25. Merasa Bersalah

Start from the beginning
                                    

"Maaf, Ris. Tadi, Eca nelpon gue dulu." Bella meminta maaf pada Antaris sambil menundukkan kepalanya.

Antaris menghembuskan nafasnya kasar. "Cepet naik."

Bella mengangguk. Kemudian, ia mulai menaiki motor Antaris. Sedangkan Antaris, ia mulai menyalakan motornya. Lalu, melajukannya dengan kecepatan di atas rata-rata menuju SMA Sakrala.

"Lo ... marah ya sama gue?" tanya Bella sedikit berteriak.

Antaris menggeleng. "Enggak."

Bella kurang percaya atas jawaban dari Antaris. Entah dorongan dari mana, Bella melingkarkan tangannya ke perut Antaris. Sambil kepalanya ia sandarkan di punggung tegap Antaris.

"Jangan marah lagi Antaris," bisik Bella kemudian mengecup punggung Antaris.

Antaris bisa merasakan jantungnya yang berdetak lebih kencang dari biasanya. Dengan tangan yang sedikit bergetar karena gugup, ia menempelkan tangannya ke dada bidangnya. Kenapa ini? Ada apa dengan jantungnya?

"Kayaknya, gue harus periksa ke dokter nih. Gue takut jantung gue kenapa-napa." Antaris membatin.

Setelah mengecup punggung Antaris, Bella bisa merasakan pipinya yang tiba-tiba memanas. Dengan jantungnya yang berdetak lebih kencang dari biasanya. Bella bingung. Apa ia telah jatuh cinta pada Antaris?

"Ingat, Bel! Lo gak boleh sampai jatuh cinta pada Antaris! Ingat! Lo ngedeketin Antaris itu hanya untuk mengetahui kelemahannya! Jangan sampai lo kebawa perasaan, Bel!" Bella membatin.

Setelah kejadian di mana Bella yang tiba-tiba mengecup punggung Antaris, tiba-tiba keadaan menjadi hening. Tidak ada yang membuka percakapan terlebih dahulu. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Hingga Bella tidak sadar, bahwa sekarang mereka sudah sampai di parkiran sekolah SMA Sakrala.

"Betah banget Bel, lo peluk gue? Sampai-sampai lo gak mau lepasin?" tanya Antaris dengan senyum jahilnya.

Bella terperanjat kaget. Dengan cepat, ia melepaskan pelukannya. Bella menggaruk pipinya yang tiba-tiba gatal. Kemudian, ia langsung turun dari motor Antaris dengan rona merah dikedua pipinya.

"Wuih ... sekarang mah udah peluk-pelukan aja ya, Ris." tadi, Garrick tak sengaja melihat Bella yang sedang memeluk Antaris. Jadi, Garrick langsung menghampiri Bella dan Antaris.

"Coba tanya ke emak lo, Ris. Bagus gak peluk-pelukan di depan jomblo?" tanya Alfio. Ia merasa iri karena ia tidak bisa berpelukan dengan sang pacar. Tapi tunggu! Pacar? Alfio sama sekali tidak mempunyai pacar.

"Dih, lo berdua pada iri ya, sama gue?" Antaris tersenyum puas sambil mengangkat satu alisnya.

"Gue iri gue bilang," ujar Alfio sambil menampilkan raut wajah sedihnya.

Antaris tersenyum lebih lebar. Kemudian ia menoleh ke arah Bella. "Sayang?"

Bella langsung menoleh ke arah Antaris dengan raut wajah terkejutnya. Apa-apaan ini? Apa ia tidak salah dengar? Tadi ... Antaris menyebutnya sayang, 'kan? Pengen meninggoy aja rasanya.

"Keuwu-an apalagi, ini?" cukup sudah! Garrick tidak tahan lagi melihat keuwu-an di hadapannya ini.

"Kita ke kelas, yuk?" ajak Antaris sambil merangkul Bella. Kemudian, ia mengecup kening Bella membuat Bella terkejut ditambah malu.

"Astaghfirullah! Ini Antaris kenapa, sih? Malu woy malu! Mana diciumnya di tempat umum lagi!" batin Bella.

Bella tidak membalas ajakan Antaris. Ia masih merasa syok akibat perlakuan Antaris. Antaris mengusap lembut rambut Bella sambil berbisik.

"Maafin kalau perlakuan gue hari ini keterlaluan." Antaris berbisik tepat di telinga Bella. Kemudian, setelah itu, Antaris dan Bella mulai melangkah ke kelas. Meninggalkan Garrick dan Alfio yang masih bengong di tempat.

"Cekek aja gue cekek!" seru Alfio setelah kesadarannya kembali.

Tanpa aba-aba, Garrick langsung saja men-cekek leher Alfio membuat Alfio berteriak kesal.

"BANGSAT! KOK MALAH DICEKEK BENERAN SIH, ANYING!" teriak Alfio sambil menggeplak tangan Garrick yang telah men-cekek lehernya.

Garrick mengernyitkan dahinya heran. Bukan kah tadi Alfio menyuruh dirinya untuk men-cekeknya? Lantas, kenapa sekarang Alfio malah marah-marah kepadanya?

"Lah, bukannya tadi elo nyuruh gue buat nyekek elo, Yo?" tanya Garrick heran.

"Gue cuman bercanda, tai! Jangan dicekek beneran juga kali, sat!" Alfio mendelik tajam ke arah Garrick.

"Oh, bercanda toh, Yo. Bilang kek dari tadi!" ujar Garrick.

"Kan barusan gue udah bilang, anjim!" kesal Alfio sambil mengacak-acak rambutnya.

"Gak usah diacak-acak gitu Yo rambutnya. Entar kalau berantakan gimana?" tanya Garrick sambil menahan tawanya.

"Udah berantakan dari tadi, bangke!"

"Cupcupcup. Sini A'a rapihin." tangan Garrick sudah terangkat untuk merapihkan rambut Alfio. Namun, Alfio segera menepis tangan Garrick.

"Najis!" setelah mengatakan itu, Alfio langsung pergi meninggalkan Garrick yang sudah tertawa terbahak-bahak.

* * *

-To Be Continued-

ANTARIS [LENGKAP]Where stories live. Discover now