. , 5

13.2K 1.7K 187
                                    

Pagi ini, Ayel yang baru saja bangun dari tidurnya. Sudah disuguhkan informasi gosip dari teman-teman organisasi— BEM nya. Baru kemarin mereka membahas hal yang membuat jantung Ayel degap-degup. Meskipun tidak ada satu pun dari mereka yang mengetahui hubungan dirinya dengan Raksa, tetap saja Ayel deg-degan ketika mereka membahas lelaki itu. Bukan tidak satu pun, deng, Abar mengetahui. Tapi Ayel percaya jika lelaki itu tidak akan membocorkan.

Ayel memang tidak dekat sekali dengan teman BEM nya, tapi tidak bisa di katakan tidak dekat pula. Karena mereka satu-satunya teman di kampus yang dekat dengannya. Adis sendiri beda kampus dengannya, Ngomong-ngomong tentang Adis, teman dekatnya itu sebentar lagi akan
Lulus, sudah sibuk dengan skripsi, sungguh Ayel sedih mengingatnya.

Teman-temannya sedang heboh membahas sosok Raksa yang di gosipkan sedang berada di Jogjakarta, Poto yang tersebar juga dekat dengan kampus Ayel. Bagaimana tidak dekat jika lokasi Poto di ambil di depan kostan Ayel. Pasti Poto itu diambil ketika Raksa sedang mengangkut barang-barang pindahannya kemarin.

Sungguh sebal rasanya Ayel. Pagi-pagi sudah di teror temannya menanyakan tentang Poto yang beredar itu apakah benar. Pagi ini Salsa, Rahma dan Sila menghubungi dirinya. Tidak tanggung-tanggung, mereka mengajak dirinya video call agar memudahkan mereka bertiga mendapatkan informasi.

"Sumpah, kalian benar-benar biadab. Pagi banget ini woy!" Maki Ayel, ia baru mendudukkan tubuh setelah mengangkat telepon itu, di taruh nya handphone diatas meja agar tangannya leluasa mengucek matanya yang masih mengantuk.

"Lo udah liat Poto yang dikirim Sila, Yel? Itu bener di depan kostan lo kan?" Rahma mengabaikan protes-an Ayel, langsung mencecarnya dengan pertanyaan beruntun.

"Iya mungkin." Jawabnya acuh. "Oiya, gue mau konfirmasi satu hal, gue udah nggak nge kost di situ lagi. Jadi kalo kalian mau tanya-tanya lebih jauh, gue nggak tahu apa-apa." Ayel mengangkat tangan tak ingin di cecar dengan pertanyaan heboh temannya itu.

"Lah serius? Sejak kapan lo pindah?"
Salsa terkejut mendengar informasi itu.

"Sejak ke—" Ayel tampak berfikir. "Sejak gue balik ke sini, lima atau empat hari lalu, maybe?" Lebih baik Ayel mencari aman saja, jika ia mengucapkan jika dua hari lalu ia pindahan, bisa-bisa temannya masih mencecar dirinya akan gosip itu.

"Kemana Yel?"

"Gue pindah ke apart, masih nggak jauh dari kampus kok."

"Uwihhh gile mantap, mainnya udah jauh nih, bukan kostan lagi." Sila jadi heboh sendiri.

"Biasa aja kalik, ini juga karena keluarga dari kampung suka dateng ke sini, nggak mungkin juga mau minep di kostan, daripada duit abis di pake buat minep hotel terus, mending kayak gini kan?" Alibi Ayel. Bohong terus. Padahal keluarganya bisa di hitung jari mengunjunginya, ibuknya sih masih sering, minep di kostan juga masih sangat muat, tanpa perlu minep hotel seperti ucapkan tadi.
Sulit memang jika sudah berbohong sekali, pasti akan muncul kebohongan lain.

"Iyaa juga sih." Ketiga temannya menyetujui ucapan Ayel tanpa menaruh curiga sedikitpun.

"Sebelum lo pindah, nggak ada gitu ngeliat kak Raksa pernah ke sana, atau pernah denger dari gosip teman kostan lo gitu." Ayel mendengus mendengar ucapan Sila yang kembali ke topik awal yang sangat menyebalkan ini. Siapa pula yang mengambil gambar Raksa dan menyebarkan. Dan kenapa pula Raksa bisa melepaskan masker dan kaca matanya seperti di Poto yang di kirimkan sila. Sungguh pagi yang buruk.

"Nggak ada tu." Balas Ayel singkat. Kali ini Ayel tidak berbohong. Bagaimana pula Raksa bisa ke kost itu, mengetahui ada tempat di sana saja, Ayel yakin seribu persen lelaki itu baru tahu ketika ia pergi dengan Ayel untuk mengangkut barang waktu itu.

TITIK KOMAWhere stories live. Discover now