. , 8

11.8K 1.6K 232
                                    

Raksa melangkahkan kaki dengan santai menuju tempat rekan-rekannya berkumpul. Senyuman lebar belum juga hilang dari bibir seksinya itu. Begitu besar efek dari seorang Aeleanne, pertanyaan secuil saja bisa menaikkan semangat Raksa yang sempat lowbat tadi.

"Kenapa lo senyum-senyum mulu dari tadi?" Tanya Rafan, salah satu aktor yang juga ikut terlibat dan projek film baru ini.

"Abis ngecas." Balas Raksa cengengesan. Dipukulnya bahu rekannya itu sambil ia mendudukkan tubuh disampingnya.

"Ngecas apaan bisa buat Lo senyum-senyum kek orang gila gitu."

"Ngecas energi dong, tubuh kita juga perlu energi, butuh di cas, gak cuman handphone doang yang bisa lowbat, manusia juga." Raksa berucap serius, senyumannya masih selebar tadi, ucapan-ucapan sederhana Ayel kembali terngiang di kepalanya.

"Serah lo aja deh, pasti lagi kasmaran kalo kayak gini." Rafan menatap curiga teman satu profesi nya itu, beberapa kali terlibat projek film bareng membuat mereka berdua terlihat lebih akrab di banding yang lain. Mereka juga sudah menunjukkan sifat asli yang kadang hanya bisa keluar dengan orang-orang terdekat.

"Cinta-cintaan aja deh yang Lo pikirin." Balas Raksa seolah dirinya tidak seperti yang ia omongkan barusan.

"Halah Lo!." Pukul Rafan jengah. "Lo pikir gue kagak tahu ciri-ciri orang jatuh cinta kayak mana, lo juga berapa hari ini keliatan beda banget, kadang-kadang misah-misuh gak jelas, sebentar nya lagi udah cengar-cengir kayak orang gila."

"Wahh, seorang Rafan ternyata memerhatikan seorang Raksa." Raksa menatap haru lelaki di sebelahnya.

"Jijik gue dengernya." Rafan menatap Raksa malas. "Jadi siapakah wanita malang yang sudah berhasil merebut hati Antaraksa."

"Laknat lo." Pukul Raksa cepat. "Malang kata lo? Yang ada wanita paling hebat dan beruntung bisa menaklukkan pangeran seperti gue ini." Raksa berucap bangga.

"Jadi??"

"Kepo Lo!" Balas Raksa, lalu mengalihkan fokus ke handphone-nya.

Briefing tadi telah usai sejak Raksa mengangkat telepon dari Ayel, rekannya sudah banyak yang pulang, hanya tinggal beberapa yang masih stay dengan berbagai alasan masing-masing.

"Gue kira Lo udah tobat nggak mau pacar-pacaran lagi." Rafan masih berusaha mengulik informasi, penasaran dengan hubungan asrama rekannya itu yang sudah satu tahun belakangan tidak pernah terdengar lagi gosip dekat dan jalan dengan siapa.

"Siapa yang pacaran?" Raksa langsung mengalihkan pandangan ke lelaki yang berbicara itu, menatap tidak terima akan yang ia ucapkan. Hey! Dirinya sudah meninggalkan hal penuh dosa itu ya, sekarang malah ia mejalani ikatan yang melakukan segala hal bisa mendapatkan pahala.

"Lah, Lo kan kasmaran tuh, ya pasti jatuh cinta sama pacar lo kan, nggak mungkin Lo bertepuk sebelah tangan, atau jatuh cinta sama istri sendiri, secara lo ini masih bujang lapuk." Tawa lelaki yang dua tahun lebih muda darinya itu terdengar. Memang sungguh laknat lelaki itu, tidak punya sopan santun, padahal, jika di lihat dari umur, lelaki itu seharusnya bisa lebih sopan dengan orang yang lebih tua darinya.

Raksa hanya pasrah menjadi bual-bualan Rafan, mau mengelak juga bagaimana, hubungan mereka memang di sembunyikan, hanya orang yang benar dekat saja yang tahu, bahkan rekan satu projek yang sudah berteman lama seperti Rafan ini saja tidak mengetahuinya. Jadilah Raksa hanya diam mendengar lelaki itu terus mengoceh, sepertinya rasa kepo masih menguasai lelaki itu.

"Kok Lo diem aja sih, gue kan penasaran."

"Ribut amat lo Fan dari tadi, sakit telinga gue denger ocehan lo, udah kayak mulut cewek aja, ceriwis." Ucap Raksa pusing.

"Lo sih bang nggak ngasih tau gue, gue kan jadi penasaran." Ditambahnya embel-embel panggilan kepada orang yang lebih tua itu, berfikir jika di panggil seperti itu lelaki di sebelahnya itu akan luluh memberi tahu.

"Najis! Sok-sokan manggil Abang lo, gini nih kalo lagi ada maunya baru inget umur sama sopan santun."

"Gue mah nggak manggil lo Abang, buat kebaikan lo juga, biar orang-orang nggak keinget umur asli Lo yang sudah berumur ini." Kekeh Rafan, Raksa memang sosok yang seru diajak ribut seperti ini.

"Semerdeka lo aja deh." Raksa berdiri, bersiap-siaplah akan balik ke apartemen, hari sudah larut, badannya sudah mendambakan kasur. "Gue balik duluan." Pamitnya.

Rafan yang melihat Raksa sudah berlalu hanya pasrah, rasa penasarannya hanya bisa tertahan dahulu. Mungkin besok ia bisa merayu lelaki itu agar di beri tahu, atau ia mencari di internet saja. Gosip seorang Raksa pasti banyak di internet, jika ia sudah menemukan kandidat, ia hanya perlu meminta konfirmasi kebenaran dari Raksa. Sifat kepo yang sudah mendarah daging pada dirinya memang tidak mudah hilang. Senang saja rasanya ketika sudah menemukan jawaban akan rasa penasarannya, suatu kepuasan tersendiri.

••••

"Balik duluan, bang." Ucap Raksa ketika berpapasan dengan dengan kru yang sedang membereskan alat-alat.

"Yoii Sa, hati-hati." Balasnya sambil melambaikan tangan.

"Lo udah di tungguin Wira dari tadi di depan." Lelaki yang sedang makan di dekat pintu keluar itu berbicara kepada Raksa. Sambil mengangkat ayam yang sedang di makannya tanda berbasa-basi mengajak Raksa makan.

"Iya bang, ini gue juga mau balik. Lanjut bang makannya, gue udah abis tadi." Lelaki itu merespon dengan anggukan sibuk dengan makanannya.
Raksa melanjutkan jalan menuju mobil terparkir. Dilihatnya di dalam mobil itu lelaki yang sedang memejamkan mata, sepertinya Wira-sang manager, sudah bosan menunggu nya. Ini semua karena Rafan yang mengajaknya mengobrol terlebih dahulu.

"Sorry wir lama." Suara tiba-tiba Raksa mengangetkan Wira yang hampir terlelap.

"Abis ngapain aja lo, lama bener."

"Biasa, tadi diajak ngobrol dulu sama Rafan." Balas Raksa, lelaki di sebelahnya langsung melanjukan mobil, lelaki di sebelahnya itu berumur 5 tahun diatasnya, namun menolak keras jika di panggil kakak, Abang, atau panggilan lain. Membuat Raksa merasa tidak enak dan merasa bersalah awal-awal dulu. Namun lama-kelamaan terbiasa juga. Alasannya sih hanya karena ingin terlihat selalu muda, tipe manusia yang tidak terima dengan umur yang sudah tua. Padahal lelaki itu sudah beristri bahkan sudah memiliki seorang anak perempuan berumur tiga tahun.

"Lo abis posting apaan di Instagram? Kok di internet udah banyak banget gosip bermunculan." Wira membuka suara ketika mobil itu sudah berjalan.

"Cuman posting biasa." Balas Raksa santai, seoalah tindakan itu hanya hal lumrah. Ya, tindakannya itu hal sangat lumrah jika di lakukan oleh seseorang yang tidak memiliki fans dimana-mana, dan namanya tidak di kenal oleh satu Indonesia.

"Kalo Lo posting biasa, nggak mungkin ribuan mantan Lo dulu sampe di kulik semua sama media." Balas Wira sarkas, kadang kelakuan santai Raksa yang tidak memikirkan resiko kedepannya membuat dirinya gila.

"Berlebihan banget Lo wir, nggak sampe ribuan juga kalik." Balas Raksa tidak terima. Meskipun dia dahulunya bejat, namun tidak sampai ribuan juga mantannya.

"Udah siap go Public? Kalo udah siap, langsung terang-terangan aja. Jangan setengah-setengah, buat netizen penasaran aja. Rasain deh lo kehidupan lo sebentar lagi nggak akan tenang lagi. Netizen itu kalo udah kepo ganasnya melebihi singa kelaparan."

"Gue kan cuman post siluet gitu, itu juga tindakan impulsif gue karena rindu berat sama istri. Masa iya netizen nge respon sampe berlebihan banget? Mungkin juga mereka ngiranya itu mama, secara yang gue post Poto cewe di dapur." Raksa masih mencari pembelaan, tidak mau dirinya di salahkan.

"Lah si goblog!" Maki Wira. "Berapa tahun sih lo berkecimpung di dunia entertainment gini? Heran gue." Wira menjambak rambutnya prustasi sendiri.

•••

Tbc

Si gobloggggg🎵🎵
Jadi inget lagu tiktok kan😳

Yok yokkk Jangan lupa komen, satu kata aja udah sangat berarti buat aku loo❤️

TITIK KOMAWhere stories live. Discover now