. , 22

9.6K 1.4K 326
                                    

"Ini udah ditulis semua kan pesannya?" Tanya Rahma yang siap beranjak menyerahkan kertas pesanan mereka.

"Udahhh.." Balas Sila.

Salsa dan Ayel terlihat sangat serius berkutat dengan leptop mengerjakan tugas.

"Lo beneran udah enakan, Yel?" Tanya Sila yang melihat Ayel meregangkan tangan seperti sangat kelelahan.

"Kelelahan? Abis ngapain deh Lo Yel, pake acara kelelahan segala?" Heran Salsa.

Lelah pikiran gue!

"Gatau deh, ini badan rasanya nggak enak banget gitu. Kayaknya sih efek abis sakit kemaren, kelamaan tidur."

"Bisa jadi sih, gue juga suka gitu kalo kelamaan rebahan. Rebahan doang aja bisa capek ya. Emang nggak ada di dunia ini hal yang nggak buat kita capek." Sila tampak menerawang, memukul-mukul pelan jarinya diatas meja.

"Bener. Apalagi menunggu, lelah banget. Nunggu yang nggak pasti lagi." Celetuk Salsa terdengar dramatis.

"Anjirrr... Sad girl banget Lo, Sa." Rahma yang baru saja kembali bergabung langsung menonyor kepala Salsa gemas.

"Masih betah Lo nunggu itu cowok?" Sila menatap Salsa tak habis pikir.

Wanita yang diberi pertanyaan hanya mengangkat bahu tak acuh, enggak menjawab. Namun, dari gelagat-gelagatnya sudah memberi jawaban.

"Cowok banyak kali, Sa. Betah banget nunggu sampe lumutan."

"Cowok siapa sih yang kalian maksud, kok gue nggak tahu." Ayel yang sedang fokus mengetik dan menatap leptop beralih melihat kearah teman-temannya bingung, menuntut jawaban.

"Si A—?"

Ucapan Rahma langsung cepat dipotong oleh Salsa.

"Anakk SMA gue dulu, bukan siapa-siapa. Lo juga nggak akan kenal." Salsa berucap sambil memberikan tatapan peringatan kearah Sila.

Ayel hanya mengangguk mengerti, tanpa menyadari percakapan mata antara teman-temannya itu.

"Ohhh anak SMA Lo dulu, iya juga sih, gue nggak bakal kenal."

Meja itu hening setalah pelayan mengantarkan makanan. Mereka semua sibuk menikmati tanpa berniat membuka suara. Nampak sekali mereka kelaparan.

"Jujur gue sih masih nggak percaya kalo si Raksa itu udah nikah." Ucapan pengunjung lain dari meja disamping Ayel, membuat jantung Ayel berdetak lebih cepat.

Raksa kan nggak cuman satu, mungkin mereka bahas Raksa temen mereka.

Tenang yel, jangan panik.

"Tapi maksudnya ngomong gitu pas acara gala premier kemaren apaan, sengaja mau nge-prank satu Indonesia?"

Ucapan selanjutnya dari teman perempuan baju kuning itu membuat kegiatan makan Ayel terhenti. Jujur dirinya sangat kesal mendengar percakapan dua perempuan itu, Ayel sangat takut teman-temannya ikut membahas karena mendengar ucapan mbak-mbak di samping mereka.

"Yakalik Artis sekelas Raksa niat banget mau nge-prank satu Indonesia. Gue sih mikir ucapannya itu bener, tapii... Enggak deh pokoknya gue nggak rela banget."

"Siapa banget cewe yang bisa naklukin hati seorang Raksa sampe bisa nikah begitu. Pelet apa yang di pake." Si mbak-mbak baju navy terlihat tak terima.

Makanan di depan Ayel terlihat tak menarik lagi. Ayel sudah beranjak kembali berkutat ke leptop berharap kesalnya hilang dan berdoa teman-temannya tak ikut bergosip meniru dua perempuan itu. Sungguh, Ayel lebih baik mendengar temen-temennya ini bergosip tentang ratu kampus yang sering mereka omongkan, atau para cogan yang membuat mereka klepek-klepek.

TITIK KOMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang