30. Menghilangkan Jejak

20.8K 1.3K 31
                                    

Seluruh anggota Osis tengah bekerjasama untuk membersihkan bercak darah Sandra yang berserakan dibawah lantai kantin. Setelah kejadian itu, semua guru memutuskan untuk memulangkan para murid lebih awal. Karena mereka tidak bisa melanjutkan kegiatan belajar mengajar saat suasana hati sedang tidak tenang.

Didalam SMA Cakra Birawa hanya tersisa beberapa murid dan guru saja. Seperti halnya dengan Asya dan Kelvin yang tengah duduk dalam kelas XI IPA 2. Kelvin sibuk membersihkan tangan dan juga seragam Asya menggunakan tisu basah yang baru saja ia beli. Pria itu terus menatap Asya yang masih saja diam dengan tatapan kosong menatap lurus kedepan.

Kelvin terus memandang tangan kiri Asya. Gadis itu sudah tidak lagi mengenakan perban di tangannya, "Perbannya lu copot?"

"Iya"

"Masih sakit?" Asya hanya menggeleng.

"Udah jangan di pikirin Sya" ucap Kelvin halus. Asya menghembuskan nafasnya pasrah. Masalah hidupnya bertambah rumit. Asya yakin banyak orang-orang yang tengah mengincarnya dan berusaha melukainya. Asya terus berpikir mengapa dirinya mempunyai banyak sekali musuh. Sekolahannya semakin lama juga semakin menyeramkan. Asya bisa pastikan jika orang misterius itu berkeliaran disekolahnya dan pasti berada disekitar tempat ini. Sebenarnya apa kemauan orang itu?

"Sya gawat Sya!!" ucap Anya heboh. Ia masuk kedalam kelasnya dengan keringat yang sudah bercucuran. Diikuti dengan Ivana, Key, Moza, Alena dan Rasya di belakangnya. Tak lupa dengan kedua sahabat Kelvin yang juga ikut bersama mereka.

"Gimana hasil cctv nya?"

"Kita gak dapet. Kayaknya orang itu udah lebih dulu hapus semua data cctv hari ini," kata Ivana mewakili Anya yang tengah kesusahan mengambil udara untuk dirinya bernafas. Garis wajah Asya menurun. Ia sedih karena tidak mendapatkan bukti hari ini.

"Tapi gue sempet liat orang itu Kak" semua mata langsung fokus menatap Moza.

"Kenapa lu gak bilang dari tadi sih Za?" ujar Rasya gemas.

"Ya maaf, orang gue lupa" balas Moza dengan wajah polosnya. Mereka semua menatap Moza dengan wajah datar. Sedangkan Aland dan Alex sudah tepar dibawah lantai kelas Asya dengan nafas yang sedikit tersumbat.

"Apa yang lu liat?" serkas Key.

"Moza gak bisa liat wajah orang itu dengan jelas, cuma dari posturnya Moza yakin kok kalau dia cewek. Moza cuma bisa lihat benda tajam yang dia bawa. Benda itu sama persis kayak gini" Moza mengangkat beda tajam itu ditangannya. Setelah ia berhasil mencabut paksa benda itu dari leher Sandra, Moza langsung memasukkannya kedalam saku seragam.

"Gila gila,"

"Gini dong, hidup itu harus ada tantangannya biar agak seruan dikit. Kalau begini kan seru jadinya, berasa lagi didunia novel ya gak Land?" timpal Alex, pria itu menyikut perut Aland yang berada disebelahnya.

Aland memandang Alex aneh, ia langsung memukul kepala pria itu cukup keras.

Pletak!

"Seru ndasmu! Kalau taruhannya nyawa darimana serunya bego?!'

"Ya seru aja, kek di film-film gitu.."

"Serah lu"

"Iya nih, gimana sih lu Bang!" Imbuh Rasya. Pria itu tengah berdiam diri disamping Alena dengan wajah yang sudah berwana merah jambu. Alena tersenyum malu ketika Rasya mencoba mendekatinya. Pemandangan itu mampu membuat Alex jengah sendiri.

"Cringe banget sih lu berdua, masih bocah udah berani aja pdkt an didepan gue"

"Daripada lu, udah gede masih aja ngegantungin anak orang. Noh orang nya nungguin" Rasya menunjuk Ivana yang tengah duduk disalah satu bangku kelasnya.

MOODYCLASS : THE FIRST WAR ✓Where stories live. Discover now