59. Menjaga dari Kejauhan

10.5K 1.2K 69
                                    

Kelvin masih menggenggam tangan Asya. Saat mereka tiba di taman belakang sekolah pria itu langsung menghempaskan tangan Asya sedikit kasar. Kelvin menatap Asya tajam, ia tidak habis pikir dengan perbuatan Asya hari ini.

"Lu berubah, Sya."

Asya melebarkan matanya menatap Kelvin, apakah Kelvin baru mengatakan bahwa dirinya berubah? Bukankah pria itu sendiri yang berubah?

"Lu bilang gue berubah? yang berubah itu lu, Vin! Lu terlalu mudah percaya sama omong kosong Alena, lu terlalu gampang percaya sama dia!"

"Gue punya hati, Vin, hati gue sakit... hati gue sakit disaat orang yang gue sayang ternyata lebih percaya sama gadis lain, dan gadis itu adalah Adik gue sendiri!"

"Hati gue lebih sakit daripada lu! Hati gue sakit ketika gue tau kalau orang yang gue percaya ternyata pelaku percobaan tabrak lari Oma gue!" nada ucapan Kelvin mulai meninggi, hingga urat dilehernya tercetak jelas.

Asya menatap Kelvin heran, "Apa maksud ucapan lu?"

"Kenapa lu gak jujur sama gue, Sya, kalau lu yang udah nabrak Oma sampai dia masuk rumah sakit? Kenapa disaat lu ngelukain dia lu gak mau bertanggung jawab?! Kenapa lu tinggalin Oma gitu aja ditengah jalan?!"

"Kelvin, lu ini ngomongin apa?"

Kelvin segera mengangkat jaket Asya, menatap gadis itu dengan tatapan hampa, "Ini jaket lu kan?" Kelvin langsung melempar jaket itu kewajah Asya.

Asya menangkap jaket hitamnya masih dengan tatapan bingung. Apakah ini juga ulah Alena? Apa iya dia mencoba untuk mengfitnah Asya?

"Iya, ini emang jaket gue, tapi bukan gue yang udah nabrak Oma." tutur Asya mencoba menjelaskan, karena memang bukan ia yang menabraknya, melainkan Asya yang menolongnya. Bahkan Bunga juga tahu jika bukan Asya yang menabraknya.

"Kenapa lu selalu nutupin sifat jahat lu, Sya?"

"Bukan gue yang nabrak Oma... bukan gue..." mata Asya kembali berkaca-kaca. Ternyata memang sulit untuk meyakinkan orang yang sudah tidak mempercayai kita.

"TAPI INI JAKET PUNYA LU!"

"TAPI BUKAN GUE YANG NABRAK OMA! Harus berapa kali gue bilang kalau bukan gue yang nabrak Oma?! Kenapa sih lu gak percaya sama ucapan gue? Kenapa lu terlalu mudah percaya sama omongan orang lain?" Asya sangat kesal dengan Kelvin. Mengapa pria itu sampai sekarang tak kunjung mempercayai ucapannya.

"Kadang gue capek... gue capek jadi orang baik, karena apa? Karena kadang gue cuma dimanfaatin! Gue juga capek, Vin, punya hati yang terlalu baik, tapi ini memang hati yang diciptakan Tuhan buat gue!"

"Hati gue sakit, Vin, ketika nama yang lu sebut bukan nama gue, melainkan nama Adik gue sendiri!"

"Kalau lu tanya kenapa gue kayak gini, jawabannya KARENA GUE CINTA SAMA LO! GUE SAYANG SAMA LO! GUE SUKA SAMA LO!" ucap Asya lantang dihadapan wajah Kelvin. Ia sudah tidak bisa menahan perasaannya lagi, sudah saatnya Kelvin tahu tentang perasaannya selama ini.

Asya kembali meneteskan air matanya dengan pundak yang sudah bergetar. Ia sangat sedih sekaligus marah. Sedih karena Kelvin sangat membencinya saat ini, dan marah karena pria itu tidak mempercayainya.

"Kenapa lu jadi kayak gini, Sya?"

"Gue cuma mau dicintai secara tulus dengan seorang pria, karena gue gak berhasil dapat kasih sayang itu dari seorang Ayah! Akhirnya gue cari kasih sayang itu dari dalam diri lu, Vin!"

"Kalau gitu, berhenti suka sama gue, karena gue juga gak akan ngasih kasih sayang itu ke lu" balas Kelvin enteng.

Asya mundur selangkah dari hadapan Kelvin. Mata Asya menatap Kelvin dengan tatapan tidak percaya. Buliran air mata terus berjatuhan dan melintas melewati kedua pipinya. Bukan hanya Asya yang menangis, namun hatinya juga ikut menangis saat ini.

Bagaimana perasaan kalian ketika kita sudah memperjuangkan seseorang, namun seseorang itu malah menyuruh kita untuk berhenti menyukainya? Sakit bukan? Itu yang Asya rasakan saat ini.

