Epilog

507 19 0
                                    

Kini, hubungan Adel dan Donald sangat baik. Walaupun Adel tersakiti, ia tetap membuka hati agar bisa memaafkan kesalahan masa lalu yang memilukan hati. Ia berjalan di tepi pantai, memainkan pasir menggunakan kakinya dengan lincah dan bahagia.


Tawa ini yang ia rindukan sejak dulu, bukan tawa palsu yang terlihat seakan-akan bahagia. Adel mengambil nafas dalam-dalam dan membuang nafas dengan pelan. Mulai merenggangkan tangannya dan Adel merasakan sepasang tangan yang melingkar di tubuhnya. Membuat hatinya tenang seperti di film 'Titanic'.

"Sekarang lupakan masa lalu mu dan bahagialah bersmaku, Adelia Citra Kirana," bisik seseorang yg sangat Adel cintai dan yakin tidak akan menyakitinya.

Seseorang yang mengenal Adel sejak ia masih seperti jamet, alay, dan membagongkan. Adel yang sekarang sudah glow up dari sebelumnya. Pria yang tidak macem-macem, dewasa, baik, jujur, tidak merokok, tidak suka melihat wanita menangis, bisa bermain alat musik, bisa masak, jago nyanyi, dan romantis. Paket komplit sekali.

Jason William Pranata, ia tengah di duduk di tepi pantai, memandang keindahan laut yang biru dan ombak yang terus bergemuruh. Angin yang sepoi-sepoi, membuat mereka nyaman untuk berlama-lama di sana. Jason, teman kecil Adel menyukai gadis ini tanpa diketahui Adel.

"Del, kamu tahu, gak siapa perempuan yang aku suka tapi gak mau mengungkapkan rasa padanya?" tanya Jason menatap Adel.

"Hm, lo bukannya suka sama Varra kelas sebelah waktu SMP?" tebak Adel pada Jason.

"Bukan! Gue sukanya sama lo, tapi gue takut lo nolak dan hubungan kita jadi renggang. Waktu lo jadian sama Donald, gue nyesek banget. Tapi, gue seneng kalo itu buat lo nyaman sama pria lain selain gue. Semenjak kejadian kemarin, gue jadi bertekad untuk memperjuangkan lo lagi dan berusaha jadi yang terbaik," jelas Jason membuat Adel terdiam.

Jason mengambil gitar dan mulai memainkan sebuah lagu kesukaannya dan untuk calon isterinya, Adel.

Jreng!

Melamarmu-Badai Romantic

Jadilah pasangan hidupku
Jadilah ibu dari anak-anakku
Membuka mata (membuka mata) dan tertidur di sampingku (di sampingku)
Aku tak main-main (main-main)
Seperti lelaki yang lain
Satu yang kutahu
Oh, satu yang kumau
Kuingin melamarmu....

Adel menunduk berusaha menyembunyikan pipinya yang memerah. Tersenyum tipis lalu memandang Jason teduh.

●●●

Disinilah Adel berada, di sebuah cafe kekinian yang tengah marak dijadikan sebagai tempat tongkrongan atau sekedar tempat menghabiskan waktu para anak remaja.

Segelas Hot Pink Macchiato Tall di hadapannya telah mendingin, namun hingga sekarang tak ada tanda-tanda seseorang yang Adel tunggu menampakkan batang hidungnya.

Menghembuskan napas kasar dan sesekali bergerak gelisah.

Ting

Lonceng yang digangungkan di atas pintu cafe seketika berbunyi, membuat sang gadis yang sedari tadi menunggu menolehkan kepalanya ke arah pintu.

"Hah ... h-haah ... haahhh...." Sorry Del, gue telat tadi macet banget." Sambil menetralkan napasnya yang memburu gadis itu berucap.

_"It's okey Jes,"_ jawab Adel.

Yaps, orang yang berjanji ingin bertemu dengan Adel semalam adalah Jessy. Adel tidak tahu apa motif Jessy mengajaknya bertemu saat ini. Adel berharap untuk apapun itu semoga kabar yang baik.

Lama hening sampai akhirnya Jessy bersuara.

"D-del ... mungkin gue kesannya gak tau diri banget, ya? Minta ketemu ama lo, setelah semua hal yang gue perbuat ... g-ue tau, kalo selama ini perbuatan gue selalu jahat ke lo, lebih pentingin perasaan gue daripada ngeliat lo bahagia sama Donald." Jessy menghirup napas sejenak lalu melanjutkan. "Gue tau ini terlambat tapi, sebelum nanti gue gak bisa sama sekali buat minta maaf sama lo ... lebih baik gue manfaatin waktu gue sebaik mungkin ... Del, lo mau maafin gue?" Jessy menunduk.

Adel tersenyum tipis. "Sebelum lo minta maaf, gue udah maafin lo Jes. Yaps, meskipun memang di awal rasanya sakit, tapi kalo udah nyangkut soal perasaan kita ga bisa berkutik lagi." Adel menatap Jessy lalu memalingkan penglihatan setelahnya. "Kita gak bisa atur yang namanya perasaan, yang namanya cinta kadang suka membutakan memang." Adel tersenyum lalu melanjutkan. "Satu hal yang gue pinta, tolong bedain mana cinta dan yang mana obsesi."

Tak disangka bahwa itu adalah pertemuan terakhir Adel dengan Jessy. Tidak ada karma di dunia ini, adanya balasan dari sang Maha Kuasa. Mencintai manusia sewajarnya, jangan sampai rasa cinta kepada manusia melebihi rasa cintamu kepada Pencipta.

Waktu tak bisa ditebak, sama seperti perasaan yang mungkin saja ada orang membenci kita namun masih bersikap baik. Ingatlah, hidup itu tabur dan tuai. Apa yang kita tabur itulah yang kita tuai. Apa yang kita ucapkan, akan berbalik ke kita dan apa yang kita lakukan itu semua akan kembali ke kita juga.

Ingat, jika dia memang jodohmu, pasti akan bertemu dan jangan terlalu terburu-buru. Kejarlah dahulu cita-citamu jika sudah waktunya pasti semua akan indah sesuai dengan rencana Tuhan.

THE END

SAMPAI BERTEMU DI CERITA BERIKUTNYA, JANGAN LUPA DUKUNG AKU YANG SERING INSECURE DAN TIDAK PERCAYA DIRI INI, YA!

SEMANGAT SEMUANYA! THANK YOU UDAH MAU BACA KARYA AKU❤

Du har nått slutet av publicerade delar.

⏰ Senast uppdaterad: Feb 21 ⏰

Lägg till den här berättelsen i ditt bibliotek för att få aviseringar om nya delar!

HELLEVATOR (END)Där berättelser lever. Upptäck nu