"Dora Chariva Achernar, the little queen of Perseus's"

"Wow, kok bisa tau nama gue," ujar Dora terkagum-kagum.

Hingga tiba-tiba lift menyala, Dora yang terkejut—sontak berpegang erat di lengan kokoh milik Diego. Lift pun mulai berjalan. Dora lagi-lagi dibuat takjub dengan bangunan ini, ketika lift yang ia naiki memiliki pandangan langsung ke arah rerimbunan pepohonan dan kota dari jauh.

"Bakalan betah nih kalo gue tinggal di sini," gumam Dora tersenyum-senyum.

"Tapi kok pas kapan itu, gue kesini tempat nya gak sebagus ini, terus tempat nya sepi," tanya Dora penasaran.

"Karena Rara gak ngunjungi semua tempat di bangunan ini," ujar Kevan yang tiba-tiba muncul sesaat lift terbuka lebar.

Terlihat di belakang Kevan ada empat laki-laki yang lainnya. Dora meneguk ludahnya kasar, ketika melihat di belakang kelima laki-laki yang berdiri di hadapannya terdapat senjata-senjata.

"Kenapa, ra?" tanya Gara tiba-tiba, ketika melihat mimik wajah Dora yang berubah.

"A-anu itu dibelakang senjata apaan?" tanya Dora.

"Senjata koleksi, gak ngebahayain kok," balas Nakula—Dora yang mengerti hanya bisa tersenyum sembari berucap huruf 'o'.

"Yok ke dalam, ada yang mau kita bicarakan," ajak Hasbi.

Ketujuh orang itu lalu berjalan bersama menuju ke sebuah ruangan. Selama perjalanan tatapan Dora tak teralihkan dari jendela-jendela bangunan yang view nya langsung ke arah kota yang tertutup rerimbunan pohon. Sangat indah, rasa ingin bersua foto meningkat.

"Mau foto?" tanya Varo, membuat Dora terkejut. Bagaimana Varo bisa tahu, kalau dirinya ingin berfoto?

Karena ucapan Varo, langkah kelima laki-laki lainnya ikut berhenti. Menatap lekat Dora yang tengah dilanda kebingungan. Dora ingin foto namun ia malu.

"Hadap sini, gue fotoin," suruh Varo—Dora menurut.

"Tas nya gue bawain sini," tawar Gara ketika melihat Dora menggendong sebuah tas berwarna hitam yang isinya laptop dan beberapa novel.

Dora memang orangnya takut gabut. Oleh karena itu, ia selalu membawa tas itu kemanapun dirinya akan pergi.

"Gak usah kak," tolak Dora.

"Hm."

Berbagai gaya Dora lakukan. Mulai dari gaya cuek, gaya tersenyum manis ataupun gaya-gaya lainnya. Bahkan ia seolah-olah tidak menyadari bahwa ada enam laki-laki tampan di hadapannya. Rasa malunya juga ikut hilang, karena terbawa suasana.

"Makasih Kak Varo," ujar Dora sambil menambah kata 'kak'. Varo yang mendengar kata tersebut diam-diam tersenyum tipis.

"Ayo masuk ke dalam," ajak Kevan.

Mereka bertujuh kemudian masuk ke dalam sebuah ruangan bernuansa hitam yang di dalamnya terdapat beberapa sofa santai dengan meja di tengahnya.

"Duduk dulu," suruh Hasbi.

Ketujuh orang yang berada di ruangan tersebut merasakan keheningan yang sama, setelah mereka duduk di sofa yang ada di ruangan tersebut. Sepertinya tidak ada yang ingin membuka pembicaraan.

"Tadi katanya ada yang mau diomongin ke gue?" tanya Dora membuka pembicaraan.

"Van, kunci pintunya." Bukannya menjawab pertanyaan Dora, Hasbi justru menyuruh Kevan untuk mengunci pintu.

Karena Dora hanya perempuan sendiri di satu ruangan, merasa ketakutan. Pikiran negatif mulai menghantui dirinya. Apakah mereka akan menyakitinya?

"Jangan jauh-jauh duduknya, kak," ucap Nakula.

ABOUT DORA [END]Where stories live. Discover now