"Gak, gue gak akan berhenti buat suka sama lu!"

"Kenapa?"

"Karena gue yakin di dalam hati lu ada nama gue. Bilang sama gue kalau lu juga suka sama gue, bilang Vin..."

"Gue gak suka sama lu."

"Lu pasti bohong. Selama kita dekat, pasti lu pernah suka kan sama gue? Lu pernah nyaman kan sama gue? Bilang Vin, bilang sama gue kalau lu juga suka sama gue."

"Gue gak suka sama lu, Sya!" ucap Kelvin penuh penekanan disetiap katanya. Namun Asya masih kekeh, ia percaya jika Kelvin juga menyukainya. Kelvin mengatakan bahwa dirinya menyukai seorang gadis yang selalu membawakan makanan untuknya. Dan gadis itu adalah Asya, jadi Kelvin pasti menyukainya.

"Sedetik pun lu gak pernah suka sama gue, Vin?"

"GUE GAK PERNAH SUKA SAMA LU ZATASYA!" Kelvin mulai membentaknya. Pria itu sedikit kesal dengan pertanyaan konyol Asya. Gadis yang ia cintai hanyalah Alena, tidak ada yang lain.

Asya terperanjat. Ia tertawa kecil dengan berderai air mata. Gadis itu terkekeh tidak percaya, "Lu bohong, Vin, bahkan di hati lu cuma ada nama gue."

"Kadang gue pengin pinjam mata lu sebentar, Vin, gue cuma pengin tau, dimata lu gue ini apa?" tanya Asya dengan tertawa kecut.

"Tapi sepertinya kedatangan Asya saat ini sangat menganggu Kelvin. Kalau gitu Asya gak akan ganggu Kelvin lagi, tapi bukan berarti Asya berhenti untuk suka sama Kelvin," ucapan Asya mulai mereda. Tapi aneh nya saat mendengar ucapan gadis itu, rasanya hati Kelvin seperti menolak.

"Sepertinya tugas Asya hanya menjaga Kelvin, dan tugas Kelvin adalah bahagia. Lebih baik Asya kehilangan Kelvin, daripada Kelvin harus kehilangan kebahagiaannya."

"Tapi, Asya tetap pura-pura gak tau tentang hubungan kalian, antara kamu dan Alena. Karena dengan begitu aku bisa terus suka sama kamu." Asya kembali tertawa renyah. Ia mengubah cara bicaranya dengan Kelvin menjadi aku-kamu.

Kelvin masih mematung mendengar semua ucapan Asya. Mengapa hatinya tiba-tiba terasa sakit saat mendengar kalimat itu?

"Asya selalu disini kok nungguin Kelvin. Kalau nanti Alena jahat sama Kelvin langsung liat ke belakang ya? Karena ada Asya yang selalu setia jagain Kelvin." Asya sudah pasrah, semua ucapannya tidak akan dipercayai lagi, semuanya hanya sia-sia. Ia terus menatap Kelvin dengan tersenyum pahit, bahkan tetesan air matanya seakan tidak mau berhenti.

Asya akan menunggu Kelvin. Ia hanya memberi jarak dengan pria itu, tapi bukan berarti Asya akan menghapus paksa perasaannya. Ia tetap menjaga perasaan ini, karena yang Asya mau hanya Kelvin. Walaupun sekarang Kelvin tidak bersamanya, tapi Asya yakin suatu saat nanti Kelvin akan pulang kepadanya. Gadis itu akan terus menjaga Kelvin kemanapun ia pergi, karena bagi Asya Adiknya terlalu berbahaya. Ia takut jika Alena akan kembali berulah.

Kelvin masih diam. Pria itu selalu memalingkan wajahnya agar tidak dilihat oleh Asya. Reflek Kelvin mengusap paksa air matanya yang hampir turun.

"Kelvin boleh pergi," usir Asya secara halus. Tanpa mengucapkan sepatah kata apa pun, Kelvin langsung pergi dari hadapan Asya. Ia meninggalkan Asya seorang diri dibelakang taman sekolah.

Gadis itu menatap kosong bangku taman yang menjadi pemandangan nya saat ini. Tubuhnya tiba-tiba merosot dan terjatuh di atas bangku tersebut, dan saat itu juga ia kembali menangis, Asya meluapkan segala kesedihannya disana.

"Hati gue sakit, Vin..."

"Hati gue sakit ketika liat lu sama dia..."

"Hati gue sakit... ketika gue harus belajar terbiasa setiap kali ngeliat lu sama dia..." Asya mencengkram ujung roknya dengan sangat kuat. Sejak tadi ia terus menahan air matanya agar tidak jatuh, karena Asya tidak mau jika semesta ikut bersedih bersamanya.

MOODYCLASS : THE FIRST WAR ✓Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon