54. Terbongkar? (2)

Mulai dari awal
                                    

Garrick yang mendengar suara deruman motor Antaris pun langsung bergegas melangkah ke luar. Garrick langsung melontarkan pertanyaan setelah ia berada di hadapan Antaris dan Arrion. "Gimana, Ris, Ri?"

"Tadi gue udah liat rekamannya, dan dari situ gue bisa nyimpulin kalau gue itu gak salah," balas Antaris menjelaskan.

Garrick bernafas lega. "Lega banget gue dengernya."

Antaris mengangguk. "Iya. Gue juga ngerasa lega karena akhirnya gue bisa menemukan bukti kalau gue itu gak salah."

Arrion menepuk pundak Antaris pelan. "Cepet baikan. Gue udah bosen liat lo galau terus."

Garrick langsung terbahak setelah mendengar ucapan Arrion barusan. Sedangkan Antaris hanya mendengkus kesal.

Setelahnya, Arrion, Garrick, dan Antaris melangkah memasuki basecamp untuk beristirahat. Karena, besok mereka harus sekolah.

Setelah dilihat Arrion dan Garrick sudah tidur, Antaris langsung membuka ponselnya untuk men-chat Aurora dan Bella.

Cewe murahan
online

Besok gue tunggu di belakang sekolah. Ada kejutan buat lo

Hah? Kejutan apa, Ris? Kamu mau nikahin aku, kah?

Antaris bergidik ngeri sambil berdecak sebal setelah melihat balasan Aurora. Ia hanya melihat pesan itu tanpa ada niatan untuk membalasnya. Terlalu malas untuk dibalas, pikirnya.

Setelah men-chat Aurora, kemudian Antaris mulai mengetikkan sesuatu untuk ia kirimkan kepada Bella yang untungnya masih online.

Bel sekolah
online

Bel, besok jgn lupa datang ke belakang sekolah, ya. Aku mau bongkar suatu rahasia. Dan, aku punya kabar gembira, Bel. Aku udah nemuin bukti bahwa aku itu gak salah. Gimana, Bel? Aku pinter kan?

Y.

Antaris mengelus dadanya berusaha bersabar setelah melihat balasan Bella. Dia udah senang karena bisa menemukan bukti itu. Tapi, Bella malah mengacuhkannya. Tapi, tak apalah. Mungkin, besok Bella akan merasa senang juga setelah melihat bukti itu. Iya, mungkin.

* * *

Kini Antaris dan sahabat-sahabatnya sedang menunggu kedatangan Bella dan Aurora. Senyum Antaris terbit saat melihat Bella di depan gerbang sekolah. Namun, senyumnya pudar saat melihat Aurora yang berdiri di hadapannya.

"Ngerusak pemandangan aja, lo," ketus Antaris sambil menatap datar Aurora. Sedangkan Aurora, ia hanya tersenyum.

"Katanya kamu punya kejutan buat aku, Ris? Mana kejutannya?" tanya Aurora dengan wajah bahagianya.

"Di belakang sekolah."

Setelah mengatakan itu, kemudian Antaris, Aurora, dan Bella mulai melangkah menuju belakang sekolah.

"Mana kejutannya, Ris?" tanya Aurora yang sepertinya sudah penasaran.

Antaris mengambil ponselnya, kemudian ia menunjukkan sebuah video ke hadapan wajah Aurora. Aurora merasa kaget setelah melihat isi video tersebut. Isinya adalah video dirinya yang sedang memohon-mohon pada dokter Riana untuk membantunya.

Sedangkan Bella, ia tersenyum bahagia setelah melihat isi video tersebut. Akhirnya, Antaris tidak akan menikahi Aurora, pikir Bella.

"M-maksud kamu apa, Ris?" tanya Aurora gugup. Ia takut, sungguh.

Antaris tersenyum miring. "Gimana Ra dengan kejutannya? Lo seneng?"

Aurora langsung terdiam. Jadi, ini kejutannya? Ia pikir, kejutannya adalah Antaris akan menikahinya. Tapi, pikirannya salah.

"Sekarang, gue mau tanya sama lo, Ra. Dimana urat malu, lo? Apa urat malu lo udah putus? Apa lo gak malu ngerendahin diri sendiri hanya untuk menghancurkan hubungan gue sama Bella? Seharusnya, lo pikir dua kali sebelum melakukan sesuatu, Ra. Dan, lo lihat sendiri 'kan, siapa yang rugi di sini? Elo, Ra!"

"Keluarga Antaris lah yang udah ngebunuh Papa, Dek .."

Ucapan Arnold waktu itu langsung terngiang-ngiang di pikiran Aurora. Tangan Aurora terkepal sambil menatap penuh kebencian terhadap Antaris.

"Apa lo tahu Ris gue ngelakuin ini semua itu karena apa?" tanya Aurora dengan tatapan tajamnya. Antaris diam, tak menjawab pertanyaan Aurora. Sedangkan Bella, ia hanya menyimak tak berniat untuk ikut campur.

"GUE NGELAKUIN INI SEMUA ITU UNTUK BALAS DENDAM, RIS! Apa lo tahu? PAPA LO UDAH NGEBUNUH PAPA GUE, SIALAN! DAN, GARA-GARA PAPA LO JUGA, MAMA GUE GILA!" bentak Aurora dengan air matanya yang sudah mengalir deras saat mengingat Mamanya.

Aurora menjatuhkan tubuhnya di atas tanah sambil menundukkan kepalanya dalam. "Papa gue meninggal, Mama gue gila. Dan, itu semua gara-gara papa lo, Ris. Gue ... gue gak terima! Hati gue sakit, asal lo tahu!"

Antaris langsung bungkam setelah mendengar perkataan Aurora barusan. Apa benar, bahwa Papanya telah membunuh Papa Aurora? Sungguh, ia tidak tahu. Papanya juga tidak pernah bercerita kalau Papanya pernah membunuh seseorang. Perasaan bersalah langsung muncul.

"Atas nama papa gue, gue minta maaf, Ra. Gue gak ta---"

Aurora menatap Antaris dengan kedua matanya yang memerah. "Apa dengan permintaan maaf lo itu, Papa gue bisa hidup kembali, Ris?"

* * *

-To Be Continued-

ANTARIS [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang