1. Orlando Alaska Gabriello

Start from the beginning
                                    

Laki-laki cerewet itu adalah Dero,anak dari Bi Muna, pembantu di rumah utama itu. Dia tidak memanggil Orlan dengan embel-embel 'Den' karena permintaan Orlan, sebenarnya Bi Muna juga diminta memanggil 'Orlan' saja oleh Orlan, namun Bi Muna bersikeras memanggil 'Den' karena takut tidak sopan.

"Duh ibuk, salahin tuh Orlan, kenapa bengong mulu. Lagian 'kan Dero mau ngehibur doang buk," ucap Dero membela diri, namun diabaikan oleh sang ibu.

"Kamu itu ganggu bukan menghibur, dasar anak bandel ya kamu," kesal Bi Muna.

Dero cemberut mendengar penuturan ibunya. Terkadang Dero merasa bahwa dia bukan anak Bi Muna, karena Bi Muna lebih menyayangi dan memperhatikan Orlan. Tetapi Dero juga sangat kagum dengan Orlan yang sanggup bertahan selama 10 tahun ini. Kalau Dero diposisi Orlan mungkin Dero memilih bunuh diri sejak dulu.

Orlan yang terbiasa melihat itu pertengkaran itu pun sedikit merasa tenang, setidaknya dia masih mempunyai 2 orang yang selalu ada untuknya. Oh tidak, lebih tepatnya 3 orang yaitu suami dari Bi Muna yaitu Pak Ali.

Bi Muna dan keluarganya tinggal di rumah utama. Namun, sesekali Dero tinggal di rumah yang ditempati Orlan untuk menemaninya. Rumah itu tidak besar, bahkan ukurannya lebih kecil dari kamar Orlan di rumah utama, oh sekarang menjadi kamar kosong disana.

Orlan merasa memiliki keluarga yang utuh saat bersama mereka. Orlan hanya bisa melihat orang tuanya dari jauh, itupun dari atas pohon rambutan yang ditanam Pak Ali di depan rumah kecilnya itu agar tidak diketahui orang tuanya. Orlan juga pernah mencuri foto kedua orangtuanya,saat orang tuanya tidak dirumah, untuk mengobati rasa rindunya. Ia menempelkan foto itu di boneka harimau kecil disebelah tempat tidurnya. Menurutnya kedua orang tuanya pemarah mirip harimau.
Tanpa sadar Orlan kembali melamunkan nasibnya.

"Den, makan dulu, Bibi udah bawain makanan. Udah Bibi siapin dimeja makan," ucap Bi Muna membuyarkan lamunan Orlan.

"Ah iya Bi nanti Orlan makan," jawab Orlan sopan.

"Dah lah ayo makan, gue laper banget woy, abis sekolah tadi dipalakin preman depan gang gak jadi jajan nih gue," sahut Dero menyeret Orlan ke meja makan.

Orlan hanya menggelengkan kepalanya, ia tahu pasti kalau Dero bukan belum makan, tetapi Dero hanya tidak ingin Orlan telat makan. Dero sahabat terbaik bagi Orlan bahkan Dero sudah dianggap saudara oleh Orlan walaupun tidak pernah bisa menggantikan posisi dia.

Orlan dan Dero makan dengan tenang, sedangkan Bi Muna kembali ke rumah utama untuk bekerja.

"Nginep?" tanya Orlan memecah keheningan.

"Hah? Maksudnya apa?" tanya Dero.

"Ck lemot!" gumam Orlan, namun tidak terdengar oleh Dero.

"OH GUE TAU!?" seru Dero mengagetkan Orlan, alhasil kepalanya dilempar remot oleh Orlan.

"Sakit bego!!" kesal Dero.

"Apa?" tanya Orlan pura-pura tidak mendengar.

"Eh gak ada, hehe," jawab Dero sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, "Oh iya lupa, iya gue nginep ntar malem, mau minta ajarin sama lo, secara lo kan pinter ye kan?" lanjut Dero sembari mengedipkan sebelah matanya.

"Jijik. Gue gak bakal ngerjain PR lo lagi" jawab Orlan

"Daebak! 8 kata njir perkembangan yang pesat nak Orlan. Lanjutkan!" kata Dero bertepuk tangan.

Orlan tidak menanggapinya, dia fokus menonton televisi dihadapannya.

"Eh, lan! Lo gak bosen nonton si botak? Tiap hari nonton itu mulu," tanya Dero penasaran, umur 17 tahun tinggal menunggu hari, tampang keren nonton Upin Ipin. Apa kata Masha and the bear dan Spongeboob nantinya?.

"Film terakhir," jawab Orlan pelan namun masih terdengar oleh Dero.

"Maksudnya? Film terakhir apaan?" tanya Dero lagi.

"Mama," jawab Orlan "gue tidur," lanjut Orlan, setelah menjawab itu, Orlan beranjak pergi menuju ke kamarnya.

"Film terakhir? Mama? Oh film terakhir yang dia tonton sama mamanya," gumam Dero tak sadar.

5 detik kemudian...

"Hah!? Jadi... ini film yang dia tonton sama mamanya sebelum diusir dari ruma utama? Semenderita itu hidup lo lan. Gue janji bakal jadi sahabat yang terbaik buat lo, gak akan ninggalin lo," gumam Dero.

Lalu Dero pergi ke luar menuju rumah utama.

Sementara itu, Orlan di kamarnya menatap boneka harimau itu sambil tersenyum, tersenyum miris tepatnya.

"Ma, mama tau? Orlan gak sepenuhnya salah ma, tapi Orlan gak tau kenapa mama gak mau dengerin penjelasan Orlan dulu," gumam Orlan menatap foto itu seakan-akan itu adalah orang tuanya.

"Pa, Orlan tau dibalik kebencian papa,papa masih menganggap Orlan ada, dan itu udah cukup buat Orlan,"

Tak terasa air matanya mengalir begitu saja,inilah titik lemah seorang Orlan, yang tidak pernah ia perlihatkan kepada orang lain.

Tak lama kemudian ia terlelap dalam tidurnya.

•••

Kringgg kringgg!!!!

Bunyi alarm itu mengusik tidur Orlan, jam menunjukkan pukul 18:10. Orlan bergegas bangun untuk mandi dan mengambil wudhu, untuk melaksanakan sholat maghrib.
Setelah itu, ia mengambil hoodie hitam dan memakai masker, tidak lupa dengan gelang kecil bermotif Burung Hantu, yang selalu ia pakai saat malam hari.

Baginya Burung Hantu adalah dirinya, yang keluar malam hari dan menjalani harinya dimalam hari. Jika ia bertemu orang maka, ia mengenalkan diri sebagai Owl-Man, untuk menutupi jati dirinya. Orlan tidak pernah melepas maskernya dimalam hari.
Dan saat inilah kehidupan Orlan yang selalu ia tunggu, malam.

"Loh loh.. eh lan! Lo mau kemana njir? Gue mau ke rumah" panggil Dero.

"Jalan," singkat Orlan.

"Terus gue ditinggal gitu? Eh gue mau ngerjain PR ya udin!" kesal Dero

"Gue, nanti," jawab Orlan.

"Beneran ya? Awas lo bohong! Gue ke rumah lo aja. Bosen di rumah utama gak ada temen," keluh Dero.

"Sendiri," jelas Orlan.

"Iya tau gue sendiri juga di rumah. Tapi beda lah pokoknya. Gak dikunci kan?" tanya Dero yang dibalas anggukan oleh Orlan.

Lalu Orlan melanjutkan langkahnya menuju suatu tempat.

"Eh den Orlan mau kemana?" tanya Pak Ali, suami Bi Muna. Ia seorang supir juga penjaga rumah.

Sebenarnya banyak penjaga rumah utama, namun Pak Ali juga termasuk kedalam salah satunya.

" Mau keluar pak," jawab Orlan sopan.

"Ya udah sok atuh, hati-hati ya den," ucap Pak Ali yang dibalas anggukan oleh Orlan.

Orlan kembali berjalan ke belakang samping pohon besar dekat gerbang utama, lalu mengambil sebuah sepeda miliknya. Ia mengendarai sepedanya dengan tenang.
Inilah hidupnya, hidup dalam ketenangan ditemani bulan dan bintang. Dia rindu matahari namun dia juga suka bulan dan bintang. Tak terasa 15 menit ia mengayuh sepedanya dan sampai ke tempat tujuannya. Danau tersembunyi yang jauh dari pemukiman penduduk. Danau ini sangat sejuk dimalam hari, karena belum banyak yang tahu, danau ini menjadi bersih tidak tercemar.

Orlan merebahkan tubuhnya diatas rumput dipinggir danau, lalu menatap bintang, sangat tenang. Tanpa sadar ada yang duduk didekatnya.

"Lo sering ke sini?" tanya Orang itu mengejutkan Orlan.









🦉🦉🦉

Hayo loh siapa itu?😂

Jangan bosen ya simak terus, kita liat gimana kehidupan Orlan selanjutnya.
Oke tunggu next partnya!

Jangan lupa votemen 🦉

TBC

OWL MANWhere stories live. Discover now