. , 29

9.2K 1.4K 556
                                    

Komen setiap paragraf yuks😊

Mari ramaikan

Jangan emosi bulan puasa 🙃👍

•••

Adis masih saja menangis keras. Ia meraung-raung memeluk Ayel. Bagaimana dengan Ayel? Wanita itu sama sekali tak menangis, sama sekali tak memaki atau marah, setelah membaca respon netizen yang benar-benar menjudge dirinya sangat buruk, Ayel tak mengeluarkan suara sedikitpun. Ia hanya terdiam kaku, tak bergerak dari posisi tadi.

Tentu saja Adis sangat takut dengan situasi ini. Awalnya ia akan mengira Ayel yang cengeng ini akan meraung-raung menangis, Adis sudah siap dengan situasi itu, sudah berpikir matang menenangkan Ayel dan menguatkan sahabatnya itu. Namun kondisi saat ini di luar ekspektasi Adis. Hal yang terjadi malah sebaliknya, Adis yang melihat Ayel membaca komentar jahat itu malahan langsung menangis keras, ia tak sanggup.

Setalah beberapa saat menangis, Adis seolah tersadar melihat kondisi Ayel.

"YELL... YELLL.." Tak ada pergerakan sama sekali dari Ayel. Ayel gak pingsan seratus persen sadar. Hanya tubuhnya seolah tak bisa berfungsi lagi, hanya terdiam kaku, saking syoknya.

"Ayelll, please, ngomong.. Lo jangan diem aja. AYEL!! Luapin yang Lo rasain, nangis yang kenceng biar semua sesak di dada Lo lepas." Masih tak ada sahutan

"Maki gue, yel, marahin gue.. pukul gue nggak papa kalo perlu, apapun Lo boleh apain gue yel."

Tangis Adis kembali terdengar ketika ia tak mendapat respon dari Ayel.

"Ayellll... Jangan kayak gini, gue takut."

"Ayelll jangan diem aja, please.."

Bahkan karena terlalu kacaunya pikiran Adis, wanita itu lupa menghubungi sahabatnya sama sekali untuk meminta bantuan.

Dreettt drtttt drtttt drttt drttt

Handphone Ayel kembali bersuara dengan notifikasi beruntun itu. Ayel menggerakkan tangannya, seperti mayat ia mengambil handphone itu lalu seolah tak sadar ia membukanya.

Matanya bergerak membaca salah satu pesan, setelah itu dengan refleks Ayel melemparkan handphonenya dengan cepat.

"Takutttt..." Lirih Ayel memegangi tubuhnya sendiri seperti orang yang sedang menggigil.

Adis yang tadi sedang menangis tak sadar Ayel telah membuka handphonenya. Ia baru sadar ketika melihat Ayel melemparkan handphonenya tadi.

"Astagfirullah Ayell.. " Adis kembali memeluk tubuh Ayel dengan erat. Namun beberapa detik setelahnya Ayel langsung melepaskan pelukan itu dengan kasar.

"Handphone.. handphone.." Ayel menunjuk sembarang arah, bermaksud menunjuk letak handphone yang telah ia lempar tadi.

"Astagfirullah.." Adis bersuara di sela tangisannya. "Nggak usah buka handphone lagi Ayel, jangan pernah Lo nyentuh barang laknat itu lagi. Please.. gue harus gimana?" Adis bingung sendiri, ia tak tau harus menghandle kondisi Ayel dengan apa.

"Pesan di handphone.." ucap Ayel lagi dengan gemetar, tangannya menjadi Tremor bergetar terus. Sungguh, Ayel terlihat sanagt menyedihkan. Ia seperti orang yang telah kehilangan jiwanya.

"Iyaa ya yel, pesanannya itu nggak penting, Lo nggak usah pikirin, itu cuman orang iseng, jangan pernah Lo baca lagi." Bodoh! Bagaimana Adis bisa berbicara seperti itu dalam kondisi saat ini. Tentu saja ucapan Adis terdengar sangat bulshit di telinga Ayel.

"Pesannya." Ucap Ayel lagi, dengan maksud Adis membaca juga pesan itu. "Lo baca."

"Nggak usah, biarin aja.. Lo tenangin diri Lo dulu." Adis ingin beranjak mengambil air minum, namun, ia takut Ayel kembali membuka handphonenya.

TITIK KOMAWhere stories live. Discover now