°Broken (2)

734 107 22
                                    

Happy reading ~

Don't forget to comment and like ehe..

.

.

.

Hari minggu, seluruh anak asrama menghabiskan waktu libur untuk bersenang-senang keluar rumah. Sebagian dari mereka pergi huntingan bareng teman-teman mereka, kecuali Lia.

Karena tugas praga yang akan dikumpul hari rabu, Lia harus mencari media lain untuk ia tampilkan sebagai nilai praktek UAS. Lia frustasi. Tentu saja, model rumahan kubus yang ia persiapkan jauh hari malah dilabel sebagai plagiat karena memiliki kemiripan dengan senior mereka. Dan Lia harus mencari projek lain dalam waktu 3 hari ini.

Lia menghela nafas. Sudah hampir 2 jam berdiri diatas rooftop, Lia belum juga mendapatkan inspirasi untuk tugasnya itu.

Tiba-tiba suara gesekan sendal dari arah belakang terdengar oleh indra pendengaran Lia. Perempuan itu tidak berniat menolehkan kepala, karena sudah larut dalam lamunan. Tapi Lia sadar bahwa orang lain yang kini berada di rooftop bersamanya sedang berdiri disamping Lia.

"Lo ngambil tempat gue" katanya dengan deep voice yang membuat Lia terperanjat sekaligus deg-degan.

Lia noleh, "Lo"

Felix mengalihkan pandangannya dari kamera melihat Lia.

"Kenapa?"

"..." Lia menunduk melihat posisinya saat ini. Kilas balik ingatan Lia mengingatkannya kalau tempat ini biasanya emang ditempati Felix untuk mengisi memo kamera.

Lia pun dengan senang hati menggeser posisi.

Felix terkekeh, "Lo bisa disana sebenarnya"

"Hmmm iya" jawab Lia, "gue pikir lo pergi weekend"

"Nggak ada waktu buat pergi sebelum UAS benar-benar kelar"

"Jadi?"

"Ya cuman ada kita berdua di asrama"

Lia mengerjapkan mata.

"Li"

"Ya?"

"Kayanya gue harus nerima tawaran lu waktu itu"

"Tawaran?"

"Ya"

"Tawaran apa?"

"Eummm, ya itu"

Lia mengernyitkan dahinya.

"Ah skip, lu bego"

Perempuan itu langsung berdecih membuat Felix mengulum senyum. Tentu saja yang ia katakan hanya candaan. Ia ingin menerima Lia untuk menjadi temannya. Ia pikir ia membutuhkan itu. Seperti kata Lino, ia harus membuka circle lebih banyak agar bisa memiliki pemikiran yang terbuka.

"Li"

"Iya"

"Gue pikir gue suka Ryujin" jawab  Felix ragu.

Lia diam.

"Gue sengaja ngomong ini ke elu, gue pikir ini satu hal yang bisa dibicarakan dalam satu circle" ucapnya lagi terkesan kaku, seperti sedang disetting. Lia tetap menyimak, meski ia percaya yang dikatakan Felix adalah kejujuran.

"Tapi tidak tahu cara untuk dapatin dia"

Lia mencerna perkataan Felix. Secara tidak sengaja perkataan laki-laki itu membuat telak besar padanya, seperti memaksa Lia untuk segera mundur. Lia diam untuk beberapa saat hingga akhirnya ia menjawab perkataan Felix dengan tulus, "Ya cara satu-satunya lu harus gigih"

[0] Rumahan | SKZ × ITZY ✔ Where stories live. Discover now