22 ||

126 9 0
                                    

Mengandung mawang nih!
Eh bawang maksudnya😂

Jangan nangis, yaa:(
Cekidot!!

Adel dan Donald menyusuri jalan ke arah rumah Adel. Ia tak menyangka saat ini rumahnya begitu ramai orang dan terlihat beberapa bendera kuning terpajang di tiang listrik. Sepersekian detik, Adel terperenjat. Nafasnya mulai sesak, jantungnya mencelos, dan matanya mulai berkaca-kaca. Walaupun begitu, tetap optimis kalau itu adalah tetangganya. Adel dan Donald melewati kerumunan. Adel heran apa yang telah terjadi di rumahnya. Ia menerobos kerumunan dan masuk ke dalam rumah. Sesampainya di depan pintu rumah, terlihat Esther sedang menangisi jenazah yang ditutupi oleh kain putih serta tangisan histeris yang membuat suasana pecah.

Adel menghampiri Esther lalu duduk dengan pasrah. Kakinya begitu lemas melihat jenazah yang ada di depan matanya. Ia mencoba melihat sekitar dan menyadari bahwa keberadaan Andre tidak ada di rumah.

"Ma, Papa kemana? Ini siapa yang meninggal?" tanyanya dengan suasana hati yang bingung.

"Papa sudah tidak ada, Nak," isak Esther menjelaskan.

"Mama kalo bercanda jangan kelewatan!" decak Adel tidak percaya.

"Del, jangan gitu," bisik Donald menenangkan Adel.

Adel membuka penutup kain jenazah dengan lemas dan pasrah. Adel tidak percaya bahwa perkataan Esther benar. Ia langsung menangis histeris bahkan menjerit sambil memeluk jasad Papanya yang sudah tak bernyawa lagi. Dengan wajah yang pucat, Adel menangisi kepergian sang Papa, cinta pertamanya kepada pangkuan Ilahi.

"PAPAA!! KENAPA PAPA PERGI BEGITU CEPAT? BARU KEMARIN PAPA BICARA SAMA ADEL, PAPA SUDAH JANJI AKAN MENJAGA DAN MELINDUNGI ADEL! PAPA BOHONG!" Tangis Adel pecah saat melihat Andre meninggal sambil sedikit tersenyum.

Kenangan terakhir bersama sang Papa saat mengobrol dan bercanda ria di dalam kamar Andre. Siapa sangka, kematian bisa datang kapan saja dan siapa saja. Tergantung Tuhan, sang pencipta dunia.

"Del, ikhlaskan Papa, ya. Biar Papa tenang di sana," hibur Esther dengan nada yang pasrah.

"Ga, Ma! Aku yang gak akan tenang kalo Papa bisa tenang di sana! YA, TUHAN! TOLONG KEMBALIKAN PAPA!" jerit Adel tanpa sadar buliran bening mulai menetes dari sudut matanya tanpa henti.

"Sudah, Nak. Ikhlaskan Papa, ya! Percaya sama, Mama kalau Papa akan menjaga kamu dari surga." Esther memeluk Adel kemudian jenazah Andre diangkat untuk menuju pemakaman.

Dengan berat hati, Adel bersama semua orang yang ada di rumahnya mengantarkan jenazah Andre ke peristirahatannya yang terakhir. Air mata Adel tak berhenti mengalir, karena baru saja seminggu yang lalu ia mengobrol bersama Papanya. Ternyata itu adalah pembicaraan untuk terakhir kalinya.

Bagaimana tidak, kehilangan cinta pertama adalah hal terpahit yang Adel rasakan. Meninggalkan seribu luka bak dihujam anak panah di dadanya.

"Pa, sampai bertemu di surga, terima kasih telah merawat Adel. Adel sayang Papa," isak Adel sambil memeluk nisan bertuliskan Andre Budiman bin Setiawan.

"Del! Bangun Del!" ujar Donald saat melihat Adel tidak sadarkan diri di samping nisan papanya

"Adel!" histeris Esther melihat anaknya begitu terpukul dan lelah untuk menerima kenyataan.

HELLEVATOR (END)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz