Raya itu tipe setia menunggu. Jika Wino sudah mengatakan hal seperti itu, ia pasti akan menunggu Wino.

Ya, karena mereka ke mana-mana selalu bersama. Sudah seperti sepasang kekasih. Namun, perlu di garis bawahi, mereka hanya sahabat!

Raya dikejutkan dengan kehadiran seseorang di hadapannya, duduk dan menghadap ke arah Raya sambil menaikan kedua alisnya, seolah berusaha menggoda perempuan itu.

"Sendirian? Mana si pahlawan lo itu? Berhenti jadi pahlawan kesiangan lo? Atau mau jadi pahlawan kemalaman lo aja?" tanya laki-laki itu pada Raya sambil tersenyum maut.

Raya tahu laki-laki ini sedang membicarakan sahabatnya, Wino.

"YOAN!"

Yoan tersentak kaget saat suara Gisella melengking di telinganya.

Gisella, perempuan yang kini berwajah sangar itu mendekati Yoan sambil menghentak-hentakkan kakinya penuh kesal, mata sinisnya juga sempat menatap pada Raya.

"Ayo! Katanya mau ke kantin! Kenapa sok jadi playboy sih lo, males banget ah gue, udah sono lo jadian aja sama nih cewek!" rengek Gisella penuh kesal pada Yoan.

Bukannya berhenti, Yoan semakin tersenyum manis pada Raya. Sehingga Gisella yang tampak sudah naik darah langsung menarik kasar baju Yoan hingga cowok itu berdiri.

Alhasil, Yoan berdiri dan tak lupa ia menoel pipi Raya dan mengedipkan sebelah matanya sebelum pergi, bersamaan dengan tarikan tangan Gisella yang terus membawa laki-laki itu menuju pintu kelas.

"Awas ya lo sampai tertarik sama pacar gue!" ancam Gisella sambil menatap tajam pada mata Raya.

Raya menahan senyumnya, sebenarnya ia ingin tertawa. Namun, siapa yang tidak kenal dengan Gisella. Bahkan, perempuan itu lebih galak dari seorang Echa. Ya, di kelas ini, Gisella yang tampak paling berani di antara semua perempuan di sini.

Secara bersamaan, di saat Gisella dan Yoan keluar, Wino dan Ergi kini masuk ke dalam kelas.

Wino langsung mendekati Raya. Namun, wajahnya tampak tak tenang. Sepertinya Raya tahu apa yang akan Wino katakan padanya sekarang.

"Yoan gangguin lo lagi ya?" tebak Wino yang tampak menahan amarah.

Sudah Raya duga, Wino akan menanyakan hal itu.

Raya menggeleng, "Ayo ke kantin, laper nih, lama banget sih."

"Ergi noh, jalan kek siput."

Ergi yang mendengar ucapan Wino langsung berhenti meminum air mineralnya, menatap kesal pada temannya itu. "Udah sana lo ke kantin, bini lo dah kelaperan tuh."




~~~




Mengendap perlahan demi perlahan, sambil menjinjing sepasang sepatu futsalnya dengan keadaan baju dan celana futsal penuh lumpur.

Jika sampai ia menatap lantai rumahnya sekarang, maka ia akan mengurung dirinya di dalam kamar dan enggan bertemu si Bunda yang selalu bawel memarahinya.

Memangnya dia anak kecil apa? Setiap saat selalu di ingatkan ini dan itu. Tapi, Bundanya ada benarnya juga sih, kadang ia salah dalam melakukan ini dan itu.

Entahlah. Ia sebenarnya tidak suka di atur. Dan jawaban Bundanya selalu, "Kalau gak mau di atur, tinggal aja sendirian. Cari uang sendiri, biayain sekolah sendiri..."

Ribet.

Harusnya ia bersyukur terlahir di keluarga Sultan yang punya banyak cabang perusahaan dan bebas jika ingin membeli barang yang ia mau.

ARGARAYAWhere stories live. Discover now