Episode 01 - Dunia Yang Sempit

Depuis le début
                                    

Hari keempat Adinda diajar oleh Mantan sekaligus dosennya itu. Adinda bersama dengan Shinta, Sisca dan Mira berjalan menyusuri koridor kampus dengan wajah yang sesekali menoleh ke arah sebrang koridor dimana disana tampak Reza, dosen yang mengajar mereka baru saja datang ke kampus dan Reza disapa baik dan ramah oleh para mahasiswi dikampus Universitas Pancasila itu.

"Cih, gaya-gaya an nyapa pak Reza ya mereka! Kita yang diajar biasa aja tuh!" gerutu Shinta merasa kesal dan cemburu melihat dosennya digenitin oleh para mahasiswi.

Mira terkekeh. "Namanya juga cewek Shin, elo diem-diem juga begitu kan." sahut Mira membuat Shinta langsung tersenyum malu ke arah Mira.

"Hehehe, iya sih." tawa Shinta.

"Elo kenapa sih Din? Wajah lo makin hari, makin asem aja," ucap Sisca bertanya sembari mencolek bahu Adinda membuat sang empu langsung menoleh ke arahnya.

Adinda menggeleng lalu tersenyum tipis. "Nggak tuh, biasa aja. Itu mah perasaan lo aja kali."

"Dih. Emang bener tuh kata Sisca! Semenjak ganti dosen lo kenapa jadi malah ga semangat gitu deh? Biasanya paling semangat buat kuliah." protes Mira.

Shinta mengangguk setuju. "Iya bener banget. Jangan-jangan lo ada hubungan spesial ya sama pak Rijal? Makannya waktu pak Rijal diganti sama pak Reza lo langsung ga semangat?" tuduh Shinta dengan ekspresi wajah jahilnya.

Mendengar itu Adinda langsung melotot. "Ngablu banget lo. Udahlah. tuh lihat, dosen mau masuk ke kelas." seru Adinda sembari berjalan meninggalkan teman-temannya memasuki ruang kelas.

"Tuh kan, gue curiga sama Adinda nih!" ucap Shinta sembari cekikikan.

"Gila lo ya?! Pak Rijal kan udah punya anak dan istri, ya kali Adinda ada hubungan sama pak Rijal. Stres nih anak." gerutu Sisca tak habis pikir.

"Udah, cepetan masuk! Tuh pak Reza udah deket sama kelas kita!" ujar Mira sembari berjalan cepat pergi dari sana disusul oleh Shinta dan Sisca.

Sesampainya dikelas, mereka langsung duduk di kursi masing-masing dimana disana mereka hanya duduk sendiri-sendiri dengan satu kursi yang sudah disediakan meja pada kursi tersebut.

Tak lama datanglah laki-laki berbadan tinggi, dengan muka tirus dan hidung yang sangat mancung. Dia tersenyum kepada murid-murid dikelasnya menyapa nya dengan senyuman khas nya yang memperlihatkan kempot pada pipinya dan itu terlihat sangat manis dimata semua muridnya namun, tidak dengan Adinda yang merasa muak dengan senyuman itu.

"Pak Reza tuh, jomblo ga sih?" gumam Shinta sembari tersenyum. Sungguh, dosen satu ini benar-benar tampan apa lagi kempot yang dia punya saat tersenyum mampu membuat hati siapapun berdebar saat melihatnya.

"Apa sih, biasa aja gitu ge. Kenapa pada lebay!" gumam Gio, merasa kesal dengan tingkah mahasiswi dikelasnya yang sangat berlebihan saat melihat Reza.

"Gantengan juga gue." sahut Jamal.

"Najis lo! Gue kali," tak mau kalah Elang.

"Muka kaya pantat panci gitu dikata ganteng." cibir Jamal tak terima dengan perkataan Elang barusan.

Eghi yang melihat keempat temannya malah adu kegantengan hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya, sembari bergumam pelan. "Gue yang ganteng diem aja ga sih." ucapnya.

Eghi, Elang, Jamal dan Gio. Mereka juga adalah teman dekat dari Adinda, Shinta, Sisca dan Mira. Kemana-mana mereka selalu bersama, karena mereka satu jurusan dan kebetulan satu kelas. Akhirnya mereka pun memutuskan untuk berteman lebih dekat lagi hingga membuat mereka menjadi teman dekat sampai sekarang.

Mendengar percakapan para mahasiswa dan mahasiswi nya, Reza hanya terkekeh pelan dengan kepala yang terus menggeleng. Kemudian tatapannya beralih ke arah Adinda yang dari tadi menunduk menatapi buku catatannya dan mengalihkan pandangannya dari Reza.

DOSENKU MANTANKU [SUDAH TERBIT]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant