"Dih ngambek."

Kevan menyenggol-nyenggol lengan Dora yang tengah serius menempelkan plester luka bermotif hello kitty di rahang Diego. Dora terus mengomel-omeli Kevan, tapi Kevan tetap teguh untuk mengganggu.

"Bangke diem dulu napa!" teriak Dora.

"Dora mah gak peka." Kevan mengalungkan lengannya di lengan kecil Dora. Ia mendusel-dusel kepalanya seperti anak kecil yang tengah merajuk.

Bugh

Diego menendang Kevan hingga terjungkal ke belakang. Kevan meringis tatkala punggungnya membentur kursi taman. Hasbi, Gara, dan Nakula melihat itu, tertawa terbahak-bahak.

"Mampos lo van, salah siapa nempeli degem gue yang pawangnya serem-serem," ejek Hasbi.

Dora menatap iba ke arah Kevan yang mengusap-usap punggungnya. Ia menggelengkan kepalanya sembari terkekeh.

Bukannya membantu, Dora justru berucap, "makanya bang, kalo jadi cowok jangan kaya crocodile. Kena karma kan?"

Pecah sudah pertahanan mereka. Hasbi, Gara, dan Nakula tertawa lagi disusul oleh Nebula dan Capella walau tawanya tidak terlalu berlebih-lebihan. Varo dan Diego hanya tersenyum kecil.

"Amboi, neng Capella tawanya manis banget." Setelah terjatuh masih sempat-sempatnya Kevan menggoda, dasar Kevan.

"Dora." Dora yang merasa dipanggil menengok. Rupanya Nebula.

"Iya apa?"

"Gue kira mereka serem-serem, jutek. Taunya seru ya," ujar Nebula lirih supaya tidak ada yang mendengar.

"Sama, gue awalnya ngira gitu," ucap Dora tak kalah lirih.

"Kok lo bisa kenal mereka gimana?" Tanya Nebula, ingat masih lirih.

"Gatau, kalo bukan karena bokap gue," balas Dora berbisik-bisik.

Nyatanya Dora dan Nebula tidak ingat tempat, bahwa di depannya ada Varo dan Diego yang tengah menatap keduanya intens.

"Udah ghibahnya?" Tanya Varo datar.

Dora dan Nabula sontak mendongak ke samping. Rupanya di depannya ada dua cowok yang menatap nya. Seketika tubuh keduanya membeku, melihat tatapan mata kedua cowok itu yang menghipnotis.

"Lho kak Dora ghibah? Kok kagak ngajak-ngajak sih," ujar Nakula.

"To the point aja, Dora lo jelasin mereka siapa lo?" ucap Capella tiba-tiba, membuat mereka memusatkan perhatian padanya.

"Jelasin apa?" Tanya Gara.

"Cepetan," balas Capella datar.

Dora yang paham, menghembuskan napasnya dalam-dalam. Matanya menatap ke arah enam laki-laki yang ternyata tengah menatapnya juga. Mereka seakan-akan berbicara lewat tatapan.

"Mereka suruhannya bokap gue," ujar Dora.

"Maksud lo bodyguard?" Tanya Nebula penasaran.

"Semacam itulah," balas Dora.

"Lebih tepatnya pengawal kek di kerajaan-kerajaan itu lho kak," sahut Nakula.

"Kerajaan Majapahit, cocok tuh," timpal Hasbi.

"Diem." Ucapan Diego membuat mereka diam seketika. Tak ada yang berani membuka pembicaraan.

"Mending kenalan satu-satu," usul Varo disetujui mereka semua.

Saat ini mereka duduk melingkar di rumput taman tanpa alas apapun. Di kelilingi pepohonan rimbun, serta lampu taman. Karena hari memang hampir menjelang malam. Taman perpustakaan saat ini juga sedang sepi, jadi tak banyak orang yang berlalu-lalang.

Mereka tidak duduk di kursi taman. Karena jarak antar kursi tidak begitu dekat. Tidak mungkin kan kenalan dengan jarak satu meter lebih? Kecuali kalau ada corona, tapi ini dunia fiksi mana ada corona-corona.

"Kevan." Laki-laki yang hidupnya penuh dengan candaan. Punya banyak sekali gebetan, tapi tidak pernah pacaran.

"Hasbi." Laki-laki sholeh yang kadang khilaf. Tak banyak yang mengetahui, bahwa Hasbi memiliki darah campuran Jepang-Indonesia.

"Gara." Laki-laki paling dewasa, bukan umurnya melainkan sifatnya. Rambutnya agak panjang bergelombang, yang terkadang ia kuncir.

"Nakula." Laki-laki berumur 15 tahun. Memiliki senyum yang manis, membuatnya sering menjadi incaran para kaum hawa.

"Varo." Laki-laki badboy yang sering berubah-ubah sifat tergantung dengan keadaan. Tak pernah lepas dari yang namanya rokok.

"Diego." Laki-laki dingin, berparas hampir sempurna. Tak suka dengan yang namanya wanita, kecuali mamahnya. Ia kemana-mana kerap menggunakan hoddie berwarna hitam.

"Dora." Perempuan polos namun tidak menye-menye. Banyak orang yang suka dengan senyumannya. Baik orang tua ataupun anak kecil.

"Nebula." Perempuan ceria yang sangat cerewet. Bucin tingkat dewa sama idol kpop. Bahkan ia pernah berpikir akan menikahi mereka.

"Capella." Perempuan introvert yang tak suka banyak bicara. Karena menurutnya hanya membuang-buang waktu.

-o0o-

Setelah acara perkenalan dan sedikit penjelasan, kini Dora tengah duduk di motor Diego sembari menikmati semilir angin malam yang menerpanya. Dora tersenyum lebar sambil bersenandung kecil.

Hasbi mengantarkan Nebula, sementara Kevan mengantarkan Capella. Sangat sulit membujuk kedua gadis itu untuk diantarkan. Kecuali jika dibujuk langsung oleh Dora dengan alasan takut ada om-om jail.

"Dingin banget udara malam," gumam Dora lirih, merapatkan jaket yang melekat di tubuhnya.

"Tangan lo?" Tanya Diego dari balik helm full face yang ia kenakan.

"Ha?"

Tanpa pikir panjang, Diego menarik tangan Dora menggunakan tangan kirinya ke dalam saku hoddie yang ia kenakan. Sementara tangan kanannya untuk menyetir motor.

"Siniin tangan satunya." Dora menurut, meletakkan kedua tangannya di saku hoddie milik Diego.

Dora menempelkan kepalanya di punggung kokoh milik Diego. Merasakan kehangatan dibalik dinginnya udara malam. Tanpa disadari, Diego tersenyum tipis.

"I really admire you."

To be continued...

-o0o-

Maaf ya harusnya update tadi malem, tapi semalem malah ketiduran, efek habis lihat nilai yang kagak memuaskan kali ya?

Jangan pernah bosan ya, kalo ceritanya kurang nge-feel. Koreksi kalo misal ada typo, cmiw

Ayo ramaikan hastag
#nistakankevan

Spam next disini-!!

JANGAN LUPA VOTE+COMMENT+SHARE
SEE YOU NEXT CHAPTER>

ABOUT DORA [END]Where stories live. Discover now