42. Ketahuan?

3.4K 191 3
                                    

Jangan lupa vote🥰

Happy Reading 💞

* * *

"Ris, gimana rencana gue kemarin? Berhasil kagak?" tanya Garrick sambil tertawa terbahak-bahak.

Antaris hanya menatap datar Garrick. "Berhasil kok, Rik. Berhasil banget malah. Makasih banyak atas rencana sialan lo itu, Bella jadi tambah marah ke gue."

Garrick lagi-lagi terbahak saat mendengar balasan Antaris. Entahlah, seperti ada kesenangan tersendiri setelah mengerjai Antaris. Sahabat laknat memang!

Alfio, Ander, dan Arrion yang tidak tahu apa-apa pun hanya menyimak obrolan Garrick dan Antaris dengan aesthetic. Iya, memang mereka sekarang sedang berada di kelas.

"Ada apaan, sih? Kok gue gak tahu?" tanya Alfio penasaran. Ander mengangguk menyetujui pertanyaan Alfio, karena ia juga sama penasarannya seperti Alfio.

Antaris mengangkat bahunya acuh, kemudian ia memasang earphone di kedua telinganya. "Gak penting juga."

"Ada apaan sih, Rik?" tanya Ander sambil menaik-turunkan alisnya penasaran.

"Jadi, kemarin itu 'kan si Bella itu lagi datang bulan. Terus, gue kasih saran sama si Antaris buat beliin si Bella pembalut. Dan, lo pada tahu gak Antaris beliin pembalut buat Bella berapa biji?" tanya Garrick sambil menahan tawanya. "Satu biji, anying!" Garrick tak kuasa menahan tawanya, ia langsung saja terbahak.

Ander dan Alfio yang baru saja mendengar cerita Garrick pun langsung terbahak. Sedangkan Arrion hanya tersenyum tipis. Pantas saja Bella marah pada Antaris!

"Kenapa enggak sekalian aja beliinnya setengah Ris gak usah satu biji." setelahnya, Alfio, Ander, dan Garrick kembali terbahak.

Antaris berdecak kesal. "Ck. Berisik!"

Arrion hanya geleng-geleng kepala melihat Antaris yang sedang diejek oleh trio bobrok itu.

"Diam, sebentar lagi Pak Dede masuk," ujar Arrion membuat tawa Ander, Garrick, dan Alfio langsung berhenti.

Dan, benar saja. Pak Dede masuk dengan wajah datarnya. "Assalamualaikum, pagi anak-anak."

"Wa'alaikumsalam, pagi juga Pak." Murid-murid menjawab dengan serempak, kecuali Garrick.

"Wa'alaikumsalam, malam juga Pak," jawab Garrick sambil tersenyum lebar, membuat pak Dede harus menahan kesabarannya untuk tidak melempar satu anak itu.

"Keluarkan buku Matematika kalian," suruh Pak Dede.

Semua murid mengangguk, sambil mengeluarkan buku matematika mereka masing-masing.

Garrick menyikut lengan Alfio. "Eh, emang Pak Dede bagian ngajar matematika, ya?"

"Ya iyalah, emang Pak Dede bisa ngajar apa lagi selain matematika?" tanya balik Alfio.

"Iya juga ya. Eh, tap---"

"Garrick, diam!" potong Pak Dede, membuat Garrick diam. Pak Dede kembali melanjutkan menjelaskan materinya.

"Semuanya paham?" tanya Pak Dede setelah selesai menjelaskan materinya.

Semuanya mengangguk. "Paham, Pak!"

Pak Dede menatap ke arah Garrick. "Garrick, kamu paham?"

Garrick mengangguk ragu. "Paham, Pak!"

Pak Dede mengangguk, sambil tersenyum miring. "Oke, kalau kamu paham, coba jelaskan di depan apa saja yang baru saja bapak jelaskan tadi."

Garrick langsung terdiam. Apa yang harus ia jelaskan? Dirinya saja tidak tahu apa saja yang Pak Dede jelaskan tadi.

"Kenapa kamu diam?" tanya Pak Dede.

ANTARIS [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang