29

172 10 0
                                    

Esther kemudian tersenyum. Senyum hangat yang biasa ia berikan kepada anak perempuannya. "Bagaimana Mama tidak sedih ketika anak perempuan Mama satu-satunya akan menikah? Kamu putri Mama, Nak. Putri Mama yang akan tetap menjadi anak kecil di mata Mama dan alm papa."

Mendengus kesal. Adel mencium pipi Mamanya dengan lembut. "Adel sudah besar, Ma! Sebentar lagi akan menjadi istri orang."

"Iya, putri Mama sudah besar. Sudah ingin menjadi istri. Pesan mamah cuman satu, hargai dan hormati suami ya, walaupun dia memperlakukanmu dengan buruk."

Mata Adel seketika berkaca-kaca. Ia tak tahan untuk tak menangis saat ini. Di peluk tubuh Mamanya yang sudah mulai menua.

"Ma, Adel gak bisa janji bakal jadi istri terbaik. Tapi sebisa mungkin Adel akan menghargai dan menghormati suami Adel."

Esther mengusap punggung anaknya dengan lembut. "Terima kasih, Nak sudah menjadi anak yang baik dan penurut," ujar mamah Adel terharu.

Adel menangis. Semakin mengeratkan pelukannya pada sang mamah. "Mama gak seharusnya berterima kasih. Adel yang harusnya berterima kasih. Terimakasih karena sudah merawat dan mendidik anak nakal seperti Adel. Adel sayang Mama!"

"Mama juga sayang Adel." Esther melepas pelukannya. Mengusap air mata yang berjatuhan mengenai pipi sang anak. "Udah, gak usah nangis! Nanti make up nya luntur."

"Ih, Mama!" Esther tertawa, sekali lagi beliau memeluk anaknya dengan erat sampai MUA menegur mereka untuk memperbaiki riasan Adel.

MUA dengan lihai membenahi riasan milik Adel. Sedangkan Mama Adel, menatap ke arah mereka dengan senyum getir dan sesekali menghapus air mata yang berusaha keluar.

Tiba-tiba suara MC terdengar. Menandakan mempelai wanita untuk keluar dari ruangan.

Telat saat itu, benahan riasan Adel telah sempurna dan bertepatan juga kakaknya yang membuka pintu untuk menjemput dirinya.

Adel tersenyum, berdiri dan hendak melangkah ke arah kakaknya berada. Namun naas dirinya tak sengaja menyenggol salah satu make up hingga terjatuh dan pecah.

Adel dan lainnya terensetak hebat. Bahkan sang MUA nampak shock karena salah satu make up nya terjatuh hingga pecah.

Raut wajah Adel yang semula nampak bahagia berganti dengan raut wajah yang khawatir sekaligus takut. Takut jika MUA nya akan marah apda dirinya dan khawatir jika ia tidak segera keluar acara akan berantakan.

Entah suatu pertanda apakah yang akan terjadi nanti sepanjang acara. Apakah akan berjalan dengan lancar atau malah sebaliknya. Untungnya, sang MUA baik hati dan dapat mengambil alih masalah yang terjadi. Menghela nafas lega, Adel kembali melanjutkan jalannya untuk menghampiri sang kakak yang tengah menunggu di depan pintu.

Albert menyodorkan tangannya yang di balas dengan bahagia oleh Adel.

Di belakang Mama Adel tersenyum. Entah senyum apa yang ia terbitkan. Tapi perasaannya menjadi tak enak setelah insiden salah satu make up tadi sempat terjatuh.

Mengenyahkan semua pikiran negatif, Esther melangkahkan kakinya menyusul kakak dan anaknya yang sudah mendahuluinya dari tadi.

Ketika sudah di depan altar. Kakak Adel memberikan adiknya kepada Donald untuk menggantikan dirinya.

Tersenyum, Donald dengan senang hati menerimanya. Pria itu sempat tertegun karena melihat kecantikan yang terpancar dari wajah Adel yang dibaluti make up yang indah.

Sedangkan mempelai pria mengenakan kemeja putih dengan jas berwarna navy yang membuat Donald semakin keren dan memukau. Bagi Adel, ketampanan yang dimiliki Donald tidaklah berarti, hanya bonus. Karena, cinta sesungguhnya ketika dua belah insan menyatakan siap untuk bersama dan menerima pasangan apa adanya.

HELLEVATOR (END)Where stories live. Discover now