18. Tutup Mulut

16.4K 1.8K 17
                                    

Kelvin terus mengaduk minuman nya di atas meja persis disebelah dinding kaca. Aland dan Alex tengah asik bermain game online di ponsel nya.

Awalnya ia tidak tahu jika Cafe ini adalah milik keempat wanita itu. Niat awalnya hanya berkunjung, memesan, dan langsung bergegas pulang. Tapi saat melihat Asya yang menjadi barista di cafe itu ada perasaan gembira dari hati kecil Kelvin.

Karena tidak mau terlihat gugup, Kelvin terus menatap papan menu yang berada di atas Asya. Sampai sekarang pun mereka masih setia duduk di Cafe Bradizta.

Pikiran Kelvin seakan tengah bercabang tetapi hanya satu cabang yang membuat nya terus berfikir. Mengapa dengan wajah Asya?mengapa begitu banyak luka di wajahnya?Kelvin tau jika Asya berbohong untuk menutupi darinya.

Ia jadi mengingat pertemuan nya dengan Asya pertama kali, di gerbang sekolah SMA Cakra Birawa. Mereka sama-sama di hukum hari itu, hingga akhirnya hari menuju hari mereka semakin dekat.

Sedangkan bagi Asya awal pertemuan nya dengan Kelvin saat balapan liar malam itu. Dan Kelvin juga yang menjadi lawan nya.

Suara getaran ponsel sedikit mengganggu lamunan pria itu. Kelvin segera menatap nama yang tertera di layar ponselnya, saat itu juga senyumannya mulai merekah.

"Halo Oma"

"...."

"Iya,Kelvin lagi diluar"

"...."

"Iya pasti Oma"

"...."

"Mimpi Indah Oma flower"

Kelvin terkekeh di akhir ucapannya, suara itu mampu membuat Kelvin tenang, suara yang selalu ia dengar saat pulang sekolah, dan saat ia mulai memasuki rumah nya.

Hanya Bunga yang selalu setia menjaganya, tidak seperti kedua orang tua nya yang selalu gila dengan pekerjaan. Keberadaan mereka kini tengah di luar negeri, entah sampai kapan kedua orang tua nya akan pulang ke tanah kelahirannya.

"Gue cabut duluan" Kelvin berdiri, ia segera menghabiskan minumannya.

"Vin? Dih nggak seru lu mah, baru juga jam segini" oceh Alex dengan mata yang terus memandangi ponselnya.

"Gue mau nyusul Ivana, yakin gak mau ikut?" tipu Kelvin. Saat itu juga Alex menatap Kelvin dengan mata berbinar. Ia mematikan ponselnya dan berjalan mengikuti Kelvin yang sudah lebih dulu meninggalkan cafe.

"Dasar bucin"

Kelvin, Alex dan Aland segera meninggalkan tempat ini. Bukan tempat dimana Ivana saat ini yang ia tuju, melainkan Kelvin membawa mereka ke rumah nya.

Bradiz tengah asik berbelanja kebutuhan Moza dan Rasya. Mereka membeli banyak sekali baju dan skincare. Asya sempat menelfon Aretta untuk merenovasi balkon base camp nya malam ini, sebagai kamar Rasya. Karena hanya ia pria yang berada di base camp nya, tidak mungkin kan Rasya akan berada di kamar khusus lantai wanita?

"Kak, ini terlalu banyak"

"Gak apa-apa, ini untuk pakaian mu sehari-hari" ucap Asya tulus.

Ivana dan Key tengah menemani Rasya untuk membeli keperluan sekolahnya. Sedangkan Asya dan Anya yang membantu kebutuhan Moza.

"Kayak nya nggak enak kalau kita pakai bahasa formal kayak gini" Asya terkekeh menatap Anya dan Moza. Menurutnya ini terlalu kaku untuk nya.

"Moza, gue bakal bantu lu berubah" ujar Anya yang tengah asik memilih berbagai skincare di hadapannya.

"Maksud Kakak?" kedua mata Asya dan Anya saling melirik satu sama lain dengan senyuman miringnya.

"Besok juga tau"

MOODYCLASS : THE FIRST WAR ✓Where stories live. Discover now