Episode 22 - Jamal Dan Shinta

Mulai dari awal
                                    

Reza mengelus-elus surai rambut Adinda. "Iya, aku cuman ngasih pesan aja sama kamu. Jangan sungkan untuk bilang sesuatu yang nyakitin kamu, oke?" tutur Reza.

Reza tersenyum. "Gak apa-apa, nangis aja," titah Reza yang menyuruh Adinda untuk menangis, untuk meluapkan kekesalannya kepada Elga.

Tak lama mereka sampai di rumah Adinda, Reza memarkirkan mobilnya di depan rumah Adinda. "Udah ya, nangisnya di stop dulu, senyumnya mana coba lihat?" Reza menangkup ke dua pipi Adinda.

Melihat Reza yang tersenyum lebar ke arahnya membuat Adinda ikut tersenyum. "Kamu apaan sih," salting Adinda sembari menepis kedua tangan Reza.

"Ya udah aku pulang dulu ya, kamu hati-hati di jalan ya pak dosen," ucap Adinda dengan senyuman.

"Masa manggilnya bapak!"

"Kan emang udah bapak-bapak. Aku pulang dulu ya! Makasih buat hari ini, dadah!" Adinda melambaikan tangannya lalu turun dari mobil Reza dan berjalan memasuki rumahnya.

Di dalam mobil, Reza hanya tersenyum, kemudian setelah itu Reza langsung melajukan mobilnya pergi dari sana.

-DM-

Keesokan paginya, semuanya kembali seperti semula, kegiatan Reza yang mengajar dan Adinda yang di ajar. Di kelas fakultas Ekonomi dan Bisnis Adinda beberapakali mengulum senyuman tipis melihat Reza yang terus melirik dan juga tersenyum ke arahnya.

Shinta dan Sisca yang sadar dengan tingkah laku dosen dan juga sahabat mereka yang mencurigakan itu langsung menatap ke arah Adinda secara bersamaan.

"Cailah, dasar bucin, bisa-bisanya mereka cepika-cepiki padahal lagi waktunya konsentrasi," bisik Shinta dengan kekehan.

Sisca mengangguk. "Biasalah, bucin," sahut Sisca. Kemudian keduanya kembali fokus pada materi pembahasan yang sedang Reza bahas.

-DM-

Sampai waktu jam kelas sudah selesai. Reza berjalan keluar dari ruangan itu meninggalkan para mahasiswa dan mahasiswinya yang senang akhirnya kelas sudah selesai.

Shinta berdecak, menatapi Mira dan Gio yang terus menempel bagaikan magnet.

"Ke kantin yuk? gue laper nih," ajak Shinta sembari memegangi perutnya yang kelaparan itu, sebenarnya itu hanya alasan Shinta untuk menghindari kebucinan Mira dan Gio.

Sisca menganggukkan kepalanya kemudian ke duanya berjalan keluar dari kelas. Sisca menepuk pundak Adinda memberi kode agar Adinda juga ikut. Kemudian Adinda pun berjalan mengikuti ke duanya.

Di sana Mira berdecak melihat dirinya tidak di ajak pergi oleh ketiga sahabatnya. Gio mengelus surai rambut Mira. "Udah biarin aja lagian di sini ada gue," ucap Gio dan Mira menganggukkan kepalanya kemudian gadis itu menyenderkan kepalanya di pundak Gio.

Jamal, Eghi dan Elang memutar bola matanya jengah. "Bucin ya," gumam Elang.

"Udahlah biarin, mungkin Gio bahagia kalau sama Mira. Mending kita ke kantin aja susul bidadari," ajak Eghi dengan senyuman ambigu.

Jamal dan Elang mendengus kemudian berjalan keluar kelas meninggalkan Gio dan Mira di sana. Selain mereka berdua, di sana juga ada mahasiswa lain yang sedang mengobrol.

DOSENKU MANTANKU [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang