel Renata.

"Buset deh mbak, sensi amat."

"Renata! Itu di makan dulu mie ayamnya, kalo kelamaan enggak enak tau!" perintah Cici dengan suara yang sedikit kencang.

"Gak napsu makan gue," ucap Renata dengan wajah yang cemberut.

"Cobain dulu baru bilang enggak enak. Dari tadi juga itu mie ayam enggak lo sentuh sama sekali."

"Bukannya tadi lo bilang enggak sempet sarapan pagi ya?" tanya Desi dan di balas anggungkan oleh Renata.

"Nah yaudah makan sekarang, Lo itu udah kurus kaya triplek jangan karna kak Aldi gak ada disini Lo mati dadakan yaa!" Omel Desi.

Tiba-tiba saja bola mata Renata tertuju kepada seseorang lelaki berbadan besar yang duduk tidak jauh dari bangkunya. Tanpa basa basi Renata memanggilnya.

"Bombom!" panggilnya kencang.

Orang itu menoleh dan tersenyum kerahnya. "Kenapa?"

Pacar Sengklek (On going)Where stories live. Discover now