Sebuah senyuman terukir jelas dengan mata yang sedikit menciut, dengan kecepatan di atas rata-rata Tian mempercepat laju motor nya dengan pandangan lurus ke depan.

Bahkan karena begitu banyak kesempatan untuknya memenangkan balap malam ini tak terasa setetes air mata terjatuh tanpa dapat ia cegah, semilir angin menerpa tubuh tegap Tian dan seketika senyumanya kembali terbit seakan semua beban pikiran luka dan perih nya tertinggal jauh di belakang sana.

Tian menurunkan gas dan menekan rem setelah ia berhasil melewati garis finish , sorak-sorai para penggemar seakan menggenggama di seluruh atmosfer bumi.

Dan ada juga beberapa di antara mereka yang mendesah kecewa entah karena jagoan nya kalah atau uang mereka harus ludes karena kalah taruhan yang telah mereka sepakati sebelumnya.

Tian membuka helm nya dan langsung di sambut dengan baik oleh para kawan-kawannya mereka langsung ber Highfive merayakan kemenangan malam ini.

"Jagoan kita ini memang tiada lawan" Teriak Tao heboh sembari merangkul tubuh Tian

"Jadi pantas saja jika gengs NightStar di pimpin oleh lo yan" Sambung Rega sembari tersenyum bahagia menatap ketuanya menang malam ini.

"mao di rayain di club mana?" Sambung Rega dengan satu alis terangkat pertanda bertanya.

"Cafe aja deh" Ucap Tian santai sembari melirik sosok kris yang sendari tadi berdiri berdampingan dengan dewa

"What! Cafe? Lo masih sehat kan?" Tanya Rega sembari mengangkat tangannya dan menjatuhkannya tepat di jitat Tian membuat sang empu memutar bola matanya malas

"Lagian mata kalian masih normal kan?" Tanaya Tian sembari mengangkat tangan rega ke udara dan langsung melepaskan nya secara perlahan.

"ya masih lah" Sembur Tao sembari mengucak matanya malas.

"Ada adek gue," Ucap Tian sembari menarik tangan kris.

"Sorry yan kita lupa kalo ada pawang lo di sini" Ucap Tao cengegesan.

Gelak tawa Tian kembali terlepas mendengar penuturan Tao barusan sudut tanganya secara sengaja menyentuh perut Tao dengan senyuman terpaksanya Tao ikut tersenyum karena kesakitan karena perbuatan Tian beberapa detik yang lalu.

"Bangke kalo aja lo bukan temen gue, udah gue bunuh kali lo" Batin tao.

Seorang pria yang terlihat lebih tua dari kelima pemuda tersebut memberikan instruksi kepada mereka, amplop coklat yang ia bawa langsung ia serahkan kepada Tian dan Tian langsung menerima amplop tersebut dengan senyuman yang masih mengembang indah di wajah tampannya.

"Gaya lo keren boy" Ucap Trisno sembari menepuk pelan bahu Tian
"Sering-sering ke sini ya biar rame" Sambungnya.

"Anak-anak juga pada bilang kalo kagak ada lo kagak seru" Lanjut Trisno sembari tersenyum.

"Bisa aja lah bang, lo terlalu berlebihan tau gak bang" Sahut Tian lengkap dengan kekehanya.

"Kalo gitu gue kesana dulu ya" Pamit Trisno sembari pergi menjauh meninggalkan kelima pemuda tersebut.

Tangan Tian terangkat dan langsung menyaut tangan kris sebuah senyuman terukir indah di wajah Tian lesung yang tercetak jelas di pipi kirinya membuat siapa saja akan terbuai akan ketampanannya.

Mistakes In The Past Where stories live. Discover now