AD-30

56.2K 6.9K 480
                                    

30

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

30. Timbul Masalah?

-o0o-

"RARA KEMANA?!" teriak Kevan tiba-tiba, membuat lima laki-laki yang tengah sibuk dengan ponselnya langsung berpaling.

"Cari!" titah Varo setelah menyadari bahwa adiknya tak ada bersamanya.

Keenam laki-laki itu lantas bangkit dari sofa. Berlarian kecil menaiki dan menuruni tangga untuk mencari keberadaan Dora.

Luasnya mansion membuat mereka kesulitan mencari Dora. Bahkan menanyakan ke bodyguard atau maid yang berpapasan namun tak ada yang mengetahuinya.

Kalaupun Dora keluar dari mansion itu tidak mungkin. Karena mansion ini dipenuhi keamanan yang ketat bahkan untuk sekedar keluar.

"Ck kita kek orang dongo, ada cctv atau gps kalo lupa," ujar Hasbi.

"Anjir gue lupa." Nakula memukul kecil jidatnya.

Keenamnya lalu pergi menuju ke ruangan khusus cctv yang hanya bisa diakses oleh mereka saja. Sesampainya di sana, Varo langsung menyalakan layar yang menunjukkan isi mansion.

Gara menunjuk jarinya ke arah sebuah layar paling sudut bawah, "nah itu Dora, tapi sepertinya mau jalan ke—"

"TAMAN!" pekik Kevan dan Hasbi serempak.

Dengan penuh kepanikan, mereka berlarian kecil di lorong-lorong mansion. Derap langkah kaki terdengar sangat jelas. Hingga akhirnya keenamnya sampai di Taman.

Namun semuanya telah terlambat.

"A-ayah…"

"RARA!"

Tubuh Dora melemas melihat pemandangan yang tak sengaja ia lihat. Mungkin tak pantas untuk ia lihat karena tidak baik bagi kesehatan mentalnya.

Seseorang yang selama ini ia anggap ayah yang juga masih menyayangi ibunya kini tengah berpelukan dengan wanita yang sama sekali tidak ia kenal.

Tak disangka pertahanannya telah runtuh. Setetes air jatuh membasahi kedua pipinya, disusul tetesan air lainnya. Dora menangis tak bersuara.

"R-rara…ayah bisa jelaskan ini, tolong jangan salah paham," ujar Antasena-ayah Dora yang kemudian bangkit melepaskan pelukan dari wanita itu.

"Jelasin apa lagi, Yah?" tanya Dora mencoba untuk menahan isakan tangisnya walau air mata telah membasahi pipinya.

Antasena merendahkan tubuhnya lalu berjongkok di depan putri kecilnya. Tangan kirinya ia gunakan untuk menggenggam erat tangan Dora sementara tangan kanannya untuk menghapus air mata yang jatuh membasahi pipi.

"Listen to daddy please."

"Apa ini alasan ayah ninggalin bunda?!" sentak Dora melepaskan tangan ayahnya.

ABOUT DORA [END]Where stories live. Discover now