42. Bermain Hujan

10.7K 1.1K 39
                                    

Hujan, terimakasih sudah turun dan memberi aku kesempatan sehingga aku bisa bersamanya walaupun hanya sekejap.
- asya

Pelajaran hari ini telah selesai...

Semua murid akhirnya bisa beristirahat dan pulang ke rumahnya masing-masing. Mereka sangat semangat sekali ketika mendengar bel pulang sekolah sudah menggema.

Mereka bergegas keluar kelas dengan perasaan senang. Padahal sebelum bel pulang sekolah menggema sebagian murid sangat mengantuk, tetapi ketika bel itu berbunyi rasa kantuk pun langsung hilang seketika, sangat aneh.

Moza, Rasya dan Alena masuk kedalam kelas Asya. Mereka sepakat untuk pulang bersama seperti biasanya, terkecuali dengan Alena. Seperti biasa gadis itu akan dijemput oleh Pak Udin. Namun berbeda lagi dengan Asya, gadis itu masih sibuk dengan peralatan tulisnya.

"Kalian duluan aja, gue bisa pulang sendiri" perintah Asya.

"Gapapa, kita tungguin" ucap Key dan diangguki semua teman-temannya.

"Nurut! gak gue traktir lagi nih. Udah buruan pulang entar gue bisa pulang naik ojek"

"Gue yang bakal anter dia pulang" Kelvin beserta kedua sahabatnya tiba-tiba muncul dan masuk kedalam kelas Asya. Gadis itu langsung memalingkan wajahnya. Ia masih malu dengan Kelvin karena kejadian tadi siang. Untung saja hukumannya sudah berakhir, cepat bukan?

"Kak Asya bisa pulang sama Alena kok, aku yang bakal nungguin dia" ujar Alena tersenyum manis.

"Lagian Kak Asya udah lama gak tidur di rumah, Bunda udah kangen tuh" ucap Alena dengan polosnya. Sedetik kemudian ia langsung membekap mulutnya lupa. Asya menatap Adiknya sedikit melotot, bukan Asya saja yang terkejut namun semua teman-temannya.

"Jadi selama ini lu gak tidur di rumah Sya?" Tanya Kelvin.

"G-gue tidur dirumah kok, maksud Alena itu gue udah lama gak tidur bareng sama Bunda, iyakan Dek?" alibi Asya. Alena mengangguk cepat ketika mendengar perkataan Asya.

"Oh gitu, udah gapapa biar Asya sama gue. Lu semua pulang aja duluan"

"Yaelah, mau nyari kesempatan kan lu?" Ledek Alex di sampingnya.

"Kesempatan apaan?"

"Siapa tau mau begitu-begitu"

"Apasih lu goblok, kotor otak lu. Udah ayo balik, dicariin emak lu noh" Aland menarik Alex keluar terlebih dahulu. Temannya ini memang rada-rada konslet. Untung Kelvin sabar selama bertemanan dengannya.

"Yaudah kalau gitu kita semua duluan ya Sya. Vin, hati-hati lu bawa ibu negara gue" sentak Anya. Mereka akhirnya berjalan meninggalkan ruang kelas. Sedangkan Alena masih berada di dekat Asya.

"Alena pulang duluan ya? Gak usah nungguin Kakak, kamu pasti capek. Kasian mukanya udah kayak gagang sapu gini," Asya membelai rambut Alena dengan rasa sayang. Ia menghapus keringat Alena tanpa rasa risih. Asya juga merapihkan rambut gadis itu kembali rapi.

"Kakak ih...ngatain aku terus. Yaudah, gapapa nih kalau aku tinggal?"

"Gapapa cantik"

"Yaudah, aku duluan ya Kak. Kak Kelvin, Alena duluan ya" pamitnya. Ia langsung melengseng pergi begitu saja meninggalkan Asya dan Kelvin.

Asya kembali fokus pada pekerjaannya yang sedikit lagi akan selesai. Sementara Kelvin memilih mengambil kursi dan duduk dihadapan Asya. Kelvin menumpu dagunya di kedua tangan yang ia taruh diatas meja saraya terus menatap wajah Asya gemas. Pipi gadis itu seperti mengembang ketika dirinya tengah serius. Kelvin jadi ingin memakan pipi Asya rasanya.

"Gak usah liatin gue terus" ucap Asya yang masih fokus menulis semua rangkuman pelajarannya.

"Dih, siapa juga yang ngeliatin lu. Gue cuma liatin pipi lu"

"Kenapa? Lu suka sama pipi gue?"

"Gak, gue suka sama orangnya,"

"Gak usah kebanyakan gombal deh lu" untuk kali ini Asya tidak terbawa perasaan. Pasti lelaki itu kembali bercanda.

"Tapi yang kali ini gue serius, gue mulai suka sama cewek yang selalu ngasih gue bekal setiap paginya. Tapi di satu sisi gue juga mulai suka sama Vina" ucap Kelvin dengan tatapan seriusnya.

Asya menghentikan kegiatannya. Ia terdiam. Gadis itu langsung mendongakkan pandangannya menatap mata Kelvin. Asya hanya ingin melihat apakah pria itu sedang bercanda atau tidak. Namun dari tatapan itu yang Asya dapatkan adalah keseriusan. Apa mungkin Kelvin mulai serius dengan ucapannya?

"Lu kenapa Sya? Cemburu?"

Cemburu?

Bagaimana Asya bisa cemburu dengan dirinya sendiri. Asya malah senang, sangat senang. Akhirnya Kelvin mulai menyukainya. Walaupun pria itu tidak tahu jika wanita yang selalu memberinya bekal dan wanita yang selalu ia sebut Vina adalah dirinya.

"Najis, ngapain gue cemburu"

"Tapi gue belum ketemu sama cewe itu" ucap Kelvin frustasi.

"Cewe yang mana?"

"Yang ngasih bekal gue setiap pagi Sya. Gue juga harus cari tau wajah asli dari Vina. Tapi yakalik gue suka sama dua orang sekaligus"

"Lu gak lagi suka sama dua orang Vin, lu suka sama satu orang. Dan orang itu gue. Gue Vin yang selalu bawain lu bekal, gue juga wanita yang lu panggil Vina" ucap Asya didalam hati. Ia ingin sekali mengatakan itu tetapi dirinya belum siap. Toh Kelvin juga masih ragu-ragu dengan perasaannya.

"Udah ayo pulang, gue udah selesai" ajak Asya. Ia segera merapikan semua peralatan tulisnya. Gadis itu langsung menggendong tas punggungnya yang berwarna hitam di pundak. Ia berjalan keluar kelas mendahului Kelvin. Asya hanya ingin menampilkan wajah gembiranya dibelakang lelaki itu. Bahkan Asya juga sempat berlompat kecil tanpa sepengetahuan Kelvin.

"Yee...si nenek gayung, udah gue tungguin malah ditinggal"

"Gemes banget gue"

Asya lebih dulu sampai diparkiran. Ia sudah berdiri disebelah motor Kelvin dengan perasaan gembira. Gadis itu juga bernyanyi-nyanyi kecil sebagai perwakilan perasaannya saat ini. Namun nyanyiannya terhenti ketika pria itu datang.

"Lu suka banget ninggalin gue"

"Buruan naik" cetusnya. Asya hanya mengangguk kecil dan langsung naik keatas motor Kelvin. Untung saja ia membawa jaket yang bisa menutupi paha mulusnya. Asya mulai memegang jaket Kelvin, ia masih tidak berani jika harus memeluk erat perut lelaki itu. Yang benar saja, status mereka saja hanya sebatas teman, jadi Asya tidak mau berlebihan dalam hal itu.

Kelvin langsung menancapkan gas nya keluar parkiran. Sebelumnya ia juga melewati pos satpam yang masih terdapat Mang Jamal didalamnya. Asya yang melihat itu langsung malambaikan tangan kearahnya, "MANG JAMAL...."

"ASYA PULANG DULU YA...DADAH..."

"IYA NON, HATI-HATI" ucap Mang Jamal tak kalah kerasnya.

Asya kembali mencengkram jaket hitam yang tengah di kenakan oleh Kelvin. Namun perhatiannya teralihkan ketika setetes air yang jatuh dari langit mengenai tangannya. Sepertinya hujan akan turun, tapi tak apa Asya malah senang jika mereka akan kehujanan. Sudah lama Asya tidak bermain dengan air hujan.

"Sya, kayak nya mau hujan"

"Kita neduh dulu ya?"

"Gue gak mau lu kebasahan terus sakit" ucap Kelvin dari balik helm full facenya. Ia memarkirkan motornya disebuah halte bus pinggir jalan yang tampak sepi. Asya segera turun untuk duduk di salah satu bangku halte dan disusul langsung oleh Kelvin yang juga ikut bersamanya.

Baru saja mereka meneduh, Hujan langsung mengguyur seluruh jalanan sangat deras. Sampai-sampai wajah Asya basah karena terkena bercikan air hujan.

Kelvin terus menatap wajah Asya dari samping, tangannya terulur untuk menghapus air hujan yang sudah berani menyentuh wajah Asya. Ia mengusapnya dengan lembut. Asya menjadi gerogi karena ulahnya, "Lu manis Sya"

"Gue baru sadar, kalau mata lu persis Vina"

MOODYCLASS : THE FIRST WAR ✓Where stories live. Discover now