. , 20

10.3K 1.3K 256
                                    

Haii haii...

Update nih🔥
Padahal komenan di part sebelumnya, belum nyampe 200🥺
Yokk sebelum baca ini, bantu ramein dulu part sebelah sampe komenannya >200

Makasih semua❤️

Happy reading

•••

Raksa masih saja nyaman berada di dalam apartemen, ia tidak sama sekali keluar sudah dua hari. Gosip mengenai sosok misterius istri Raksa semakin memanas, namun Raksa bungkam, belum sama sekali membuka suara.

Sepertinya lelaki itu juga tak berniat untuk kembali ke Jakarta, hal itu membuat Wira-sang manager- kewalahan menghandle jadwal Raksa yang kacau.

"Hari ini mas nggak mau ke mana gitu?" Tanya Ayel, ia merasa kasian melihat Raksa tak bisa kemana-mana. Dirinya sedang diincar wartawan yang haus dengan info.

"Nggak deh, ay, cari aman aja."

"Nggak bosen?"

"Nggak dong, kan ada kamu." Raksa mengerling nakal. Hubungan mereka berdua semakin nempel setelah adegan melow-melow kemarin.

"Mulai deh, gomballl."

"Dihhh, kamu mah nggak bisa bedain yang mana gombal yang mana romantis. Ini namanya romantis, ayyy." Balas Raksa tak mau di tuduh kalah.

"Sebahagia kamu aja deh mas."

Drttt.

"Handphone kamu tuh." Tunjuk Ayel kepada handphone yang berada di meja sampingnya.

"Tolong dongg." Pinta Raksa manja, enggan bergerak dari posisi nyamannya.

Ayel memutar bola malas, "Manjaaa."

Ayel mengambil handphone Raksa dengan malas, "Nihh.."

"Siapa yang nelpon?"

Ayel melihat nama panggilan yang tertera, "Mas Wira." Jawabnya.

"Matiin aja ay, males aku."

"Hehh, kenapa?"

"Pasti deh dia mau ngacauin ketenangan aku ini. Belum lagi Omelan dia panjang lebar, nggak akan selesai-selesai."

"Mass angkat, kasian mas Wira, pasti dia pusing banget nge handle di sana, belum lagi dicecar wartawan banget." Ayel berusaha menasehati, manager Raksa pasti sangat stress.

"Tapi mas baru ngerasa tenang ay, kepala mas baru aja reda pusingnya, masa mau di suguhin lagi sama kenyataan omelan-omelan si Wira, belum lagi pasti dia maksa aku buat kembali ke sana."

"Mas Raksa," geram Ayel, Raksa sungguh seperti anak kecil, sangat kekanakan. "Tahu nggak sifat yang harus ada di lelaki itu apa?"

"Gentle?"

"Iya itu emang wajib, tapi bukan itu yang aku maksud."

"Setia?"

Ayel menggeleng.

"Bertanggung jawab. Mas harus bisa bertanggungjawab dengan hal sekecil apapun, bukan cuman hal besar kayak abis ngehamiliin cewek aja. Lelaki harus bisa bertanggungjawab jawab dari hal-hal kecil, kalo dari hal kecil aja udah bisa bertanggungjawab jawab pasti dia terbiasa. Mas harus bertanggungjawab jawab dengan kerjaan mas, jangan berusaha menghindar atau lari demi kesenangan hidup mas sendiri."

"Jadi mas harus ngapain?" Raksa menatap Ayel seperti anak kecil yang sedang kehilangan ibu di pasar.

Ayel mengeram, "Ya angkat telepon mas Wira, omongin apa yang perlu di bahas."

TITIK KOMAWhere stories live. Discover now