Arka mengangguk-angguk. "Gini aja, Dek. Kalau kamu cinta sama Antaris, perjuangin dia. Tapi, kalau suatu hari nanti Antaris tahu, Abang yang bakal ngejelasinnya langsung ke dia."

Bella tersenyum, kemudian langsung memeluk Arka. "Makasih, Bang."

Arka membalas pelukan Bella sambil tersenyum. "Ya udah, sana katanya mau jalan sama Antaris."

"Antarisnya juga belum jemput Bella, Bang," ujar Bella sambil cemberut.

Arka terkekeh pelan. "Tungguin aja sana di depan siapa tahu Antaris lagi di jalan, 'kan?"

"Ya udah, Bella ke depan dulu, ya," ucap Bella. Arka mengangguk. Bella mulai melangkah keluar dari rumahnya.

Satu detik kemudian, Antaris datang dengan motor sport hitamnya. Antaris melihat ke arah Bella, kemudian ia tersenyum di balik helm full face-nya.

Antaris mulai menyuruh Bella untuk menaiki motornya. Setelahnya, ia melajukan motornya ke arah danau. Iya, Antaris akan membawa Bella ke danau.

Setelah sampai di tepi danau, Antaris dan Bella mulai turun dari motor. Bella melihat sekelilingnya dengan mata yang berbinar-binar.

"Wah ... pemandangannya bagus banget, Ris. Eh, ada ayunan." Bella berlari kecil ke arah ayunan yang tersedia di sana.

Antaris hanya tersenyum melihat kelakuan Bella. Ia mulai mendekat ke arah Bella, kemudian ia duduk di samping Bella.

Antaris menoleh ke arah Bella. "Lo suka, Bel?"

Bella menoleh kemudian mengangguk cepat. "Suka bangettt."

Antaris tersenyum, lagi. "Syukurlah, kalau lo suka."

Bella tak menjawab. Ia sibuk melihat pemandangan yang bisa menyejukkan mata.

"Bel," panggil Antaris tanpa melihat ke arah Bella.

Bella menoleh. "Iya, Ris? Kenapa?"

"Lo tahu, 'kan kalau sikap gue suka dingin ke cewek?"

Bella mengangguk. "Iya, gue tahu. Tapi ... gue heran deh, Ris."

Antaris menoleh. "Heran kenapa Bel?"

"Katanya, sikap lo itu dingin 'kan kalau ke cewek? Tapi ... kenapa ke gue enggak? Gue 'kan cewek," balas Bella merasa heran.

Antaris tersenyum tipis, sambil menatap dalam manik mata Bella. "Karena, gue cinta sama elo, Bel. Itu alasannya."

Setelah mendengar ucapan Antaris barusan, jantung Bella langsung berdetak tak karuan.

"Iya, Bel. Gue cinta sama lo. Gue juga gak tahu, kenapa gue bisa cinta sama lo. Padahal, elo 'kan jelek."

Bella langsung mencubit pinggang Antaris, saat mendengar ucapan terakhir Antaris. Membuat Antaris tertawa, saat melihat raut wajah cemberut Bella.

"Lo nyebelin banget, sih." Bella cemberut. Sudah diterbangkan ke langit ke tujuh, lalu dengan mudahnya ia dijatuhkan lagi. Sangat menyebalkan, bukan?

Antaris tertawa. "Canda, Bel."

Antaris menghentikan tawanya. Kemudian, ia mulai menatap serius Bella. Membuat Bella menjadi gugup.

"Bel, apa elo cinta sama gue?" tanya Antaris serius. Bella langsung gugup, saat ditatap seperti itu oleh Antaris.

"Gue gak tahu, Ris," jawab Bella. Sungguh, ia tidak tahu apakah ia mencintai Antaris?

"Kalau gue nembak elo, apa elo mau nerima gue, Bel?" tanya Antaris.

"M-maksudnya?" sungguh, saat ini keadaan jantung Bella sedang berdetak kencang, seperti sehabis maraton.

Antaris mulai menunjukkan kalung yang sedari tadi ia bawa ke hadapan Bella.

"Will you be mine?"

"Kalau lo mau nerima gue, ambil kalung ini. Tapi, kalau lo nolak gue, buang kalung ini," ujar Antaris sambil menunjukkan kalung tersebut.

Tanpa berpikir lebih panjang lagi, Bella langsung mengambil kalung yang berada di lengan Antaris

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tanpa berpikir lebih panjang lagi, Bella langsung mengambil kalung yang berada di lengan Antaris. Antaris sempat terkejut melihatnya. Ia kira, Bella akan membuang kalung tersebut. Tapi, perkiraannya salah.

"Jadi ... lo nerima gue?" tanya Antaris tak percaya. Bella mengangguk, sambil tersenyum.

"Gue boleh peluk lo gak?" Antaris meminta izin pada Bella, membuat Bella terkekeh geli.

"Boleh."

Antaris langsung saja memeluk Bella begitu erat, seolah tidak mau kehilangan Bella.

"Makasih, udah nerima aku, Bel," ujar Antaris sambil terus memeluk Bella.

Bella mengangguk, kemudian ia membalas pelukan Antaris dengan matanya yang mulai berkaca-kaca.

"Maafin aku, Ris. Jika suatu saat kamu tahu, tolong, kamu jangan pergi," batin Bella.

Antaris tersenyum, kemudian ia mulai melepaskan pelukannya. Ia melihat ke arah Bella.

"Siniin kalungnya, biar aku pakein," pinta Antaris.

Bella memberikan kalung tersebut ke Antaris. Tanpa banyak bicara, Antaris langsung memakaikan kalung itu ke leher Bella. Antaris tersenyum melihatnya.

"Cantik," gumam Antaris, tetapi, masih bisa didengar oleh Bella.

"Siapa yang cantik?" tanya Bella.

"Kalungnya," jawab Antaris kemudian cengengesan.

Bella tersenyum, kemudian ia melihat ke arah kalung yang terpasang di lehernya. "Iya cantik."

"Tapi lebih cantikkan yang makenya," sahut Antaris, membuat Bella mengulum senyumnya.

Bella menyandarkan kepalanya di bahu Antaris sambil terus tersenyum. Sedangkan Antaris, tangannya terangkat untuk mengelus rambut Bella pelan. Keduanya sama-sama tersenyum, sambil menikmati pemandangan senja pada sore hari.

 Keduanya sama-sama tersenyum, sambil menikmati pemandangan senja pada sore hari

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

* * *

-To Be Continued-

ANTARIS [LENGKAP]Where stories live. Discover now