Dora mendengar itu, segera beranjak lalu berlari menuju walk in closet yang sudah disediakan untuknya.

"Jangan lari, nanti jatuh," tegur ayah. Dora mendengar itu hanya mengacungkan jari jempolnya.

Dora mengganti pakaiannya dengan hoddie berwarna putih polos, serta celana panjang berwarna hitam yang ia padukan dengan sneakers berwarna putih. Sementara rambutnya hanya ia ikat asal.

Dora memang tidak suka fashion, menurutnya yang penting nyaman dan bisa dipakai. Setelah selesai mengganti pakaiannya, ia menyambar tas selempang nya dan segera turun menemui ayahnya.

"Nah, perfect," ujar Dora pada dirinya sendiri ketika melihat penampilannya.

Sesampainya di lantai bawah mansion, Dora melihat ada 2 koper besar yang dibawa oleh bodyguard-bodyguard ayahnya. Ia juga melihat ayahnya sedang mengobrol serius dengan orang kepercayaannya yakni om Levi.

"Ayah, Dora udah siap."

Suara Dora mengalihkan perhatian dua orang dewasa itu yang tengah berbicara serius. Dora yang merasa diperhatikan, hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Eh-Dora ganggu ya?"

"Engga kok,"
"Sini sama Om Levi ya, ayah mau ke dalam bentar ambil berkas," ucap Ayah Dora.

Sepeninggalan ayahnya, Dora merasa canggung. Karena ini pertama kalinya ia berinteraksi langsung dengan orang kepercayaan ayahnya.

"O-om," panggil Dora gugup. Sementara Levi hanya menaikkan sebelah alisnya.

"Gak jadi deh." Sungguh Dora saat ini tengah mengalami masa-masa mati topik.

"Jangan panggil om napa, berasa udah tua aja padahal masih jomblo," ujar Levi tiba-tiba. Membuat Dora menganga.

"Emang ya, orang-orang penghuni mansion ini aneh-aneh semua," gumam Dora.

"Aneh gimana?" Tanya Levi.

"Y-ya aneh gitu, kemarin Dora kira Diego orangnya cuek tapi ternyata diam-diam menghanyutkan ..."

"Terus kemarin juga, Dora kira Om Levi orangnya irit bicara tapi ternyata cerewet," ujar Dora sambil tersenyum lebar.

"Gak juga kok, betewe jangan panggil om dong."

"Terus mau dipanggil apa, OM?" Tanya Dora menekan kata Om.

"Panggil kak atau apalah, mas juga boleh," balas Levi mengedipkan sebelah matanya.

"Idih ... pengen dipanggil mas, padahal juga bukan suami Dora," sahut Dora.

"Emang manggil mas harus ke suami?"

"Enggak juga sih, tapi menurut Dora kata sapaan mas cocoknya buat suami Dora kelak," kata Dora.

"Ya udah, mau jadi istri Levi enggak?" Tanya Levi menggoda.

Bugh

Satu pasang sepatu bermerk mahal, mendarat sempurna di kepala Levi. Membuatnya kesal, padahal baru saja ia akan menggombali anak majikannya.

ABOUT DORA [END]Where stories live. Discover now