1 ||

751 49 5
                                    

Adelia Citra Kirana, wanita bertubuh tinggi, rambut pirang yang terurai sebahu, dengan memakai jam tangan berwarna pink membuat pesona kecantikannya semakin terlihat jelas. Ia merupakan siswi baru di sekolah Cakra Buana. Adel memiliki seorang Abang yang begitu perhatian dan bertanggung jawab, ya dia adalah Albert Cendekiawan.

Albert Cendekiawan, abang Adel yang sangat perhatian, cerdik, posesif namun sangat sayang kepada adik kecilnya, dan begitu bertanggung jawab.

Orang tua Adel duduk di ruang tamu siap mendengarkan cerita dari Adel. Mereka begitu khawatir melihat wajah Albert sudah babak belur.

"Del, apa yang terjadi?" tanya Andre pada Adel yang tengah mengobati Albert.

"Tadi kita keluar mau beli makanan, Pa. Terus pas mau pulang motor Abang mogok di jalan. Akhirnya kita jalan kaki sambil dorong motor gede yang berat itu. Eh pas di jalan ketemu geng motor berandalan," celoteh Adel menjelaskan pada orang tuanya.

"Nah 'kan sudah Mama bilang jangan dekat-dekat sama anak geng motor," nasihat Ester pada anak-anaknya.

"Lah, mereka yang deketin Ma bukan Adel," sanggah Adel lagi.

"Tapi kamu gak apa-apa Del?" tanya Andre pada Adel.

"Digodain sama diledekin doang Pa, ini Abang yang parah sampai babak belur kaya gini," jelas Adel sambil menatap mata Albert.

"Ulululu, Abang gak akan biarin ada orang yang mau godain adik kecil Abang," tegas Albert sambil mencium kening Adel.

"Aduh, gini dong, anak-anak Papa dan Mama saling menjaga.

"Ya udah setelah ini kalian istirahat saja, ya," pesan Ester pada Albert dan Adel.

"Iya, Ma."

Adel kembali ke kamarnya dan makan jajanan yang tadi ia beli bersama Albert. Setelah makan, Adel langsung gosok gigi dan beranjak tidur.

"Del, bangun Del!" Albert mengguncangkan tubuh Adel dengan sedikit kasar.

Adel menggeliat lalu kembali memeluk bantal nya yang lembut. "Hoaaamm! Apaa sih Bang?"

"Bangun Del! Udah jam 6.30 nih, ntar lo kesiangan Maemunah!" cicit Albert pada adik kecilnya yang sedari tadi senyum-senyum gak jelas.

"Ha?! Demi apa?! Lo kenapa ga bilang dari tadi?" Adel dengan buru-buru menuju ke kamar mandi.

"Tidur mulu sih lo!" celetuk Albert berteriak.

15 menit kemudian, Adel selesai dan langsung menggunakan seragam sekolah barunya. Ia memakai kemeja putih dengan rompi berwarna biru dongker dan rok bercorak warna putih dan biru dongker.

Adel begitu bersemangat ke sekolah. Namun, Adel tidak suka beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Adel segera menguncir rambutnya dan memakai sepatu hitam.

"Del, sarapan dulu!" teriak Ester dari lantai bawah.

"Iya, Ma!" sahut Adel dengan bergegas turun ke bawah.

Setelah selesai sarapan, Adel langsung berangkat ke sekolah Cakra Buana diantar oleh Abang tercinta. Melewati jalanan yang berbatu-batu, menikmati angin yang menerpa bahkan membuat rambut Adel berantakan.

Adel akhirnya sampai di sebuah sekolah dengan gedung yang elegan, tinggi, dan bagus. Ia melihat siswa dan siswi yang menggunakan ponsel merk ternama, mengendarai motor dan mobil ternama juga.

Walaupun Adel juga termasuk orang yang berkecukupan, Adel tetap sederhana seperti hang diajarkan kedua orang tuanya, Andre dan Ester.

"Dah, sana lo masuk gih. Sekolah yang bener, ye. Jangan buat masalah, inget lo," pesan Alebert lalu mencium kening Adel.

HELLEVATOR (END)Where stories live. Discover now