88

10.2K 1K 5
                                    

Hari keempat

Kelvin sedang termenung didalam kelasnya. Sejak tadi ia terus melamun memikirkan Asya. Pagi tadi ia sama sekali tidak melihat Asya. Bahkan saat istirahat pun Kelvin tidak bertemu dengan gadis itu. Biasanya Asya selalu berkeliaran didekatnya, tetapi suara gadis itu pun sama sekali belum ia dengar hari ini.

Pria itu segera merogoh saku celananya untuk mengambil benda padat berbentuk persegi panjang itu. Ia membuka ponselnya dan mencari kontak Asya. Semalam ia tidak lagi mengirimkan Asya sebuah pesan. Bahkan tadi malam ia juga tidak bisa mengikuti pesta di markas Bradiz.

Kelvin kembali mengingat perkataan Asya.

"Mulai sekarang, jauhin gue"

"Berhenti Vin, berhenti merjuangin gue. Gue gak mau lu berharap sama cewek kayak gue"

"Karena gue juga gak butuh cinta lo lagi!"

Ia sangat mengingat jelas tentang perkataan gadis itu. Kelvin mencoba menimang-nimang kalimatnya. Ia harus segara memutuskan bagaimana kelanjutan ceritanya dengan Asya.

Kelvin memejamkan matanya. Ia bersender disenderan bangku kelas dengan tenang. Perlahan bayangan Asya kembali datang. Pertemuan pertamanya dengan gadis itu seakan terngah berputar. Moment-moment kebersamaannya juga kembali terulang.

"Yeayy"

"Asya menang...Kelvin kalah..."

"Hahaha, gue menang"

"Menang, menang"

"Wle...gue menang" Asya menjulurkan lindah nya mengejek Kelvin yang masih kesal, ia terkekeh karena tingkah Kelvin yang menurutnya sangat lucu. Kelvin terus menatap nya dengan tatapan kesal, "Lu curang."

"Enak aja, orang tadi beneran Pak Ripto lewat"

"Nggak, ulang-ulang" kata Kelvin tidak terima. Asya mulai mendekati Pria itu. Tanpa ia sadari tangan nya bergerak untuk mengacak rambut pria dihadapannya gemas, "Lucu banget si," ucap Asya dengan senyuman lebar.

Kelvin tertawa kecil saat mengingat moment itu. Dulu ia sangat bersenang-senang bersama Asya. Bahkan banyak waktu yang ia habiskan bersama gadis itu. Perasaan nyaman sangat Kelvin rasakan disaat berada disampingnya. Tapi kini jaraknya dengan Asya semakin jauh.

"Asya selalu disini kok nungguin Kelvin, kalau nanti Alena jahat sama Kelvin langsung liat kebelakang ya? Karena ada Asya yang selalu jagain kamu"

Pria itu mengerjapkan matanya saat kalimat itu terlintas lagi di otaknya. Kelvin tersadar, ia semakin yakin bahwa dirinya harus tetap memperjuangkan gadis itu. Karena pria itu juga yakin bahwa ada sesuatu yang Asya sembunyikan darinya. Kali ini ia tidak perduli dengan perkataan Asya yang menyuruh dirinya untuk menjauh, "Maaf Sya, gue gak bisa lagi jauhin lu. Gue gak bisa ikutin semua kata-kata lu. Gue akan tetap merjuangin lu" gumam Kelvin pelan.

Pria itu menepuk punggung Alex berulang kali. Temannya ini sejak tadi terus sama tertidur. Padahal jam pelajaran ke delapan tengah dimulai, "Lex, bangun Lex"

"Apaan sih?! Ganggu aja lu" Alex menghempas tangan Kelvin kasar. Pria itu kembali menelengkupkan kepalanya diatas meja dan tertidur.

"Lex, bentar buset"

"Hm?"

"Lu liat Asya gak?"

"Tanya Aland sono, gue ngantuk" suruh Alex. Kelvin mencibirkan mulutnya malas. Temannya yang satu ini sangat susah dibangunkan jika sudah tertidur. Kelvin beralih menuju Aland secara diam-diam.

MOODYCLASS : THE FIRST WAR ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang