17. Trauma

986 133 15
                                    

Happy reading ~

Don't forget to like and comment...

.

.

.

Chan itu pemimpin. Menjadi kakak sekaligus orang tua yang akan berperan selama mereka tinggal di asrama.

Chan bertanggung jawab atas apa yang terjadi ditempat ini. Tapi seiring besarnya tanggung jawab yang diberikan kepada Chan, kadangkala membuatnya tidak fokus menjalani perkuliahan akademik. Apalagi dimasa seperti ini, Chan bahkan beberapa kali melupakan tugas mandirinya karena terlalu sibuk membentuk keanggotaan pengurusan asrama.

Jujur tidak besar harapan Chan untuk menjadi bagian dari inti apalagi saat ia tahu bahwa ia akan dijadikan kandidat sebagai ketua umum asrama. Baginya, menjaga 12 kepala saja membuat Chan ketar-ketir takut kalau-kalau mereka tidak nyaman. Apalagi jika angka yang 12 ini berubah menjadi 28. Chan tidak bisa membayangkan itu.

Akhirnya Chan masuk ke dalam kamar Changbin dan Seungmin, melaksanakan tugas rutin mengecek anggota. Laki-laki itu masih tidak menemukan Changbin berada di kamar. Sudah terhitung ini kunjungan Chan yang ketiga dan hasilnya sama.

"Changbin masih belum pulang?"

"Belum bang" jawab Seungmin yang tengah belajar.

"Hoo oke deh"

Karena Lino dan Hanjis sudah izin keluar, Chan ngelewatin kamar mereka dan masuk ke dalam kamar Felix dan Hyunjin. Disana Felix terlihat sedang membaca komik dan Hyunjin sudah bergelut didalam selimutnya.

Chan bertanya lewat tatapan mata.

"Kecapean bang"

"Sakit?"

"Ngga tau, kayanya abis olahraga" jawab Felix asal. Sebenarnya dia tidak tahu alasan Hyunjin meringkuk begitu lama di dalam selimut. Biasanya Hyunjin kalau gabut nonton drakor, dia main game atau joget-joget kaya orang kesurupan.

Felix angkat bahu berusaha tidak peduli.

Chan sudah turun ke lantai bawah. Sepi seperti biasa. Nggak kaya asrama sebelumnya, senior-senior selalu ribut kalau malam udah tiba. Banyak interaksi dan rapat.

Chan harusnya nggak nuntut lebih sih, mungkin mereka secara tidak sengaja ada aktivitas lain diluar sana, Chan berusaha untuk memaklumi. Disisi lain Chan ngerasa aneh aja, kadang penghuni asrama disini malah lebih berkubu dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk berdiam diri di kamar ketimbang berbaur satu sama lain.

Alih-alih ngumpul rapat di ruang tengah, Chan justru lebih sering jadi pengamat, merhatiin adik-adiknya berproses seperti seorang ayah yang sedang mengawasi anak-anaknya. Tapi kalau dipikir-pikir, bukankah yang ada mereka justru jadi renggang? Tidak ada komunikasi berarti. Tidak ada kebersamaan selain atas dasar kewajiban.

Ohh ayolah Chan, tidakkah lebih penting nyelesaiin tugas mandiri daripada kehidupan orang lain?

Siapapun akan tahu jawaban Chan pasti tidak. Kepentingan bersama lebih penting baginya. Karena sudah hampir selama hampir 2 minggu ini, Chan melihat aktivitas mereka dan cara mereka bersosialisasi masih buruk.

Lihat misalnya Lino dan Changbin yang sangat sibuk dengan agenda kampus, mereka cendrung monoton karena memiliki watak yang sama-sama kaku untuk berinteraksi dengan orang baru. Lino dingin, Changbin kasar, hmmm.

Hyunjin sendiri, selain sibuk dengan jadwal pemotretan dia juga lebih sering menghabiskan waktu diluar bersama doinya atau bersama Ayen. Han? Dari awal dia manusia super sibuk, kalau nggak bareng Lino ya bareng Hyunjin atau nggak Ayen. Felix? Nol. Dia si penyendiri. Ah Seungmin orangnya masih sulit ditebak karena dia terlihat lebih suka diarah. Kalau nggak penting ya kaga muncul dan pribadinya juga mirip denga Felix yang suka menyendiri. Ayen? Bisa dibilang laki-laki ini adalah manusia yang sering berinteraksi dengan dia karena sekamar juga. Tapi saat jiwa sadboy Ayen muncul, Chan akan diabaikan olehnya. Ayen masih terlalu muda untuk memikirkan hal-hal seperti ini. Sedangkan bersama perempuan, Chan tidak terlalu kecuali mengetahui sifat luar seorang Shin Ryujin.

[0] Rumahan | SKZ × ITZY ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang