53. Tak Percaya!

3.6K 198 4
                                    

Jangan lupa vote seperti biasa🥰

Happy Reading 💞

* * *

"Jadi, gimana Dok? Apa benar wanita itu hamil?" tanya Antaris pada Dokter yang baru saja memeriksa Aurora.

Dokter Riana menatap Aurora sebentar. Ia terpaksa harus berbohong untuk menyelamatkan gadis yang tadi ia periksa. Dokter Riana menatap Antaris dan Bella dengan perasaan bersalah. Kemudian, ia menghembuskan nafasnya pelan.

Dokter Riana mengangguk pelan. "Iya, dia hamil."

Deg!

Bella langsung menatap Aurora dengan tatapan yang sulit diartikan. Hatinya terasa sesak saat mendengar ucapan dokter Riana barusan. Jadi ... benar Aurora hamil. Dan, itu adalah anak Antaris, pacarnya.

Sedangkan Antaris, ia merasa kaget setelah mendengar ucapan dokter Riana barusan. Enggak! Pasti dokter itu salah. Gak mungkin Aurora hamil! Walaupun hamil, itu pasti bukan anaknya!

"Enggak, Dok! Saya gak percaya! Dia gak mungkin hamil! Pasti Dokter salah. Coba periksa lagi, Dok," suruh Antaris memaksa dokter Riana untuk memeriksa Aurora sekali lagi.

"Maaf, tapi saya gak salah. Dia memang beneran hamil," ujar dokter Riana lembut.

"Kamu sekarang percaya 'kan Ris kalau sebenarnya aku itu hamil?" tanya Aurora dengan senyuman bahagianya.

Antaris tak menjawab. Ia langsung menarik tangan Aurora kasar menuju luar rumah sakit. Sedangkan Dokter Riana yang melihatnya hanya mampu menggelengkan kepalanya pelan.

"Semoga gadis itu tidak disiksa," ucap dokter Riana sambil melangkah menuju kursinya.

Bella hanya mengikuti Antaris dan Aurora dari belakang dengan langkah pelan. Tatapannya kosong. Sungguh, sebelumnya memang ia tak percaya, tapi, setelah mendengar ucapan Dokter tadi ...

Bella menggelengkan kepalanya pelan sambil menghapus air mata yang tiba-tiba mengalir dari kedua pelupuk matanya. Bella mempercepat langkah kakinya untuk menghampiri Antaris dan Aurora.

Antaris melepaskan cekalan tangannya, ia menatap tajam Aurora. "Maksud lo apa, Ra? Pasti lo nyogok Dokter tadi 'kan, biar dia mengatakan kalau lo itu hamil? Iya, 'kan?!"

Aurora sempat terkejut, namun ia kembali menormalkan ekspresinya. "Aku gak nyogok Dokter itu, Ris. Tapi, emang benar kalau aku itu sebenarnya hamil. Hamil anak kamu, Ris."

"Bacot anjing!" bentak Antaris sambil mengepalkan kedua tangannya. Ia emosi, tentu saja.

Bella datang menghampiri keduanya. "Ternyata benar, Ris. Kalau Aurora itu hamil. Dan sekarang, kamu harus tanggung jawab! Nikahi dia dan putusin aku." Bella berucap dengan pelan sambil menahan air matanya agar tidak keluar.

Antaris langsung menoleh ke arah Bella. "Enggak, aku gak bakal tanggung jawab! Dia itu cuman pura-pura hamil, Bel. Sekalipun dia hamil, pasti itu bukan anak aku!"

"Udah berapa kali aku bilang kalau ini anak kamu, Ris. Anak kamu, bukan anak orang lain," ucap Aurora sambil mengusap perut datarnya.

Bella tertawa miris. "Dengar, 'kan? Sekarang kamu harus milih. Putusin aku, atau nikahin dia!"

Antaris menggeleng cepat. "Gak! Aku gak bakal milih, Bel! Aku gak mau putusin kamu, dan aku juga gak mau nikahin dia!"

Bella menatap dalam kedua mata Antaris. "Mana tanggung jawab kamu sebagai laki-laki, Ris?"

"Harus berapa kali aku bilang sih, Bel kalau aku itu gak pernah merkosa dia!" Antaris mengacak rambutnya frustasi.

Bella menatap sendu Antaris. Ia menghembuskan nafasnya pelan, sebelum ia mengeluarkan kata-kata yang mampu membuat Antaris diam. "Maaf, Ris. Kayaknya kita harus break dulu ..." setelah mengatakan itu, Bella langsung pergi sambil menangis.

ANTARIS [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang