BAB 33 : MARVIN KHAWATIR

Mulai dari awal
                                    

"Hei, apa kau yakin masih ingin melanjutkan nya?" Bisik Mark disela mereka berjabat tangan.

"Tidak, ini bukan, bukan apa-apa? Hanya mungkin pening sedikit." Bisik Aileen balik menjawab. Setelah nya mereka berbalik, melangkah saling menjauh.

"Tiga!"

Dapat Aileen dengar seberapa ricuh di luar penghalang. Dapat Aileen lihat Marvin menatap nya penuh kekhawatir. Napas Aileen semakin memburu. Detak jantung nya semakin tidak karuan. Aileen meremas dada nya. Mencoba menahan rasa sakit yang tiba-tiba menyerang. Apa yang Emely berikan barusan di bunga tulip itu?

Gadis bergelar Rosebell itu tersenyum senang di antara bangku penonton. Menyatu tanpa ada seorang pun tau apa yang baru saja di senyumkan.

"Nah, Aileen, apa kau bisa menahan sihir kegelapan itu?"

Emely memang menaruh mantar sihir di bunga tulip itu, tapi yang sebenarnya adalah sihir itu sudah terpasang sebelum Emely memberikan bunga itu.

"Dua!"

Ricuh para penonton semakin menjadi. Sekaligus Marvin juga semakin khawatir.

Ely, gantian tempat ku sebentar.

Tanpa perlu mengatakan nya lagi. Elios segera mengambil alih tubuh Aileen. Sementara gadis itu di lain sisi tubuh nya. Dia berusaha bertahan menyembuh kan rasa sakit yang tidak tertahan kan ini.

Aileen yang awal nya tertunduk dengan wajah suram seketika mengangkat kepala nya dan sorot mata kuning keemasan yang berkilau sebentar berhasil menyita perhatian Mark. Itu membuat nya merasa lebih baik, tapi dia tidak akan menahan tes terakhir ini. Dia akan bersungguh sungguh menyerang Aileen.

"Satu!"

Mark yang sudah ancang-ancang mengambil kuda-kuda dengan pedang yang sudah dia ada di pinggang nya. Elios yang tidak ingin bermain lebih lama langsung bergerak cepat. Gerakan nya yang tidak dapat di lihat oleh mata segera tepat berada di belakang Mark.

TUK!

Satu pukulan mendarat di tengkuk lelaki itu. Tapi yang sebenarnya Elios sudah memukul beberapa titik aliran mana Mark yang membuat lelaki itu hanya bisa diam membeku. Aliran mana yang Elios hentikan tidak membahayakan Mark. Dia hanya membuat bocah itu diam tidak bisa menggerakkan tubuh nya.

Semua orang tercengan. Begitu juga Emely yang kesal melihat Aileen masih baik-baik saja. Apa mungkin racun nya masih belum bekerja?

Netra kuning keemasan itu menatap kursi para dewan academy. Menatap tajam ke arah maniak sihir itu yang seakan memanggil nya. Marvin yang tau dan merasa ada hal yang tidak beres segera pamit keluar.

"Maaf atas ketidak sopanan ini. Saya undur diri dulu." Bungkuk Marin sopan dan melewati para dewan academy.

Pria tua itu berlari menuju ruang tunggu para peserta.

BRAK!

Membuka pintu dengan kasar yang membuatnya menjadi pusat perhatian. Melihat Aileen atau Elios yang lebih tepat duduk di kursi. Duduk dengan tegap menunggu Marvin.

Elios segera membawa Aileen yang dalam kendali nya pergi mengikuti Marvin yang membawa nya ke ruangan kosong tidak ada peserta lain.

Kini mereka hanya berdua. Marvin resah dan melihat tubuh Aileen.

"Apa Aileen baik-baik saja? Kenapa kau yang malah mengambil alih tubuh nya?" Cerca Marvin yang sangat khawatir tentu nya.

Pria yang nampak masih awet muda dengan surai putih panjang yang dia ikat asal dengan eyepatch yang masih sama seperti saat pertama kali mereka bertemu.

"Seseorang mencoba membunuh nya? Gadis bodoh itu mencoba meracuni kami karena bunga tulip adalah kelemahan kucing, tapi itu tidak berefek kepada ku dan Lunar. Itu malah menyerang aliran mana di tubuh Aileen."

Mendengar penjelasan Elios dengan netra kuning keemasan nya yang masih sama.

"Siapa? Siapa yang mencoba membunuh putri kaisar Arion, keturunan penyihir agung pertama Aldrich?" Tanya Marvin yang tentu saja geram.

Elios hanya diam. Naga itu menolak menjawab dan itu malah membuat pria itu semakin geram. Marvin mencoba mengendalikan emosi nya. Mengatur pernapasan. "Lalu, bagaimana keadaan Aileen sekarang?"

"Aku masih bisa melakukan nya sampai babak final, tapi bukan kah itu malah membuat Aileen seperti boneka kami."

Itu benar. Aileen membenci nya, dan Aileen juga berencana sudah jika hanya menggunakan kekuatan pinjaman jika hanya keadaan mendesak dan sekarang adalah keadaan mendesak nya.

Marvin tidak begitu pandai menggunakan sihir penyembuhan. Ini semakin membuat nya resah.

Netra kuning keemasan itu perlahan lenyap berganti netra amethyst, warna sejati Aileen.

"Hah! Hah! Hah! Aku baik-baik saja." Ucap Aileen yang sedikit terbata bata karena jantung nya yang berpacu lebih cepat dengan napas memburu di awal.

"Aileen!" Pekik Marvin yang terkejut Aileen yang sekarang berada di depan nya. Marvin beranjak pergi, mencoba menghentikan pertandingan hari ini. Mengingat jika nanti malam adalah debut nya.

Aileen meringis disela detak jantung nya yang semakin sakit. Aliran mana sihir nya yang terasa mengalir lebih deras dari biasa nya.

Aileen meraih jubah Marvin. Marvin menoleh dan mencoba melepas cengkraman Aileen dari jubah nya. Tapi Aileen menolak.

"T-tidak, ini tidak ada apa-apa nya. Aku, aku masih bisa bertahan. Pertandingan masih belum selesai."

Marvin kembali duduk. Mengusap kedua tangan Aileen. "Aileen, kau tidak bisa melanjutkan nya. Ini sudah berakhir." Tutur Marvin yang tidak ingin sesuatu lebih buruk terjadi kepada Aileen.

"Lalu, mengulangi sekali lagi? Aku rasa tidak." Sanggah Aileen tidak terima. Itu tidak mungkin terjadi. Penantian nya selama setahun ini terbuang percuma. Semua jerih payah, latihan, dan juga Emely yang tersenyum penuh kemenangan. Aileen tak akan membiarkan nya.

"Aku orang yang akan menyandang gelar Aldrich. Keturunan dari penyihir agung Aldrich. Aku tidak mungkin kalah hanya karena hal semacam ini." Gigih Aileen yang membuat Marvin semakin tidak tega.

DEG! DEG!

Seketika Aileen membusungkan dada. Mendongak karena jantung nya terasa akan meledak kapan saja.

Tanpa pikir panjang Aileen segera melakukan akupunktur pada diri nya sendiri. Menekan di setiap jaringan mana yang membuat nya merasa lebih baik untuk beberapa waktu ke depan nya.

Marvin yang melihat tingkah ceroboh Aileen malah semakin marah.

"Kau? Apa yang kau lakukan?! Itu malah semakin menambah rasa sakit mu dua kali lipat nanti!" Mencengkram kuat kedua bahu Aileen. Menatap gadis di depan nya yang menahan rasa sakit tadi perlahan membaik.

"Aku tidak peduli. Aku tidak akan kalah dari gadis bodoh itu." Tutur Aileen dengan keringat dingin yang mengalir dari dahi nya.

Itu benar. Aileen melakukan akupunktur yang malah nanti nya akan menambah rasa sakit dua kali lipat nanti. Setelah beberapa waktu kedepan memang dia tidak akan merasa sakit.

"Profesor." Panggil Aileen lembut. Menatap pria yang mengkhawatirkan nya setengah mati.

Marvin balik menatap Aileen. Gadis di depan nya ini adalah masa depan kekaisaran. Kunci penentu di masa depan yang akan merubah semua nya.

"Aku baik-baik saja sekarang. Anda tidak perlu khawatir. Setelah jam makan siang bukan kah pertandingan ini berakhir. Setelah itu, tolong antar aku ke asrama. Aku hanya perlu tidur sejenak itu saja." Tutur Aileen mencoba meyakinkan Marvin.

"Kau sudah ku anggap cucu ku sendiri Aileen. Aku tidak bisa membiarkan mu pergi begitu saja. Kalau kaisar tau kau--"

"Ayah tidak akan tau!" Potong Aileen cepat dan menatap Marvin.

"Dia tidak akan tau. Aku jamin itu."
.
.
.
eh! eh! rencana Emely kok berhasil ya 👀 kasihan Aileen 😿 kesakitan 🙀

ada kata-kata untuk EMELY?!! 👺

DARAH KAISAR I & II [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang