Diam-diam Dora terenyuh mendengar kalimat-kalimat dari enam laki-laki itu. Ia tak menyangka masih banyak laki-laki yang paham maksud dari kecantikan sebenarnya.

"Iya, aku bakal buktiin kalo gak ada insecure-insecure lagi," kata Dora penuh ceria.

"Kita pegang omongan kamu, Ra," ucap Gara.

"Intinya be yourself," sambung Varo-Dora mengangguk sembari tersenyum manis.

"Ayo sekolah, nanti terlambat," ajak Hasbi.

"Ayo!"

Mereka pun bangkit dari ruang makan. Mengambil tasnya masing-masing dan hanya disampirkan di bahu, berbeda dengan Dora yang menggendong ranselnya di kedua bahu.

Sesampainya di depan, terlihat enam motor seperti biasanya. Dora sepertinya harus menambah tinggi badan supaya tidak terlalu kesusahan menaiki motor itu.

"Kak Rara bareng Varo kan?" tanya Nakula.

"Iya," jawan Dora.

Dora naik ke motor Varo dibantu oleh pemilik motor tersebut. Keenam motor berjalan dengan kecepatan normal-meninggalkan pekarangan mansion.

Di perjalanan Dora memeluk erat tubuh Varo dari belakang. Membuat Varo tersenyum tipis dibalik helm full face. Bahkan tak ada yang menyadarinya kecuali Varo dan Tuhan.

Sesampainya di depan sekolah, pintu gerbang yang tadinya tertutup rapat dikarenakan sekolah akan segera dimulai-terbuka lebar. Menampilkan enam motor sport yang dikendarai oleh para lelaki tampan.

"Lho kan kita udah terlambat, Bang. Kok gerbang sekolah masih boleh dibuka," tanya Dora.

"Sekolah ini punya bokap nya Diego," jawab Varo.

"Tapi kok waktu itu Dora terlambat disuruh lari keliling lapangan, mana belum sarapan lagi," eluh Dora.

Ucapan Dora membuat enam motor berhenti tepat di depan pintu masuk menuju parkiran khusus. Karena Dora berbicara dengan cukup keras.

"Rara gak kenapa-kenapa kan?" tanya Hasbi.

"Gak pingsan?" tanya Gara.

Dora hanya menjawab dengan gelengan kepala. Hingga terdengar helaan napas lega dari enam laki-laki.

"Yang ngehukum kamu siapa?" tanya Varo.

"Lupa hehe," jawab Dora jujur diselingi dengan kekehan kecil.

Varo mendengar jawaban itu menghela napasnya lalu mengacak-acak kasar rambut Dora. Membuat Dora mendengkus kesal.

"Iih rambutnya jadi berantakan."

"Ra, kamu tunggu disini ya, abang mau markir motor di dalam dulu sama mereka," ujar Varo.

"Iya, jangan lama-lama ya." Keenam laki-laki hanya mengangguk.

Sepeninggalan enam laki-laki itu, Dora berjalan kecil menuju ke salah satu kursi panjang yang tak jauh dari sana. Baru saja ingin mendudukkan pantatnya, sebuah teriakan terdengar.

"DORA!"

"Astaga Nebula, jangan teriak-teriak!" peringat Dora ke Nebula yang hanya menyahuti dengan cengengesan.

"Huh cepet banget lo lari," eluh Capella yang terengah-engah mengejar Nebula.

"Kalian kenapa lari-lari? Gak ada pelajaran kah?" tanya Dora berturut-turut.

"Engga, jam pertama sampai istirahat dipake buat sosialisasi tentang pergaulan bebas dari para guru," jawab Nebula.

"Lha terus kok kalian malah ke sini?" tanya Dora lagi.

"Sosialisasi nya di aula utama," jawab Capella.

"Terus kenapa lo telat dan malah leha-leha di sini hah?" Sekarang giliran Nebula yang bertanya.

"Kesiangan," jawab Dora singkat.

"Sendiri lagi? Gak bareng enam pangeran?" tanya Nebula lagi.

"Tadi-"

Baru saja ingin menjawab, ucapan Dora terpotong oleh Kevan yang tiba-tiba muncul dari belakang disusul oleh lima laki-laki lainnya.

"Pangerannya ada di sini neng Nebula," ujar Kevan.

"E-eh iya, umm-kita berdua duluan ya, Ra," pamit Nebula diangguki oleh Capella.

"Eh ikut, masa ditinggal sih," ucap Dora.

"Kan ada mereka, Ra," sahut Nebula.

"Bang, Dora ikut mereka ya," pinta Dora ke Varo yang dari tadi hanya diam saja.

"Iya," ujar Varo membuat Dora tersenyum penuh sumringah.

Setelah meminta izin ke abangnya yang tak lain ialah Varo, Dora pergi menuju aula bersama kedua temannya-Nebula dan Capella.

"Langsung ke aula?" tanya Dora.

"Terserah sih, lagipula sosialisasi mulainya masih setengah jam lagi," balas Nebula.

"Kalian duluan, gue mau ke toilet," pamit Capella yang setelah itu langsung lari ke arah toilet berada.

"Kebelet kali," timpal Nebula.

"Ya udah ayo langsung ke aula aja," ajak Dora. Lalu kedua berjalan menuju ke lantai pertama-dimana letak aula berada.

-o0o-

Flashback Parkiran

Enam motor sport terparkir sempurna. Enam laki-laki tampan turun dari motor-motor itu. Membuka helm full face nya hingga menampakkan ketampanannya.

"Saya harap kalian siap apa yang akan terjadi ke depannya," ujar seorang pria yang tak lain adalah kaki tangan ayah Dora-Levi.

"Gue tau, gak usah diingetin," kata Varo datar.

"Gue rasa percuma kita hapus sebagian ingetan dia, cepat atau lambat wanita itu akan segera datang," ucap Gara.

"Semua akan berjalan lancar, selama kita di deket dia," ujar Diego bijak namun terkesan dingin.

"Wanita itu bukan ancaman yang berat, melainkan Janus!"

Flashback end

To be continued...

-o0o-

Hai, btw konfliknya aku bikin gak terlalu berat tapi gak terlalu ringan kwkw😭

Insyaallah double up, makanya spam next sebanyak-banyaknya biar semangat xixi

Untuk cast tokoh, aku masih bimbang. Jadi kalian berimajinasi sesuai diri kalian sendiri ya hehe, takutnya ngerusak imajinasi kalian

Jangan lupa share ceritaku di akun sosial media kalian, biar makin banyak peminatnya and aku makin semangat buat up

SIDERS? BISULAN
SEE YOU NEXT CHAPTER>

ABOUT DORA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang