AD-04

130K 13K 1.2K
                                    

4

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

4. Who Are They (02)

-o0o-

Dora menunduk ke bawah. Matanya menatap lurus ke arah ubin lantai yang terbuat sepenuhnya dari marmer. Pikirannya terputar kembali dimana ia bisa ceroboh dan petakilan kapan pun itu.

Namun kali ini berbeda. Tubuhnya sangat gugup, bahkan untuk mendongakkan kepala ke atas saja tak sanggup. Dora duduk bersila di atas sofa, sementara di samping-sampingnya hanya angin lalu.

"Naikkan kepalamu, nanti mahkota nya jatuh."

Deg

Alasannya mengapa Dora tak ingin mendongakkan kepalanya hanya satu. Karena di depannya terdapat enam laki-laki serta dua pria paruh baya yang menurutnya sangat tampan, bahkan ketampanannya mengalahkan masa depannya di negeri ginseng sana.

Bagaimana posisi dirimu jika berada di kondisi seperti Dora? Duduk berhadapan dengan lawan jenis yang sangatlah tampan yang saat ini tengah menatapmu intens. Pingsan? Mungkin, namun Dora tidak.

Perlahan-lahan Dora mendongakkan kepalanya. Terlihat mereka semua menatapnya intens. Ah, kalau saja ada pintu kemana sajanya doraemon, mungkin ia akan memilih untuk menghilang.

"J-jangan natap Dora seperti itu," ujar Dora gugup.

"Kalian berenam dan kamu, tinggalkan saya berdua disini dengan Dora," ujar salah satu dari kedua pria paruh baya itu.

Sepeninggalan mereka kecuali pria paruh baya yang kini berada tepat di depan Dora, Dora merasa tenang. Walaupun tidak sepenuhnya.

"Jangan gugup begitu sayang, sini sama ayah katanya mau ketemu," ujar pria paruh baya itu.

Dora terkejut, "ayah?"

"Iya"

Karena jawaban dari pria paruh baya itu, Dora berhamburan ke pelukannya. Hangat, itulah yang Dora rasakan di pelukan itu. Dora memejamkan matanya perlahan untuk menengankan pikirannya.

"Maafin ayah, belum menjadi seorang ayah yang baik untuk putrinya." Dora melepaskan pelukannya, lalu menatap kedua mata pria paruh baya yang diketahui sebagai ayahnya.

"Iya, maafin Dora juga belum jadi anak yang baik," ujar Dora tersenyum manis.

Ayah Dora yang merasa gemas dengan tingkah Dora, mengelus lembut surai panjang milik Dora. Dora terkejut, usapannya sama seperti mendiang bundanya.

"Amboi, lama banget om ngobrolnya kita juga kangen ini," ujar Kevan tiba-tiba, membuat ayah Dora melotot tajam.

"Mau disunat dua kali hah?"

"Ampun om, saya gak mau disunat dua kali," mohon Kevan. Sementara Dora tertawa terbahak-bahak. Tanpa disadari seseorang tersenyum tipis melihat senyum Dora.

ABOUT DORA [END]Where stories live. Discover now